Monday, June 2, 2014

MASALAH GARANSI DAN PERTANGGUNG JAWABAN

MASALAH GARANSI
DAN PERTANGGUNG JAWABAN

Setiap orang pasti akan dimintai pertanggungjawabannya sendiri-sendiri atas segala perbuatannya. Baik di dunia lebih-lebih diakhirat. Di akhirat semua orang harus mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya ketika hidup di dunia. Baik perbuatan atau amal ibadah yang berhubungan langsung kepada Allah wa Rasuulihi SAW maupun yang berhubungan di dalam masyarakat, terhadap sesama makhluk pada umumnya. Firman Allah Swt menegaskan:
وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (النحل : ٩٣)
Dan pasti, sungguh kamu sekalian akan ditanya (dimintai pertanggung jawaban) dari apa yang telah kamu sekalian perbuat. (QS. [16] An Nahl : 95 ).

Dan Rasulullah SAW juga telah memperingatkan :
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ (رواه البخارى ومسلم وأحمد وأبو داود عن ابن عمر)
Setiap kamu sekalian adalah pengembala /pemimpin. Dan setiap kamu sekalian (dalam suatu riwayat - dan tiap-tiap pemimpin) akan dipertanyakan tentang pimpinannya.

Jadi tentang pertanggungjawaban setiap orang, baik itu dinyatakan ataupun tidak dinyatakan, mau tidak mau, tiap-tiap orang pasti akan mengalami permintaan pertanggungjawaban apa saja yang ia lakukan. Dipertanyakan, baik di dunia, lebih-lebih di akhirat, tentang agama, bangsa, negara, keluarga, orang tua, anak, guru, murid, pemimpin, yang dipimpin, pemerintah, rakyat, komandan, anak buah. Pokoknya apa dan siapa saja yang ada hubungan hak dan kewajiban, hak moril maupun materiil. Semua itu ada hak untuk menuntut tanggung jawab terhadap siapa-siapa yang bersangkutan dan bermacam-macam segi dan jurusan, disamping permintaan pertanggungjawaban dari Allah SWT dan dari Rasulullah SAW.
Maka dari itu kita harus senantiasa mawas diri dalam setiap tindakan dan apa saja yang kita lakukan lahir ataupun gerak gerik batin hati kita, harus berani dan mampu mempertanggung jawabkan dengan dasar-dasar dan alasan yang kuat yang dapat dipertanggungjawabkan. Baik terhadap sesama makhluk, lebih-lebih terhadap Allah SWT Yang Maha Mengetahui segala macam tingkah laku manusia baik yang lahir maupun yang batin.
Rasulullah SAW Bersabda:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا (رواه أبو نعيم)
Koreksilah dirimu sebelum kamu dikoreksi.

Di dalam Lembaran Shalawat Wahidiyah yang diedarkan kepada masyarakat degan cuma-cuma itu pada tahun-tahun pertama penyiaran, yaitu sekitar tahun 1964 – 1968, tertulis kata-kata dalam bahasa Jawa huruf arab pegon :

MENAWI SAMPUN JANGKEP 40 DINTEN MBOTEN WONTEN PERUBAHAN MANAH, KINGING DIPUN TUNTUT DUNYAN WA UKHRON, KEDUNGLO KEDIRI.

Terjemah bahasa Indonesia :
Jika sudah cukup pengamalan 40 hari tidak ada perubahan dalam hati, boleh dituntut dunia maupun akhirat, Kedunglo Kediri.

Kata-kata tersebut ada sebagian orang salah menafsirkan, dengan mengganti pemahaman menjadi : Barang siapa mengamalkan Shalawat Wahidiyah dijamin masuk surga. Jelas ini merupakan pemahaman yang jauh bertentangan dengan makna sebenarnya.

Kata-kata pertanggungjawaban tersebut memberikan ajaran atau sekurang-kurangnya mengandung sindiran agar supaya kita meningkatkan rasa tanggung jawab dengan segala konsekwensinya apa saja yang kita lakukan. Dengan bahasa yang populer : BERANI BERBUAT HARUS BERANI BERTANGGUNGJAWAB.

