FAFIRRUU ILALLOH WA ROSUULIHI SAW !
III. 03. 3001 "ANDA BERTANYA DAN BERKOMENTAR, KAMI MENJAWAB DAN MENANGGAPI/ MENJELASKAN"
024.03.3001 - ANDA BERTANYA DAN BERKOMENTAR ( Saudaraku Gus Thoifur - Ketujuh) - TTG "KEBAIKAN DAN KEUNTUNGAN SADAR BILLAH.
TANGGAPAN DAN PENJELASAN atas
KEJANGGALAN GUS THOIFUR TERHADAP AJARAN WAHIDIYAH
----------------------------------------------------------------------------
VII. Kejanggalan Ketujuh Gus Thoifur :
Pada hatam 8 PEDOMAN POKOK-POKOK WAHIDIYAH menggunakan ayat:
وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ – ال عمران : 101
"Dan barang siapa yang berpegang teguh sadar BILLAH maka sungguh ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus" (fersi wahidiyah).
Ayat tersebut di jadikan dalil "KEBAIKAN DAN KEUNTUNGAN SADAR BILLAH (sadar dalam segala perbuatan dohir batin senantiasa merasa bahwa yang menggerakkan dan menciptakan adalah alloh baik dalam ketoatan atau maksiat), padahal dalam kitab-kitab tafsir yang dimaqsud ayat tersebut adalah "BARANG SIAPA YANG BERPEGANG TEGUH PADA AGAMA ALLOH MAKA TELAH MENDAPAT HIDAYAH (PETUNJUK) MENUJU KE JALAN YANG BENAR, bukan masalah keuntungan dan kebaikan sadar BILLAH.
Tanggapan dan Penjelasan atas Kejanggalan ketujuh :
Gus Thoifur yang terhormat,
jika diartikan atau dimaksudkan dengan :
وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍAyat :
“Barang siapa berpegang teguh dengan agama Alloh, maka telah mendapat hidayah menuju kejalan yang benar”, itu tidak salah, karena termasuk tafsir bil ma’tsur. Tetapi jika diartikan: “Berpegang teguh dengan sadar Billah”, juga tidak salah, karena termasuk tafsir bil isyari. Tapi jika sampean tetap bersikukuh dengan tafsiran diatas, itu menunjukkan bahwa sampean :
1. Hanya mau memakai tafsir dari satu penafsiran saja. Seperti tafsiran dari seorang mufassir yang bernama Ali as-Shobuni (dosen fakultas Syari’ah pada Universitas Makkah al-Mukarromah) saja. Ali as-Shobuni dalam tafsirnya Shofwah at-Tafasir menjelaskan :
(وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ) يتمسك بدينه الحق الذي بيَّنه بأياته على لسان رسوله فقد اهتدى إلى أقوم طريق.
“Berpegang teguh pada AGAMA ALLOH YANG BENAR, yang Dia telah menjelaskan dengan ayat-ayat-Nya melalui lisan rasul-Nya, maka pasti ia mendapat hidayah kepada jalanyang lurus”.
2. Sampean sebagai orang ahlussunah wal jama’ah, terlalu berani dan semau sendiri menyempitkan makna بِالله dari kedalaman kandungannya. Padahal para ulama ahli tafsir, telah menjelaskan kedalaman kandungannya yang dikehendaki Alloh Dzat Pemilik firman. Misalnya :
a. Syekh Abul Barakat an-Nasafi Ra (didalam tafsir Madaarik at-Tanziil), memberikan makna ayat tersebut dengan makna yang luas :
(وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللهِ) ومن يتمسك بدينه أو بكتابه أو حث لهم على الإلتجاء في دفع شرور الكفار ومكايدهم (فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ) أرشد إلى دين الحقِّ أو ومن يجعل ربه ملجاء ومفزعا عند التشبه يحفظه عن التشبه
(وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللهِ) Dan barang siapa berpegang teguh dengan agama Alloh atau kitab-Nya, atau sebagai dorongan kepada mukmin agar berlindung (kepada-Nya) dalam menolak kejahatan dan tipu daya orang kafir.
(فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ) diberi petunjuk kepada agama yang benar, atau barang siapa yang menjadikan Tuhannya sebagai tempat berlindung dan berteduh ketika mengalami tasyabuh, maka (Alloh) akan menjaganya dari ketasyabuhan.
