POKOK
- POKOK AJARAN WAHIDIYAH
1. DEFINISI (TA’RIF) AJARAN WAHIDIYAH.
Yang
dimaksud dengan “AJARAN WAHIDIYAH” adalah Bimbingan praktis
lahiriyah dan batiniyah didalam mengamalkan dan
menerapkan tuntunan Rasulullah SAW mencakup bidang syariat, bidang haqiqat,
meliputi penerapan iman, pelaksanaan Islam, perwujudan ihsan, dan pembentukan
ahlaqul karimah.
2. Yang dimaksud dengan Pokok - Pokok Ajaran Wahidiyah adalah
rumusan ajaran Wahidiyah dalam
pokok-pokoknya yaitu :
* LILLAH - BILLAH
|
ِلله ـ بِاللهِ
|
* LIRRASUL - BIRRASUL
|
لِلرَّسُولْ ـ
بِالرَّسُولْ
|
* LILGHOUTS - BILGHOUTS
|
لِلْغَوثْ ـ بِالْغَوثْ
|
* YUKTI KULLA DZI HAQQIN HAQQOH
|
يُؤْتِى كُلَّ
ذِىْ حَقٍّ حَقَّهُ
|
* TAKDIMUL AHAM FAL AHAM, TSUMMAL ANFA’ FAL ANFA’
|
تَقْدِيْمُ الأَهَمِّ
فَالأَهَمُّ ثُمَّ الأَنْفَعُ فَالأََنْفَعُ
|
LILLAH,
artinya : Segala perbuatan apa saja lahir maupun batin, baik yang berhubungan
langsung kepada Allah wa Rasulihi SAW, maupun yang hubungan didalam masyarakat,
bahkan dalam hubungan dengan sesama makhluk, baik kedudukan hukumnya wajib,
sunnah atau mubah, asal bukan perbuatan yang tidak diridloi Allah, bukan
perbuatan yang merugikan, melaksanakan-nya supaya disertai niat beribadah
mengabdikan diri kepada Allah dengan ikhlas tanpa pamrih ! LILLAHI TA’ALA!. Baik
pamrih ukhrowi, lebih-lebih pamrih duniawi.
Jadi
hidup kita 100% harus kita curahkan untuk beribadah mengabdikan diri kepada
Allah dengan disertai niat LILLAH tersebut, asal bukan perbuatan yang
terlarang. Perbuatan terlarang atau merugikan, seperti maksiat atau mungkarot
sama sekali tidak boleh diniati ibadah LILLAH !. Dan kita harus berusaha
menjauhi dan menghindarinya. Didalam menjauhi dan menghindari itulah yang harus
dengan niat ibadah LILLAH. Demikian seterusnya didalam segala perbuatan apa
saja. Termasuk makan, minum, bekerja, tidur, istirahat dan sebagainya.
IKHLAS
TANPA PAMRIH : semata - mata karena
dan untuk Allah. Tidak berarti menutup pintu harapan ingin terhadap pahala,
surga dan sebagainya atau takut siksa neraka dan sebagainya. Kita harus ingin
kepada hal-hal yang baik yang menguntungkan dan harus takut kepada hal-hal yang
buruk yang merugikan. Akan tetapi di dalam kita ingin atau takut itulah yang
harus kita niati ibadah LILLAH, sebab kita memang diperintah supaya berharap
kepada pahala, surga dan lain-lain, dan supaya takut kepada siksa, neraka dan
lain-lain. Jadi amal-amal ibadah kita apa saja seperti sholat, puasa baca al-Qur’an,
dzikir, baca shalawat, menolong orang dan lain sebagainya jangan sampai karena
didorong oleh rasa ingin atau takut, melainkan didorong oleh pengabdian diri,
niat ibadah kepada Allah dengan ikhlas tanpa pamrih.
DASAR
/ DALILNYA LILLAH
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ (
الذاريات : 56 )
1. Dan
tiadalah AKU menciptakan jin dan manusia melainkan agar supaya mereka beribadah
(mengabdikan diri) kepadaKU.
(QS. [51] adz-Dzariyat : 56)
وَمَآ أُمِرُوآ إِلاَّ
لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
( البينة : 5 )
2. Dan tidaklah mereka disuruh, melainkan
supaya beribadah (mengabdikan diri) kepada Allah dengan ikhlas memurnikan ketaatan
kepada-NYA. (QS. [98] al-Bayyinah :
5).
Jadi
yang dimaksud “IBADAH” itu tidak hanya terbatas menjalankan syareat Islam
seperti syahadat, sholat, puasa. zakat, haji, baca dzikir, baca Qur’an dan
sebagainya saja. Melainkan seluruh bidang kehidupan kita, harus kita curahkan
penuh 100 % untuk ibadah dengan menyertakan niat “LILLAH” dalam segala gerak
hidup dan kehidupan kita ini seperti penjelasan LILLAH diatas. Bekerja, makan,
minum, tidur dan sebagainya harus niat ibadah LILLAAHI TA’ALA.
قَالَ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ : أَخْلِصِ الْعَمَلَ يُجْزِكَ مِنَ
الْقَلِيْلِ (رواه أبو منصور والديلمى)
3. Bersabda
Rasulullah SAW kepada Mu’adz bin Jabal : Ikhlaskanlah amalmu, maka amal ikhlas
yang sedikit saja sudah memadai (mencukupi) bagimu.
(HR. Abu Mansyur dan ad-Dailami)
KEBAIKAN
DAN KEUNTUNGAN LILLAH
- Allah
Swt berfirman :
مَنْ عَمِلَ
صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً
طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (النحل
: ٩٧)
Barang
siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dan dia
seorang mukmin, maka sungguh akan KAMI berikan kepadanya kehidupan yang baik?
dan sungguh akan KAMI berikan balasan pahala mereka dengan balasan yang lebih
baik? Daripada apa yang mereka kerjakan.
(Qs. [16] an-Nahl : 97)
- Rasulullah
Saw bersabda :
طُوْبَى
لِلْمُخْلِصِيْنَ أُوْلَئِكَ مَصَابِيْحُ الْهُدَى تَنْجَلِى عَنْهُمْ كُلَّ
فِتْنَةٍ ظَلْمَآءُ (رواه أبو نعيم عن ثوبان)
Alangkah
bahagianya orang-orang yang beramal dengan ikhlas. Mereka-mereka itulah sebagai lampu-lampunya petunjuk, dimana segala
fitnah yang digambarkan sebagai kegelapan menjadi jelas bagi mereka.
(HR. Abu Nu‘aim dan Tsauban).
KERUGIAN
DAN KECAMAN TERHADAP YANG TIDAK LILLAH.
- Allah
Swt berfirman :
وَمَنْ أَضَلُّ
مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللهِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِى
الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (القصص : ٥٠)
Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya
dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun? Sesungguhnya ALLAH tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang dholim.
(QS. [28] Al Qoshos : 50)
Orang
yang tidak LILLAH, namanya LILGHOIRILLAH. Berbuat tidak karena Allah melainkan
karena selain Allah. Istilah Wahidiyah disebut LINNAFSI. Berbuat atau beramal
hanya karena menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsunya. Kelihatan tho’at
hanya lahiriyah saja. Sedang batinnya adalah menuruti hawa nafsunya, berarti
dia diperalat oleh nafsunya. Diperbudak oleh nafsunya. Dengan kata lain dia
mengabdi atau menyembah kepada nafsunya sendiri. Orang yang beginilah yang
termasuk golongan orang/ kaum yang dlolim yang tidak akan mendapat petunjuk
dari Allah.
2. Rasulullah Saw bersabda :
إِنَّ اللهَ تَعَالَى
لَايَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتغِىَ بِهِ وَجْهُهُ
(رواه النسائى عن ابى أمامة ؛ حديث حسن صحيح)
Sesungguhnya
Allah tidak menerima daripada amal kecuali amal yang sungguh-sungguh ikhlas (LILLAH) semata-mata mengharap ridlo-NYA.
(Hadits shohih hasan yang diriwayatkan oleh Imam
Nasa’i dari Abi Umamah).
أَبْغَضُ إِلٰه
عُبِدَ عِنْدَ اللهِ فِى الأَرْضِ هُوَ الْهَوَى
(رواه الطبرانى عن أبى أمامة الباهلى)
Berhala
sesembahan di bumi yang paling dimurkai dan dikecam oleh Allah adalah hawa
nafsu.
(HR. Thobroni dari Abi Umamah al-Bahili)
Kesimpulannya
orang yang beramal ibadah hanya menuruti kemauan nafsunya, amal perbuatan apa
saja berarti dia menyembah kepada nafsunya sendiri. Dia adalah hamba daripada
nafsunya, dia teralh memper-tuhan nafsunya, namun tidak merasa. Oleh karenanya,
nafsu merupakan makhluk yang paling dimurkai oleh Allah, maka dengan sendirinya
orang yang menjadi hamba nafsu itulah orang yang paling dimurkai Allah.
BILLAH
: Dalam segala kehidupan, gerak gerik kita atau
perbuatan atau tindakan apa saja lahir dan batin dimanapun dan kapanpun saja,
supaya dalam hati senantiasa merasa bahwa yang menciptakan dan menitahkan serta
menggerakkan itu semua adalah ALLAH MAHA PENCIPTA.
Jangan
sekali-kali mengaku atau merasa bahwa kita mempunyai kemampuan sendiri. Ini
mutlak, dalam segala hal supaya merasa begitu. Baik dalam keadaan tho’at maupun
ketika maksiat, harus merasa BILLAH!. Tanpa kecuali!. ini harus kita sadari.
وَاللهُ خَلَقَكُمْ
وَمَا تَعْمَلُونَ (الصافات : ٩٦)
1. Padahal
Allah-lah yang menciptakan kamu sekalian dan apa yang kamu sekalian pembuat.
(QS [37] As- Shoffat : 96).
لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ
إِلاَّ بِاللهِ
2. Tiada
daya dan kekuatan (sedikitpun) melainkan dengan titah Allah.
عَنْ أَبِى ذَرٍّ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ؟.
قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
الإِيْمَانُ بِاللهِ (متفق
عليه)
3. Dari Abi Dzarrin
berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah SAW. Yaa Rasulullah, amal-amal apakah
yang lebih utama ? Rasulullah SAW menjawab: “AL-IIMAANU BILLAH” : Sadar Billah.
(Hadits Muttafaq ‘Alaihi)
وَاصْبِرْ وَمَا
صَبْرُكَ إلاَّ بِاللهِ (النحل : 127)
4. Bersabarlah
kamu dan tiadalah kesabaran itu melainkan dengan (pertolongan) Allah.
(QS. [16] An-Nahl : 127)
KEBAIKAN
DAN KEUNTUNGAN SADAR BILLAH
وَمَنْ يَعْتَصِمْ
بِاللهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ (آل
عمران : 101)
1. Dan
barang siapa yang memegang teguh sadar BILLAH, maka sungguh ia telah diberi
petunjuk dengan jalan yang lurus.
(QS. [3] Ali Imron : 101)
أَلا بِذِكْرِ اللهِ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (الرعد : ٢٨)
2. Ketahuilah
bahwa hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.
(QS. [13] Ar-Ro‘du : 28).
Yang
dimaksud “DZIKRULLOH” dalam ayat diatas adalah dzikirnya hati.
Atau hati selalu ingat kepada Allah. Orang yang sadar BILLAH pasti ingat kepada
Allah, bahkan lebih daripada ingat. Sedangkan dzikrulloh dengan lisan belum
tentu hatinya ingat kepada Allah.
رَكْعَةٌ مِنْ
عَالِمٍ بِاللهِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ رَكعَةٍ مِنْ مُتَجَاهِلٍ بِاللهِ (رواه
الشيرازى عن علي كرم الله وجهه - الجامع الصغير - )
3. Satu
rokaat yang dikerjakan oleh orang yang sadar BILLAH itu lebih baik daripada
seribu rokaat yang dikerjakan oleh orang yang bodoh (tidak sadar) BILLAH
Hadits
tersebut adalah kalam khobar ( pemberitahuan) tentang kebaikan orang yang sadar
BILLAH yang diperbandingkan dengan orang yang bodoh (tidak sadar) BILLAH.
KERUGIAN
DAN KECAMAN TERHADAP YANG TIDAK SADAR BILLAH
Orang
yang tidak sadar BILLAH, sekalipun ia masih beriman, dia tidak lepas dari
bahaya musyrik = mempersekutukan Tuhan (ALLAH). Sekalipun syirik khofi,
(mempersekutukan secara samar-samar ) seperti firman Allah di bawah:
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ باللهِ إِلاَّ
وَهُمْ مُشْرِكُونَ (يوسف : ١٠٦)
Dan
sebagian besar dan mereka tidak sadar BILLAH melainkan mereka masih
mempersekutukan ALLAH (QS. [12] Yusuf : 106).
Mempersekutukan
Alloh yaitu : mengandalkan selain Allah disamping juga percaya atau iman kepada
Allah.
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ
أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَشَآءُ وَمَنْ يُشْرِكْ
بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا (النساء
: ١١٦)
Sesungguhnya
Alloh tidak memberi ampun sekiranya dipersekutukan denganNYA, dan DIA
mengampuni dosa-dosa lain selain dosa syirik bagi siapa saja yang
dikehendakiNYA. Dan barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Alloh,
maka sungguh ia telah tersesat sejauh-jauhnya
(QS. [04] An-Nisa’ : 116)
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ
عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (الأنعام : ٨٨)
Dan
seandainya mereka mempersekutukan Alloh niscaya menjadi lenyap terhapuslah dan
mereka amal-amal yang telah mereka lakukan.
(QS. [06] Al-An’am : 88).
وَلَقَدْ أُوحِيَ
إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ
عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (الزمر
: ٦٥)
Dan
sungguh telah diwahyukan kepadaMU (Muhammad) dan kepada nabi-nabi sebelumnMU: “Jika
Engkau mempersekutukan Allah (tidak sadar BILLAH), niscaya akan menjadi
hapuslah amalMu, dan tentulah Engkau termasuk orang-orang yang menderita
kerugian.
(QS. [39] Az-Zumar : 65).
Demikianlah
betapa beratnya kutukan Tuhan terhadap dosa syirik (tidak sadar BILLAH). Sedang
junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Pun masih diberi peringatan oleh
Allah seperti itu lebih-lebih kita! . Mari kita renungkan dan kita sadari hal
ini !.
إِنَّ قَلِيْلَ
الْعَمَلِ يَنْفَعُ مَعَ الْعِلْمِ بِاللهِ وَكَثِيْرَ الْعَمَلِ لاَيَنْفَعُ مَعَ
الْجَهْلِ بِاللهِ
Sesungguhnya
sedikit amal yang disertai sadar BILLAH itu bermanfaat adanya; dan sesungguhnya
banyaknya amal yang dikerjakan dengan bodoh BILLAH (tidak sadar BILLAH atau
syirik) itu tidak bermanfaat adanya.
(HR. Ibnu Abdil Bar dari Anas bin Malik).
Orang
jika tidak merasa BILLAH otomatis BINNAFSI. Dan kalau binnafsi otomatis
mempunyai rasa “UJUB, RIYA’, TAKABBUR dan sebagainya yang kesemuanya ini
merusakkan amal, sehingga amal tersebut tidak diterima oleh Allah. Masih untung
jika tidak diterima begitu saja, akan tetapi disamping tidak diterima,
amal-amal yang dikotori dengan sifat-sifat ‘ujub, riya’, takabbur dan
sebagainya. Itu kelak diakhirat dirupakan siksa untuk menyiksa orang yang
beramal!.
إِنَّ الْعُجْبَ لَيُحْبِطُ عَمَلَ
سَبْعِيْنَ سَنَةً (رواه الديلمى)
Sesungguhnya
‘ujub itu merusak amal selama 70 tahun.
(HR. ad-Dailami).
خَصْلَتَانِ لَيْسَ
فَوْقَهُمَا شَيْءٌ مِنَ الشَّرِّ ؛ الشِّرْكُ بِاللهِ وَالضَّرُّ لِعِبَادِ اللهِ
، وَخَصْلَتَانِ لَيْسَ فَوْقَهُمَا شَيْءٌ مِنَ الْخَيْرِ ؛ الإِيْمَانُ بِاللهِ
وَالنَّفْعُ لِعِبَادِ الله (إحياء علوم الدين
3 ص : 185)
Dua
hal, tidak ada satupun demi keburukan yang lebih buruk daripadanya, yaitu: “syirik
Billah dan merugikan hamba lain “. Dan dua hal tidak ada satupun dan kebaikan
yang lebih baik dan padanya yaitu : SADAR BILLAH. Dan memberi manfaat kepada
hamba Allah.
(kitab Ihya ‘Ulumuddin II, hal. 185).
وَلاَتَجْعَلْ مَعَ اللهِ إِلٰهًا آخَرَ فَتُلْقَى فِي جَهَنَّمَ مَلُومًا
مَدْحُورًا (الإسراء : ٣٩)
Dan
janganlah kamu sekalian menjadikan Tuhan disamping Allah yang demikian itu
menyebabkan kamu akan dilemparkan kedalam neraka jahannam dalam keadaan
terkutuk dan dijauhkan dari rahmad Allah.
(QS. [17] Al-Isro’ : 39).
LILLAH
BILLAH harus diterapkan serempak bersama-sama. Hanya
LILLAH saja tanpa BILLAH, berbahaya !. Bahayanya yaitu antara lain ‘ujub, riya’,
takabbur dan sebagainya. Begitu juga hanya BILLAH saja tanpa LILLAH, menjadi
batal karena tidak menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah.
شَرِيْعَةٌ بِلاَحَقِيْقَةٍ
عَاطِلَةٌ وَحَقِيْقَةٌ بِلاَشَرِيْعَةٍ بَاطِلَةٌ
Syariat
tanpa haqiqot kosong, tak ada isinya dan haqiqot tanpa syariat batal, tak
berarti.
DASAR/DALILNYA LILLAH BILLAH HARUS DITETAPKAN BERSAMA
فَمَنْ كَانَ
يَرْجُو لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (الكهف : ١١٠)
Dan
barang siapa mengharap penjumpaan dengan Tuhan-Nya hendaklah dia mengerjakan
amal sholeh (LILLAH) dan janganlah mempersekutukan dengan sesuatupun dalam
beribadah kepada Tuhan-Nya (BILLAH).
(QS. [18] Al-Kahfi : 110).
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ
الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَآءِ
وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَاكَانُوا يَكْسِبُونَ (الأعراف
: ٩٦)
Dan
sekiranya para penduduk kota / desa / negara benar-benar beriman dan bertaqwa (BILLAH
dan LILLAH), sungguh KAMI akan melimpahkan kepada mereka bermacam-macam barokah
dari langit dan dari bumi (barokah lahir dan barokah batin dari arah yang dapat
diperhitungkan dan dari arah yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya). Akan
tetapi (sayangnya) mereka mendustakan (ayat-ayat KAMI, maka KAMI siksa mereka
(kami ambil tindakan tegas) disebabkan perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan.
(QS. [07] A1-A’rof : 96).
إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ
نَصِيرًا. إِلاَّ الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللهِ
وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ للهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ
اللهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا (النساء :
145-١٤٦)
Sesungguhnya
orang-orang munafik itu ditempatkan di tempat yang paling bawah dari neraka,
dan Engkau (Muhammad ) sekali-kali tidak dapat menemukan seorang penolong pun
dan mereka; kecuali, mereka bertobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang
teguh kepada Allah (sadar BILLAH) dan menjalankan agama mereka dengan ikhlas
(LILLAH). Maka mereka itu ditempatkan bersama-sama dengan orang -orang yang
beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala
yang agung.
(QS. [04] An-Nisa’ : 145-146)
Definisi
“munafik” yaitu orang yang lahir dan batinnya tidak sama. Lahirnya kelihatan
beribadah tetapi batinnya tidak beribadah (tidak LILLAH), ini munafik !.
Sekalipun munafik seperti itu tidak sampai menggugurkan iman seseorang, tetapi
tetap namanya munafik dan akan ditempatkan di “darkil-asfal” neraka yang paling
bawah seperti keterangan pada ayat di atas.
Mengadakan
perbaikan, artinya merubah sikap, menyudahi pertingkah yang tidak baik dan
mengerjakan pekerjaan - pekerjaan yang baik lahir dan batin!.
مَا يَفْعَلُ اللهُ
بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكَانَ اللهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
(النساء : ١٤٧)
Mengapa
Allah akan menyiksakmu jika kamu sekalian benar-benar bersyukur (LILLAH) dan
sungguh-sungguh beriman (BILLAH) dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha
Mengetahui.
(QS. [04] An-Nisa’ : 147).
“Maha
Mensyukuri”, artinya Allah Maha menerima syukur dari hamba-NYA, memberi pahala
terhadap amal-amal ibadah hamba-hamba-NYA, mengampuni dosa-dosa dan selalu
menambah nikmat karunia-NYA.
L
I R R A S U L :
Disamping
niat ibadah Lillah seperti di muka, supaya juga disertai dengan niat Lirrasul,
yaitu niat mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Segala amal perbuatan harus
diniatkan Lirrasul. Asal, bukan perbuatan yang tidak diridloi Allah, bukan
perbuatan yang merugikan.
DASAR
/ DALILNYA LIRRASUL
Banyak
sekali ayat-ayat dalam Al Qur’an antara lain:
يَآ أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلاَ تُبْطِلُوا
أَعْمَالَكُمْ (محمد : ٣٣)
1. Hai
orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, dan
janganlah kamu sekalian merusakkan amal-amal kamu sekalian.
(QS. [47] Muhammad : 33)
Hal-hal
yang merusak amal antara lain adalah ‘ujub, riya’, takabbur dan tidak ihlas
karena Allah (tidak Lillah Billah istilah Wahidiyah). Hanya Lillah tidak
sadar Billah, pasti terjadi rasa ‘ujub, riya’, takabbur dan sebagainya itu. Dan
hubungan ayat diatas, disamping niat Lillah harus juga disertai niat Lirrasul,
mengikuti/ dan taat kepada Rasulullah SAW.
وَمَا آتَاكُمُ
الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ
اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (الحشر : ٧)
2. Dan
apa yang disampaikan oleh Rasul kepadamu semua, terima dan kerjakanlah, dan apa
yang dilarang olehNYA, maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat berat hukuman-NYA.
(QS. [59] Al-Hasyr : 07).
3. Dan
KAMI tidaklah mengutus seorang rasul melainkan supaya ditaati dan diikuti
dengan izin Allah. Dan jika sekiranya ketika mereka sungguh menganiaya dirinya,
kemudian datang kepada-MU (wahai rasul) lalu memohon ampun kepada Allah, dan
Rasulpun berkenan memohonkan ampun buat mereka, tentulah mereka mendapati Allah
Maha Penerimna Taubat lagi Maha Penyayang.
(QS. [04] An-Nisa’ : 64).
Hubungan
dengan ayat “WALAU ANNAHUM..........dst ini. al Mukarrom Mbah Yahi Muallif
Shalawat Wahidiyah Qs wa Ra menganjurkan; bahwa kalimat tersebut ada baiknya
jika dibaca pada setiap kita akan mengamalkan do’a-do’a shalawat.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ
قَالَ : فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوْهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ
بِأَمْرٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَااسْتَطَعْتُمْ (متفق
عليه)
4. Dari
Abi Huroiroh r.a. Dari Kanjeng Nabi SAW, bahwa sesungguhnya beliau SAW
bersabda: “Jika aku mencegahmu dari sesuatu, maka jauhilah sesuatu itu, dan
jika Aku memerintahkan sesuatu kepadamu, maka laksanakanlah menurut kemampuanmu.
(Hadits Muttafaq ‘alaihi).
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ
فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَآ أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا (النساء
: ٨٠)
5. Barang
siapa mengikuti / taat kepada Rasul (Lirrasul) maka sungguh ia telah taat
kepada Allah.
(QS. [04] An-Nisa’ : 80)
Hakikat
“mengikuti” yang sesungguhnya adalah melihat “yang diikuti” pada segala
sesuatu, dan disamping dan didalam segala sesuatu”.
Dengan
penerapan Lirrasul disamping Lillah, maka otomatis menjadi makin banyaklah
ingat kita kepada Rasulullah SAW, disamping ingat kepada Allah. Dan makin banyak
ingat kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, tentunya menjadi sangat berhati-hati
dalam menjalankan tuntunan Rasulullah SAW dalam segala bidang.
حَقِيْقَةُ
الْمُتَابَعَةِ رُؤْيَةُ الْمَتْبُوْعِ عِنْدَ كُلِّ شَيْءٍ وَمَعَ كُلِّ شَيْءٍ
وَفِى كُلِّ شَيْءٍ اَىْ رُؤْيَةُ الشُّهُودِ
(جامع الأصول : 35)
6. Bersabda Rasulullah
SAW: Barang siapa menghidup-.hidupkan sunnahKu, maka sungguh ia telah mencintai
Aku; dan barang siapa mencintai Aku, maka ia akan bersama-sama dengan aku di
surga. (HR.
Syairazi dari Anas bin Malik).
وَمَنْ يُشَاقِقِ
الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ
الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا (النساء
: ١١٥)
7. Dan
barang siapa menentang Rasul sesudah jelas baginya petunjuk dan kebenaran, dan
ia mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang mukmin, maka KAMI biarkan ia
berlarut larut dalam kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan akan KAMI
masukkan dia kedalam neraka jahanam. Dan jahanam itu seburuk-buruknya tempat
kembali. (QS. [04] an-Nisa’ : 115).
لاَيُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ
(رواه الترمذى)
8. Tidaklah
disebut iman yang sempurna salah satu dari kamu sekalian sehingga hawa
nafsunya) mengikuti pada apa yang sebab ini aku diutus.
(HR. Imam Tirmidzi).
Kalimat
“HAQIQOTUL MUTABA’AH “ pada hal. 40 tadi, erat hubungannya dengan hadits ini.
Dan penerapan niat Lirrasul disamping Lillah merupakan sebagian dari
realisasinya secara batiniyah.
BIRRASUL
:
Penerapannya
seperti Billah keterangan di muka, akan tetapi tidak mutlak. Dan menyeluruh
seperti Billah, melainkan terbatas dalam soal-soal yang tidak dilarang oleh
Allah wa Rasuulihi SAW. Jadi dalam segala hal apapun, segala gerak gerik kita
lahir dan batin, asal bukan hal yang dilarang oleh Allah wa Rasuulihi SAW
disamping sadar Billah, kita supaya merasa bahwa semuanya itu mendapat jasa
dari Rasulullah SAW (Birrasul).
DASAR
/ DALILNYA BIRRASUL :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ
إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (الأنبياء : ١٠٧)
1. Dan
tidaklah AKU mengutus engkau Muhammad, melainkan rahmat bagi seluruh alam.
(QS. [21] al-Anbiya’ : 107).
وَكُنْتُمْ عَلَى
شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا (آل
عمران : ١٠٣)
2. Dan
kamu sekalian sudah berada di tepi jurang neraka kehancuran, kemudian Allah
menyelamatkan kamu sekalian dan padanya (dengan diutusnya Rasulullah). (QS. [03] Ali Imron : 103).
إِنَّ أَحْسَنَ
الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَأَحْسَنَ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه البخارى)
3. Sesungguhnya
sebaik-baik ucapan adalah Kitabulloh dan
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuknya
Muhammad SAW.
(HR. Bukhori).
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي
إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (الشورى : ٥٢)
4. Dan
sesungguhnya Engkau (Muhammad) benar-benar dapat memberi petunjuk kearah jalan
yang lurus. (QS.
[42] as-Syuro : 52).
Makna
ayat ini menjelaskan bidang syariat. Adapun dalam bidang haqiqotnya disebutkan dalam
ayat yang lain :
إِنَّكَ لاَتَهْدِي
مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَنْ يَشَآءُ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ (القصص : ٥٦)
5. Sesungguhnya
Engkau (Muhammad) tidak dapat memberikan petunjuk kepada orang yang Engkau
sayangi, tetapi Allah yang memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki.
(QS. [28] Al-Qoshos : 56).
LILGHOUTS
BILGHOUTS
Pengertian
dan penerapannya, seperti LIRRASUL BIRRASUL dimuka. Jadi LILGHOUTS artinya,
niat mengikuti bimbingan Ghoutsu Hadzaz Zaman Ra (disamping niat Lillah dan
Lirrasul). Dan Bilghouts penerapannya, merasa dalam hati bahwa dalam segala
tingkah laku kita yang diridloi Allah. Kita memperoleh jasa dari Ghoutsu Hadzaz
Zaman RA (disamping sadar Billah dan Birrasul).
Jasa
Ghoutsu Hadzaz Zaman yang dimaksud adalah berupa tarbiyah rohaniyah pendidikan
rohani atau sorotan batin yang disebut “NADZROH”, suatu sirri dari sekian
banyak sirri yang dikaruniakan Allah kepada beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman RA.
Pada umumnya hanya para ahlul - bashoir dan ahlul kasyfi yang dikaruniakan
Allah dapat melihat sirri-sirri tersebut. Ahlul Bashoir adalah orang yang ahli
mempunyai pandangan batin yang tajam karena jiwanya yang telah bersih-suci. Dan
ahlul kasyfi adalah orang yang dikaruniai keistimewaan oleh Allah dapat melihat
perkara-perkara ghoib. Suatu ke Maha Besaran Allah yang dunia fikriyah dan
dunia ilmiyah tidak mampu menjangkaunya. Jadi tidak mudah terlihat oleh
sembarang orang kebanyakan karena tertutup oleh tabir selubung ke Agungan
Allah.
DASAR
/ DALIL-DALIL LILGHOUTS BILGHOUTS
وَاتَّبِعْ سَبِيْلَ
مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ (لقمان: 15)
Dan
ikutilah jalannya orang yang kembali kepada-Ku.
(QS. [21] Luqman : 15).
Orang
yang kembali kepada Allah, dengan kembali sepenuh-penuhnya kembali, lahir dan
batinnya, terutama batinnya senantiasa ingat kepada Allah. Senantiasa
berdepe-depe tadlarru’ kepada Allah, senantiasa menyerahkan segala-galanya,
segala persoalan kepada Allah, menyerah bongkokan 100%. Dan senantiasa
takholluq biakhlaaqillahi wa biakhlaaqi Rasulihi SAW. Dan sebagainya. Istilah
Wahidiyah menerapkan 100% LILLAH BILLAH, LIRRASUL BIRRASUL yang paling
sempurna. Orang yang seperti itu pada zaman sekarang tidak lain adalah Ghoutsu
Hadzaz Zaman RA.
يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
(التوبة : ١١٩)
Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu sekalian
beserta orang-orang yang benar.
(QS. [09] At-Taubah : 119).
Yang
dimaksud orang-orang yang benar dalam ayat ini, adalah orang-orang yang telah benar
dalam i’tiqod, benar dalam aqidah, benar dalam ucapan dan benar dalam tindakan.
Benar menurut pandangan Allah wa Rasuulihi SAW.
وَمَآ أَرْسَلْنَا
مِنْ قَبْلِكَ إِلاَّ رِجَالاً نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ
إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ (النحل : ٤٣)
Dan
KAMI tidak mengutus sebelum Engkau (Muhammad) melainkan orang laki-laki yang
KAMI wahyukan kepada mereka; maka bertanyalah kamu sekalian kepada “ahludz
dzikri” jika kamu sekalian tidak mengetahuinya.
(QS. [16] An-Nahl : 43).
الْمُرَادُ بِأَهْلِ
الذِّكْرِ الْعُلَمَاءُ بِاللهِ وَبِدِيْنِهِمْ الْعَامِلُوْنَ بِعُلُومِهِمْ
ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ (رسالة المعاونة ص :
13)
Yang
dimaksud dengan “AHLUDZ - DZIKRI” adalah Ulama Billaah wa bidiinihim = orang
yang sadar Billah dan menguasai hukum-hukum agama, yang mengamalkan ilmunya
semata-mata hanya mengharap wajhallah/ridlo Allah (LILLAH).
(Risalatul Muawanah hal. 13).
جَالِسُوا الْكُبَرَاءَ
وَسَائِلُوا الْعُلَمَاءَ وَخَالِطُوا الْحُكَمَاءَ (رواه
الطبرانى عن أبى زحيفة)
Duduk
bergaullah dengan Ulama Besar (Mujtahid / Mujaddid / Ghoutsu Hadzaz) dan
bertanyalah kepada ulama dan bergaullah dengan para hukama / para ahli hikmah.
(HR. Thobroni dari Abu Zuhaifah).
KEBAIKAN
MENERAPKAN LILGHOUTS BILGHOUTS
لاَتَزَالُ أُمَّتِى
بِخَيْرٍ مَا أَخَذُوا الْعِلْمَ عَنْ أَكَابِرِهِمْ (أخرجه
أبو نعيم)
Umatku
tidak hiliang-hilang (senantiasa) dalam kebahagiaan selama mereka memperoleh
ilmu dari Ulama-ulama besar mereka.
(HR. Abu Nu‘aim).
Ghoutsu
Hadzaz Zaman senantiasa kita yakini adalah min akaabiril ulamaa. Bahkan
satu-satunya, dan tidak ada duanya didalam setiap zaman dan zaman sekarang.
كُنْ مَعَ اللهِ
فَإِنْ لَمْ تَكُنْ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ يُوْصِلُكَ إِلَى
اللهِ إِنْ كُنْتَ مَعَهُ (خزينة الأسرار /
نور البرهان : 48)
Besertalah
kamu dengan Allah, jika tidak bisa besertalah dengan orang yang beserta dengan
Allah. Oleh karena sesungguhnya ia dapat menyampaikan kamu kepada Allah jika
engkau bergaul serta dengannya.
(kitab Khazinatul Asrar dan kitab Nurul Burhan juz I hal 48).
قَلْبُ الْعَارِفِ
حَضْرَةُ اللهِ وَحَوَاسُهُ أَبْوَابُهَا، فَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيْهِ بِالْقُرْبِ
الْمُلاَئِمِ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْحَضْرَةِ.
Hatinya
orang yang arif Billah itu merupakan Hadrotulloh dan panca inderanya sebagai
pintu-pintunya Hadroh. Maka barang siapa mendekatkan diri kepada beliau dengan
cara pendekatan yang serasi dengan kedudukan beliau, akan terbukalah baginya
pintu-pintunya hadroh. (Dipersilahkan dan tinggal masuk).
(kitab Jaamiul Ushuul hal. 48).
قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم :
مَنْ قَلَّدَ عَالِمًا لَقِيَ اللهَ سَالِمًا
Rasulullah
Saw bersabda : Barang siapa mengikuti orang alim, maka dia akan berjumpa dengan
Allah dengan selamat.
Yang
dimaksud “ALIMAN / orang alim” disini, adalah orang yang Alim Billaah wabi ahkaamihi.
Orang yang sadar Billah dan menguasai hukum-hukum Allah. Menguasai dalam arti
faham betul hukum-hukum Allah, dan dipraktekkan baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi orang lain / masyarakat umum.
KERUGIAN
ORANG YANG TIDAK MENERAPKAN LILGHOUTS BILGHOUTS
قَالَ دَاوُدُ بْنُ
مَاخَلاَ: مَنْ دَخَلَ الدُّنْيَا وَلَمْ يُصَادِفْ رَجُلاً كَامِلاً يُرَبِّيْهِ
خَرَجَ مِنْهَا مُتَلَوِّثًا بِالْكَبَائِرِ وَإِنْ كَانَ بِعِبَادَةِ
الثَّقَلَيْنِ. (تقريب الأصول)
Berkata
Syekh Dawud bin Makhola didalam Kitab Taqriibul Ushuul Barang siapa memasuki
dunia ini tidak menemukan seseorang laki-laki yang kaamil, yang membimbingnya
kearah kesadaran kepada Allah, dia akan keluar dari dunia (meninggal dunia)
berlumuran dosa besar, sekalipun ibadahnya sebanyak ibadahnya bangsa jin dan manusia.
(kitab Taqribul Ushul)
Al
Faatihah............................................................................... 1 x
Yaa
Syafi’al Kholqis Sholaatu Wassalam........................... dst. 3 x
Yaa
Sayyidii Yaa Rasuulallah.................................................. 7 x
Yaa
Ayyuhal Ghoutsu Salaamulloh.................................... dst. 3 x
Al
Faatihah............................................................................... 1 x
HAL
YUKTI KULLADZI HAQQIN HAQQOH
DAN
TAQDIMUL AHAM FAL AHAM
TSUMMAL
ANFA’ FAL ANFA’
YUKTI
KULLADZI HAQQIN HAQQOH :
Memenuhi
segala macam kewajiban yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya tanpa
menuntut hak. Mengutamakan kewajiban daripada menuntut hak. Contoh : suami
harus memenuhi kewajibannya terhadap sang istri, tanpa menuntut haknya dari
sang istri. Dan istri harus memenuhi kewajibannya terhadap suami, tanpa
menuntut haknya dari sang suami. Anak harus memenuhi kewajibannya terhadap
orang tua, tanpa menuntut haknya dari orang tua. Dan orang tua supaya memenuhi
kewajibannya terhadap anak, tanpa menuntut haknya dari si anak. Dan sebagainya.
Sudah barang tentu jika kewajiban dipenuhi dengan baik, maka apa yang menjadi
haknya akan datang dengan sendirinya tanpa diminta.
TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA’ FAL ANFA’
Mendahulukan
yang paling penting, kemudian yang paling besar manfaatnya. Jika ada dua macam
kewajiban atau lebih dalam waktu yang bersamaan dimana kita tidak mungkin dapat
mengerjakannya bersama-sama, maka harus kita pilih yang paling aham, paling penting
kita kerjakan lebih dahulu. Jika sama-sama pentingnya, kita pilih yang lebih
besar manfaatnya. Untuk dapat menetapkan pilihan aham dan anfa’ secara tepat
perlu kita perhatikan sebagai pedoman yaitu bahwa segala hal yang berhubungan
dengan Allah wa Rasuulihi SAW, terutama yang wajib pada umumnya harus kita
pandang aham - paling penting; dan hal-hal yang manfaatnya dirasakan juga oleh
orang lain lebih-lebih masyarakat banyak, maka harus kita pandang “ANFA” -
lebih besar manfaatnya. Dikatakan pada umumnya, oleh karena tidak mutlak.
Artinya, mungkin adanya suatu hal yang baru (‘aridl) atau karena situasi dan
kondisi maka dalam prakteknya bisa menyimpang dari pedoman tersebut.
Dalil-dalil
yang hubungan Yukti Kulladzi Haqqin Haqqoh, antara lain:
وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ
كَانَ مَسْئُولاً (الإسراء : ٣٤)
1. Dan
penuhilah janji/kewajiban karena sesungguhnya janji / kewajiban itu pasti
dimintai pertanggungjawaban (termasuk besok diakhirat).
(QS. [17] al-Isro’ : 34).
إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأََمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ
بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ
بِهِ إِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (النساء :
٥٨)
2. Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu sekalian supaya menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu
menjalankannya dengan adil.
(QS. [04] an-Nisa’ : 58).
الْعَدْلُ هُوَ أَنْ
يُعْطِيَ كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ (إحياء 3 ص : 315)
3. Yang
disebut adil ialah memberikan segala hak (memenuhi kewajiban) kepada yang
mempunyai hak.
(kitab Ihya Ulumuddin juz III - 315)
إِنَّ اللهَ أَعْطَى
كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ (رواه
ابن ماجه عن أنس بن مالك بإسناد صحيح)
4. Sesungguhnya
Allah itu memberikan segala hak kepada yang mempunyai hak.
(HR. Ibnu Majah dari Anas bin Malik dengan sanad yang shohih).
DALILNYA
TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA’ FAL ANFA’
دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ
الْمَصَالِحِ (قاعدة أصول الفقه)
Mencegah
kerusakan didahulukan dari pada menarik kemaslahatan.
(Qo‘idah Ushuul Fiqih).
Ada
lagi semacam “Doktrin akhlaq”:
مُرَاعَةُ الأَدَبِ
مُقَدَّمٌ عَلَى امْتِثَالِ الأَوَامِرِ
Memelihara
adab didahulukan dari pada menjalankan berbagai macam perintah.
Di
dalam al-Qur’an Allah Swt berfirman :
فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا
الصَّلاةَ (النساء : ١٠٣)
Maka
apabila hati kamu sekalian sudah tenang (aman) maka dirikanlah sholat .......
(QS. [04] an-Nisa’ : 103).
AL
FAATIHAH !
No comments:
Post a Comment