Catatan :
Kata-kata pertanggungjawaban seperti di atas kini sudah tidak dicantumkan lagi di dalam Lembaran Shalawat Wahidiyah. Akan tetapi ini tidak berarti mengurangi lebih-lebih lepas tangan dari tanggungjawab terhadap siapa saja yang sudah mengamalkan Shalawat Wahidiyah 40 hari. Tidak dicantumkan lagi itu karena alasan teknis pengaturan format lembaran.
Adapun alasan dan dasar mencantumkan kata-kata pertanggungjawaban tersebut (sebagian orang menyebutnya “garansi”) di dalam lembaran Shalawat Wahidiyah disamping motif penyiaran dan rasa tanggungjawab seperti di atas, antara lain adalah dasar “husnudhon”.
Pertama, husnudhon bahkan husnul-yaqin bahwa Allah SWT mengijabahi/ mengabulkan  shalawat dari hamba-NYA.

Rasulullah SAW bersabda :
إِذَا دَعَوْتُمْ فَأَيْقِنُوا بِالإِجَابَةِ (رواه الترمذى عن أبى هريرة)
Jika kamu sekalian berdo’a maka berkeyakinanlah Allah SWT mengabulkannya. (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah)
اُدْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالإِجَابَةِ (رواه الترمذى عن أبى هريرة)
Berdo’alah kepada Allah, sedangkan kamu sekalian meyakini(do’amu) diijabahi. (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairoh).

Kedua, husnuddhon bahkan husnul-yaqin kepada Rasulullah SAW. pasti mengulurkan syafaatnya kepada umatnya yang membaca shalawat. Sebagaiamana tercermin dalam sabda Rasulullah SAW :
قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَتَبَ اللهُ بِهَا أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ وَكَتَبَ لَهُ مِائَةُ صَدَقَةٍ مَقْبُوْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ ثُمَّ بَلَغَتْنِى صَلاَتُهُ صَلَّيْتُ عَلَيْهِ وَنَالَتْهُ شَفَاعَتِى (ذكره أبو سعيد فى شرف المصطفى عن أنس ابن مالك ورفعه)
Barang siapa membaca shalawat kepada-KU tiap hari 100 kali, Allah menuliskan baginya sebab bacaan shalawat itu sejuta kebaikan, dan menghapus dari padanya sejuta keburukan, dan menuliskan baginya seratus shodaqoh yang maqbul.
Dan barang siapa membaca shalawat kepada-KU, kemudian shalawat itu sampai kepada-KU, maka Aku membaca shalawat kepadanya dan ia memperoleh syafaatKu. (HR. Abu Sa‘iid dari Atas bin Malik, kitab Syaroful Musthofa. Hadits marfu’).
Ketiga, - sebagaimana keterangan dalam beberapa hadis -, husnuddhon kepada para malaikat yang pasti memohonkan rahmat dan maghfiroh bagi orang-orang yang membaca shalawat nabi.

Keempat, husnudhon kepada siapa saja yang mengamalkan Shalawat Wahidiyah. Mereka pasti bersungguh-sungguh dalam tadlorru’ berdepe-depe (jw - mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan akhlak yang tepat), memohonkan taufiq hidayah, fadlol dan rohmat Allah SWT, memohon syafaat tarbiyah Rasulullah SAW memohon barokah do’a restu kepada Ghoutsu Hadzaz Zaman RA.

Kemudian - di samping dasar alasan husnudhon -, pencantuman kata-kata pertanggungjawaban tersebut, adalah untuk lebih memudahkan bagi masyarakat terutama Instansi pemerintah yang memerlukan penjelasan; bahwa dasar dan rujukan kaidah Shalawat Wahidiyah dan ajarannya, dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan norma dan kaidah-kaidah Islamiyah.

-      Al-Faatihah .......................................................................        1 x
-      Yaa Syafi’aI Kholqis Sholaatu Was Salaam................ dst.       3 x
-      Yaa Sayyidii Yaa Rasuulallah ...........................................        7 x
-      Yaa Ayyuhal Ghoutsu Salaamulooh............................ dst.       3 x
-      Al-Faatihah .......................................................................         l x



No comments:

Post a Comment