b. Syekh Khathib as-Syarbini Ra (didalam tafsir Sirojul Munir), menerangkan :
(وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللهِ) وَمَنْ يَتَمَسَّكُ بِدِيْنِهِ أَوْ يَلْتَجِئُ إِلَيْهِ فِي مَجَامِعِ أُمُورِهِ (فَقَدْ هُدِيَ) حَصَلَ لَهُ الهُدَى (إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ)
c. Syekh Kamsyakhanawi Ra (didalam kitab Jami’ al-Ushul bab “uzlah”), menerangkan :
ولا تَغْتَر باِعْتِزَالِ بَدَنِكَ وَالقَلْبُ مَعَهُمْ فَاهْرُبْ إِلَى اللهِ فَإِنَّ مَنْ هَرَبَ إِلَى اللهِ أَوَّاهُ اللهِ وَحَفَظَهُ, وَصِفَةُ الهُرُوبِ إِلَى اللهِ بِالكَرَاهَةِ لِجَانِبِهِمْ وَالمَحَبَّةُ لِجَانِبِ الحَقِّ بِاللجَاءِ إِلَيْهِ وَالإِعْتِصَامِ بِهِ (وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ)
“Janganlah tertipu dengan penyendirian (uzlah) badanmu (dari manusia) sedangkan hati bersama mereka. Maka cepat-cepat larikanlah (hatimu) kepada Alloh. Sesungguhnya orang berlari kepada Alloh, adalah orang yang berlindung dengan perasaan merendah kepada Alloh, dan DIA akan menjaganya. Sifat atau keadaan berlari kepada Alloh itu, ketika berada dilingkungan manusia (makhluk), dengan cara dipaksakan. Sedangkan mahabbah/ cinta pada keharibaan Dzat yang Haq, dengan cara berlindung kepada-Nya serta memohon penjagaan kepada/ dengan-Nya (bihi : BILLAH) (وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ)”.
Pertanyaan kami : apa alasan sampean menolak atau setidak-tidaknya menafikan mufasir ulama’ al-Asy’ariyah (selain Ali as-Shobuni) sebagaimana yang kami kutip diatas, hingga sampean menyempitkan makna firman Alloh SWT. Atau memang sampean belum pernah membaca kitab tafsir selain kitab tafsirnya Ali as-Shobuni ? ......... kami kira tidak juga kan ?, kalau tidak, lalu apa maksud sampean.
3. Ayat diatas kami tulis dalam buku pada bab yang dimaksud karena ada syahid dari dalil lain.
4. Banyak hadits yang menjadi penjelas tentang makna Billah pada ayat diatas, dapat dimaknai dengan sadar Billah. Antara lain :
a. “Ma’rifat/ sadar billah”, yang maknanya diambil dari kata BILLAH, merupakan prinsip kaum sufi. Oleh karenanya, maka mereka disebut “AL ‘ARIF BILLAH”.
b. Imam Bukhori dalam kitab shohehnya (pada kitab iman), Rosululloh SAW menerangkan adanya ilmu ma’rifat billah.
Lihat dalam bab : قَوْلُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِاللهِ yang memaknainya dengan : وَأَنَّ المَعْرِفَةَ فِعْلُ القَلْبِ : “dan sesungguhnya makrifat itu perbuatan hati”.
c. Hadits Riwayat Ad-Dailami dari Baginda Aisyah Ra, yang menerangkan; “penyangga agama” adalah MAKRIFAT BILLAH.
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ دِعَامَةَ البَيْتِ أَسَاسُهُ, وَدِعَامَةَ الدِيْنِ المَعْرِفَةُ بِاللهِ تَعَالَى وَاليَقِيْنُ والعَقْلُ القَامِعُ. فَقُلْتُ : بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي, مَا العَقْلُ القَامِعُ ؟. قَالَ : الكَفُّ عَنْ مَعَاصِي اللهِ وَالحِرْصُ عَلَى طَاعَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.
“Nabi Saw bersabda : Sesungguhnya penyangga rumah adalah pondasinya. Sedangkan penyangga agama adalah MA’RIFAT BILLAH, keyakinan dan akal yang mengendalikan. Aku (Aisyah) berkata : demi bapakku Engkau dan ibuku : Apakah makna akal yang mengendalikan itu ?. Beliau bersabda : (akal) yang dapat mencegah dari kemaksiatan dan yang mendorong ketaatan kepada Alloh Azza wa Jalla”.
Kami bertanya lagi kepada sampean : apakah menurut sampean berpegang teguh dengan ilmu Billah bukan suatu keharusan ?. ........ Kalau bukan, atas dasar apa dan dari mana.
Kesimpulannya,
a. Kami memaknai ayat tersebut dengan makna seperti dalam buku kami, berdasar aturan dalam kaidah yang semestinya, yang dianut oleh para kaum sufi (al-Arif Billah).
b. Kami menempatkan ayat itu pada bab tersebut, karena terdapatnya dalil SYAWAHID dari beberapa dalil yang kuat.
c. Jika sampean, mengikuti satu penafsiran (Shafwah at-Tafasir) saja, itu hak sampeyan. Namun jangan mengklaim dengan pernyataan : padahal dalam kitab-kitab tafsir yang dimaqsud ayat tersebut adalah ...... dan seterusnya. Dan ..., itu namanya AROGANSI ILMIYAH.
Forum Diskusi Bersama Pengamal Sholawat Wahidiyah ini di bangun untuk saling berdiskusi dan sharing tentang Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah . Juga dimaksudkan sebagai sarana KONSULTASI, INFORMASI dan KOMUNIKASI bersama tentang Pengamalan, Penyiaran, Pembinaan, Pendidikan Wahidiyah, dan masalah apa aja SECARA UMUM, yang penting BERMANFAAT, antar kita Pengamal Sholawat Wahidiyah dan juga masyarakat luas/umum tanpa pandang bulu dan golongan secara Ikhlas dan bijaksanan, Amiin !.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment