MASALAH
GARANSI
DAN
PERTANGGUNG JAWABAN
Setiap
orang pasti akan dimintai pertanggungjawabannya sendiri-sendiri atas segala
perbuatannya. Baik di dunia lebih-lebih diakhirat. Di akhirat semua orang harus
mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya ketika hidup di dunia. Baik perbuatan
atau amal ibadah yang berhubungan langsung kepada Allah wa Rasuulihi SAW maupun
yang berhubungan di dalam masyarakat, terhadap sesama makhluk pada umumnya.
Firman Allah Swt menegaskan:
وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ (النحل : ٩٣)
Dan
pasti, sungguh kamu sekalian akan ditanya (dimintai pertanggung jawaban) dari
apa yang telah kamu sekalian perbuat.
(QS. [16] An Nahl : 95 ).
Dan
Rasulullah SAW juga telah memperingatkan :
كُلُّكُمْ رَاعٍ
وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
(رواه البخارى ومسلم وأحمد وأبو داود عن ابن عمر)
Setiap
kamu sekalian adalah pengembala /pemimpin. Dan setiap kamu sekalian (dalam
suatu riwayat - dan tiap-tiap pemimpin) akan dipertanyakan tentang pimpinannya.
Jadi
tentang pertanggungjawaban setiap orang, baik itu dinyatakan ataupun tidak
dinyatakan, mau tidak mau, tiap-tiap orang pasti akan mengalami permintaan
pertanggungjawaban apa saja yang ia lakukan. Dipertanyakan, baik di dunia,
lebih-lebih di akhirat, tentang agama, bangsa, negara, keluarga, orang tua,
anak, guru, murid, pemimpin, yang dipimpin, pemerintah, rakyat, komandan, anak
buah. Pokoknya apa dan siapa saja yang ada hubungan hak dan kewajiban, hak
moril maupun materiil. Semua itu ada hak untuk menuntut tanggung jawab terhadap
siapa-siapa yang bersangkutan dan bermacam-macam segi dan jurusan, disamping
permintaan pertanggungjawaban dari Allah SWT dan dari Rasulullah SAW.
Maka
dari itu kita harus senantiasa mawas diri dalam setiap tindakan dan apa saja
yang kita lakukan lahir ataupun gerak gerik batin hati kita, harus berani dan
mampu mempertanggung jawabkan dengan dasar-dasar dan alasan yang kuat yang
dapat dipertanggungjawabkan. Baik terhadap sesama makhluk, lebih-lebih terhadap
Allah SWT Yang Maha Mengetahui segala macam tingkah laku manusia baik yang
lahir maupun yang batin.
Rasulullah
SAW Bersabda:
حَاسِبُوا
أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا (رواه أبو
نعيم)
Koreksilah
dirimu sebelum kamu dikoreksi.
Di
dalam Lembaran Shalawat Wahidiyah yang diedarkan kepada masyarakat degan
cuma-cuma itu pada tahun-tahun pertama penyiaran, yaitu sekitar tahun 1964 –
1968, tertulis kata-kata dalam bahasa Jawa huruf arab pegon :
MENAWI
SAMPUN JANGKEP 40 DINTEN MBOTEN WONTEN PERUBAHAN MANAH, KINGING DIPUN TUNTUT
DUNYAN WA UKHRON, KEDUNGLO KEDIRI.
Terjemah
bahasa Indonesia :
Jika
sudah cukup pengamalan 40 hari tidak ada perubahan dalam hati, boleh dituntut
dunia maupun akhirat, Kedunglo Kediri.
Kata-kata
tersebut ada sebagian orang salah menafsirkan, dengan mengganti
pemahaman menjadi : Barang siapa mengamalkan Shalawat Wahidiyah dijamin
masuk surga. Jelas ini merupakan pemahaman yang jauh bertentangan
dengan makna sebenarnya.
Kata-kata
pertanggungjawaban tersebut memberikan ajaran atau sekurang-kurangnya mengandung
sindiran agar supaya kita meningkatkan rasa tanggung jawab dengan segala
konsekwensinya apa saja yang kita lakukan. Dengan bahasa yang populer : BERANI
BERBUAT HARUS BERANI BERTANGGUNGJAWAB.
Catatan
:
Kata-kata
pertanggungjawaban seperti di atas kini sudah tidak dicantumkan lagi di dalam
Lembaran Shalawat Wahidiyah. Akan tetapi ini tidak berarti mengurangi
lebih-lebih lepas tangan dari tanggungjawab terhadap siapa saja yang sudah
mengamalkan Shalawat Wahidiyah 40 hari. Tidak dicantumkan lagi itu karena
alasan teknis pengaturan format lembaran.
Adapun
alasan dan dasar mencantumkan kata-kata pertanggungjawaban tersebut (sebagian
orang menyebutnya “garansi”) di dalam lembaran Shalawat Wahidiyah disamping
motif penyiaran dan rasa tanggungjawab seperti di atas, antara lain adalah
dasar “husnudhon”.
Pertama,
husnudhon bahkan husnul-yaqin bahwa Allah SWT mengijabahi/ mengabulkan shalawat dari hamba-NYA.
Rasulullah
SAW bersabda :
إِذَا دَعَوْتُمْ فَأَيْقِنُوا بِالإِجَابَةِ
(رواه الترمذى عن أبى هريرة)
Jika
kamu sekalian berdo’a maka berkeyakinanlah Allah SWT mengabulkannya.
(HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah)
اُدْعُوا اللهَ
وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالإِجَابَةِ (رواه
الترمذى عن أبى هريرة)
Berdo’alah
kepada Allah, sedangkan kamu sekalian meyakini(do’amu) diijabahi.
(HR. Tirmidzi dari Abu Hurairoh).
Kedua,
husnuddhon bahkan husnul-yaqin kepada Rasulullah SAW. pasti mengulurkan
syafaatnya kepada umatnya yang membaca shalawat. Sebagaiamana tercermin dalam sabda
Rasulullah SAW :
قَالَ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَتَبَ
اللهُ بِهَا أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ
وَكَتَبَ لَهُ مِائَةُ صَدَقَةٍ مَقْبُوْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ ثُمَّ
بَلَغَتْنِى صَلاَتُهُ صَلَّيْتُ عَلَيْهِ وَنَالَتْهُ شَفَاعَتِى (ذكره
أبو سعيد فى شرف المصطفى عن أنس ابن مالك ورفعه)
Barang
siapa membaca shalawat kepada-KU tiap hari 100 kali, Allah menuliskan baginya
sebab bacaan shalawat itu sejuta kebaikan, dan menghapus dari padanya sejuta
keburukan, dan menuliskan baginya seratus shodaqoh yang maqbul.
Dan
barang siapa membaca shalawat kepada-KU, kemudian shalawat itu sampai kepada-KU,
maka Aku membaca shalawat kepadanya dan ia memperoleh syafaatKu.
(HR. Abu Sa‘iid dari Atas bin Malik, kitab Syaroful
Musthofa. Hadits marfu’).
Ketiga,
- sebagaimana keterangan dalam beberapa hadis -, husnuddhon kepada para malaikat
yang pasti memohonkan rahmat dan maghfiroh bagi orang-orang yang membaca
shalawat nabi.
Keempat,
husnudhon kepada siapa saja yang mengamalkan Shalawat Wahidiyah. Mereka pasti
bersungguh-sungguh dalam tadlorru’ berdepe-depe (jw - mendekatkan diri
kepada Allah Swt dengan akhlak yang tepat), memohonkan taufiq hidayah, fadlol
dan rohmat Allah SWT, memohon syafaat tarbiyah Rasulullah SAW memohon barokah
do’a restu kepada Ghoutsu Hadzaz Zaman RA.
Kemudian
- di samping dasar alasan husnudhon -, pencantuman kata-kata pertanggungjawaban
tersebut, adalah untuk lebih memudahkan bagi masyarakat terutama Instansi pemerintah
yang memerlukan penjelasan; bahwa dasar dan rujukan kaidah Shalawat Wahidiyah
dan ajarannya, dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan norma dan
kaidah-kaidah Islamiyah.
- Al-Faatihah ....................................................................... 1 x
-
Yaa Syafi’aI Kholqis Sholaatu Was Salaam................ dst. 3 x
- Yaa Sayyidii Yaa Rasuulallah ........................................... 7 x
-
Yaa Ayyuhal Ghoutsu Salaamulooh............................ dst. 3 x
- Al-Faatihah ....................................................................... l x
No comments:
Post a Comment