Monday, April 21, 2014

HAL GHOUTSU HAADZAZ-ZAMAN RA ( "Ghoutsu Zamaanihi", Jika meninggal dunia diganti, meninggal diganti dan seterusnya sampai dekat Hari Kiamat). (Fatwa Mbah Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra : "Ghouts itu seperti raja atau ratu, meninggal ganti-meninggal ganti).

YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
HAL GHOUTSU HAADZAZ-ZAMAN RA

( "Ghoutsu Zamaanihi", Jika meninggal dunia diganti, meninggal diganti dan seterusnya sampai dekat Hari Kiamat). (Fatwa Mbah Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra : "Ghouts itu seperti raja atau ratu, meninggal ganti-meninggal ganti).

Kalimah "GHOUTSU" makna aslinya pertolongan. Kemudian ber-makna isim faa'il, orang yang memberi pertolongan. Boleh disebut "PENUNTUN** atau "PEMBIMBING". Penuntun kepada kebaikan dan kebagusan, Pembimbing kepada keselamatan dan kebahagiaan yang diridloi Ailoh wa Rosutilihi SAW fid-dunya wal akhiroh. Penuntun dan Penarbiyah khususnya dalam bidang menuju wushul - sadar • ma'rifat kepada Ailoh wa Rosuuiihi SAW dan Penolong dari berbagai kesulitan dan kesusahan dan problem-problem kehidupan lainnya.

Selanjutnya di dalam dunia Auliya Ailoh, yang dimaksud : "GHOUTS" adalah "SULTHONUL AUUYA" atau "QUTHBUL AQ-THOB" yakni Pemimpinnya para Auliya Ailoh rodiyallohu Ta'ala 'anhum. Jadi "GHOUTSU HAADZAZ-ZAMAN" adalah Pemimpin­nya para Wall Ailoh pada zaman sekarang.

Sunnatulloh berjalan bahwa tiap-tiap masa, bijaahi Rosuulillahi Sayyidinaa Muhammadin shollallohu 'alaihi wassaUam, memilih salah satu di afitara hamba-NYA dijadikan Sulthonul Auliya didalam zaman yang bersangkutan. Disebut juga "Ghoutsu Zamaanihi". Jika meninggal dunia diganti, meninggal diganti dan seterusnya sampai dekat Hari Kiamat.

Di dalam kitab Masyaariqul - Anwar disebutkan bahwa Ghouts yang pertama kali yalah Sayyidina Hasan bin 'Ali rodiyallohu 'anhumaa meninggal tahun 50 Hijriyyah, Kemudian digantikan oleh Sayyidina Husen bin 'Ali rodiyallohu 'anhumaa dan seterusnya. Antaranya lagi seperti Syekh Abdus-Salam binMasyisy, Syekh Abdul Qodir Al jilani, Syekh Abil Hasan Asy-Syadzili, Syekh Bahauddin An-Naqsyabandi dan masih banyaklagi lainnya, rodiyallohu Ta'ala 'anhum. Masing-ma-sing beliau tersebut adalah Ghoutsu Zamanihi atau Sulthonul Auliya di dalam zamannya. Mari kita menghaturkan hadiah bacaan Al Fatihah satu kali sebagai penghormatan ta'dhiiman wa'mahabbatan kepada be-liau-beliau tersebut di atas !.

LAHUMUL FAATIHAH !.

Hadits dasar adanya Ghouts yang artinya :
Rasuululloh SAW besabda: “Allah SWT. Diatas bumi ini mempunyai 300 wali yang hatinya seperti hatinya Nabi Adam AS. 40 Wali hatinya seperti hatinya Nabi Musa AS. 7 Wali hatinya seperti hatinya Nabi Ibrohim AS. 5 Wali hatinya seperti Malaikat Jibril AS. 3 Wali hatinya seperti hatinya Malaikat Mikail AS. Dan Seorang Wali yang hatinya seperti hatinya Malaikat Isrofil AS. Apabila yang satu meninggal, Allah SWT. Mengangkat salah satu dari 3 Wali sebagai gantinya. Apabila salah satu dari 3 ada yang meninggal Allah SWT. Mengangkat salah satu dari 5 wali sebagai gantinya dan sterusnya. Dan apabila salah satu dari 300 Wali ada yang meninggal Allah SWT. Mencarikan ganti salah satu dari orang umum. Dan tergantung mereka baik dan tidaknya alam.

Ba’dul Arifin berkata: “Seorang yang disebut dalam hadits ini, itulah Qutub dan dialah Ghouts Alaihissalam.”

Syekh Sya’roni mengatakan makna hadits di atas: ”Apabila sewaktu-waktu ada Ghouts meninggal dalam kekosongan ini Allah SWT. Mengangkat Ghouts yang lain”.

HADROTUL MUKARROM MBAH KH. ABDUL MADJID MA'ROEF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH AL-GHOUTS FII ZAMANIHI RA PERNAH DAWUH : "AL-GHOUTS ITU SEPERTI RAJA ATAU RATU, MENINGGAL GANTI-MENINGGAL GANTI".

Dasarnya adalah hadits berikut :

عَنْ عَبْدِالله بْنْ مَسْعُودٍرَضِيَ الله عنْه قال: قال رسول الله صل الله عليه وسلم: إِن للهِ عـزّوجلّ فِي الخَلْقِ ثَلا ثُمِائة قُلُو بُهُم على قَلْبِ أدم عليه السلام , وللهِ في الخَلْقِ أَرْبَعُونَ قُلُوبُهُمْ عَلَى قَلْبِ مُوسَي عليه السَلامُ , وَللهِ فِي الخَلْق سَبْعَةٌ قلو بُهُمْ على قَلْبِ إبْراهِيْمَ عَلَيْهِ وسلمَ, ولله في الخلق خَـمْسَةٌ قلو بُهُمْ على قَلْبِ جِبْرِيْل عَليه السَلاَمُ, ولله في الخَلْقِ ثَلاَثَةٌ قُلُو بُهُمْ على قَلْبِ مِيْكَائيل عَلَيْهِ السلام, ولله في الخلْقِ واحدٌ قَلْبُهُ عَلَى قَلبِ إسرَافيل عَلَيْهِ السلامُ, فإذَا مَات الوَاحِدأَبْدَلَ اللهُ مَكَانَهُ مِنَ الثلاثَةِ, وَإِذَامَاتَ مِنَ الثَلاثَةِ أَبْدَلَ اللهُ مَكاَنَهُ مِنَ الخَمْسَةِ, وإذاماتَ مِنَ الخَمْسَةِ أَبْدَلَ اللهِ مَكَانَهُ مِنَ السَبْعَةِ, وَإِذَامَاتَ مِنَ السَبْعَةِ أَبْدَلَ الله مَكانَه مِن الآَرْبَعِيْنَ, وَإذامَاتَ مِن الآربعين أَبْدَلَ اللهُ مَكَانَهُ مِن الثلاثمائة, وإِذَامَاتَ مِنَ الثلا ثمائة أَبْدَل اللهُ مَكَانَهُ مِنَ العَامَّة فَبِهِمْ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَيُمْطَرُوَيُنْبُتُ وَيدْفَعُ البَلاَءُ عَنْ هَذِهِ الآُمَّةِ.
قِيْلَ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُود : كَيْفَ بِهِمْ يُحْيِي وَيُمِيْتُ؟ قال:ِلآَنَّهُمْ يَسْألَوُن َاللهَ إِكْثَارَالآُمَمِ فَيكثرُوْنَ وَيَدْعُوْنَ عَلَي الجَبَابِرَة ,فيقصمون, ويستسقون فَيَسْقَوْنَ وَيسْأَلُوْنَ فَتَنْبِتُ الأرضُ وَيَدْعُونَ فَيُدفَعُ بِهِمْ أنْوَاعُ البَلاءَِ
أخرجه إبونعيم وإبن عساكر

Dari Ibnu Mas’ud Ra. Ia berkata, Rasulullah Saw bersabda :“Sesungguhnya, didalam ciptaan-Nya ini Allah memiliki 300 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Adam AS, 40 orang hamba yang hatinya sama dengan hati nabi Musa AS, 7 orang hamba yang hatinya sama dengan hati nabi Ibrahim AS, 5 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Jibril AS, 3 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Mika’il AS, dan 1 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Isrofil AS. Apabila yang seorang itu meninggal, Allah segera menggantikan kedudukannnya itu dari yang tiga, dan apabila meninggal seseorang dari jumlah yang tiga, Allah segera menggantikannya dari jumlah yang lima, apabila meninggal seseorang dari jumlah yang lima, Allah segera menggantikannya dari jumlah yang tujuh, apabila mati seseorang dari jumlah yang tujuh, Allah segera menggantikannya dari jumlah yang empat puluh, apabila meninggal seseorang dari jumlah yang empat puluh, Allah akan menggantikannya dari jumlah yang tiga ratus, dan apabila meninggal seseorang dari jumlah yang tiga ratus, Allah segera menggantinya dari orang umum (biasa). Diantara mereka itu, terdapat orang yang menghidupkan dan mematikan, memberi hujan dan menumbuhkan, dan menolak bala“.

Tatkala seseorang bertanya kepada Ibnu Mas’ud, “bagaimana seseorang itu menghidupkan dan mematikan” ?. Sahabat ini menjawab : “mereka meminta kepada Allah untuk memperbanyak manusia, maka diperbanyaklah manusia itu, mereka meminta kehancuran orang-orang yang suka berbuat durhaka, maka hancurlah orang-orang itu, mereka meminta diturunkan hujan, maka turunlah hujan itu, mereka meminta agar bumi ditumbuhi tanam-tanaman, maka diperkenankanlah permintaannya. Mereka berdo’a dan dengan do’anya itu terhindarlah balak dan malapetaka”. HR. Abu Nuaim dan Ibnu Asakir.

Hadits diatas dimuat didalam banyak kitab, yang salah satunya adalah, kitab “Al Haawi lil Fataawi“ karangan Imam Jalaludin Abdur Rahman As-Suyuthi. Imam Al-Yaafi’i berkata : “bahwa yang dimaksud الواحد – hamba yang satu didalam hadits tersebut adalah القطب(Al-Quthbu)الغوث (al-Ghauts)”.

Pendapat ini banyak diterima oleh sebagian besar Ulama, terutama ulama tasawuf. Bagi mereka yang kurang sependapat, tentang hal tersebut silahkan, dan itu hak mereka. Yang penting ا لواحد (seorang hamba) yang disebut dalam hadits tersebut, benar adanya.

Di dalam kitab Jaami'us-Shoghir disebutkan sabda Hadits Rosululloh SAW :

السَّاعَةُ تَقُوْمَ حَتَّى الْحَقِّ عَلَى ظَاهِرِيْنَ أُمَّتِىْ مِنْ طَائِفَةٌ لاَتَزَالُ
(صحيح حديث. عنه رضي الحاكم رواه عن عمر )

Artinya kurang lebih :
"Di kalangan ummat-Ku senantiasa tidak sepi dari adanya "thoifah " yang memperjuangkan perkara. yang haq sampai datangnya Hari Kiamat". (Riwayat Hakim dari Umar rodiyallohu 'anh - hadis Ha­san).

Di dalam kitab Da'watut-Taamrnah halaman 23 ditafsirkan bahwa yang disebut "Thoifah" adalah "Rijaalulloh" dan "Ahlulloh". Yakni "Al Aqthob" seperti sudah difahami.

Di dalam menjalankan fungsinya sebagai "Ghoutsu Zamaanihi" dalam kedudukannya sebagai Ghouts Zaman, para beliau tersebut tidak sama kebijaksanaannya satu sama lain. Ada yang diharuskan memprok-lamirkan diri seperti Syekh Abdul Qodir Al Jilani qoddasallohu sirohu dan Syekh Abil Hasan As-SyadziK rodiyallohu 'anhu. Ada lagi yang harus merahasiakan diri seperti Syekh Abdus-Salam bin Masyisy dan Imam Nawawi Al Murojjeh Al Falastin rodiyallohu 'anhumaa. Ada lagi yang diberi kewenangan boleh merahasiakan dan boleh memproklamasikan.

Tanda-tanda atau ciri-ciri lahir dari para beliau Ghoutsu Zamaanihi itu tidak ada yang menyolok yang dapat diutarakan oleh karena ke-adaan lahiriyahnya biasa saja seperti umumnya orang/ulama . Akan tetapi yang jelas memiliki ciri-ciri khos batin antara lain seperti yang di­sebut di dalam kitab Jaami'ul Ushuul Fil Auliyaa halaman 4 :

1) قَلْبُهُ يَطُوْفُ اللهَ دَائِمًا
2) لَهُ سِرٌّ يَسْرِيْ فِى الْعَالَمِ كَمَا يَسْرِى الرُّوْحُ فِى الْجَسَدِ أَوْ كَمَا يَسْرِى الْمَاءُ فِى الشَّجَرِ
3) حَمْلُ هُمُوْمِ أَهْلِ الدُّنْيَا (تقريب الأصول:91)

(1) Hatinya senantiasa thowaf kepada Alloh sepanjangmasa. Istilah Wahidiyah senantiasa LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL
(2) Beliau mempunyai sirri yang dapat menerobos ke seluruh alam
seperti meratanya ruh di dalam jasad atau seperti merembesnya air di dalam pohon-pohonan.
(3) Beliau menanggung (memprihatinkan) kesusahan dan kesulitan ahli dunia.

Di dalam kitab Taqriibul Ushuul dikatakan :

لَوْلاَ يُصْبِحُ وَاحِدُ الزَّمَانِ يَتَوَجَّهُ إِلَى اللهِ فِى أَمْرِ الْخَلاَئِقِ لَفَجَأَهُمْ أَمْرُ اللهِ فَاَهْلَكَهُمْ. (تقريب الأصول:53)

"Andai kata tidak ada "Waabiduz-Zaman" yang senantiasa tawajjuh kepada Alloh memohonkan bagi perkaranya segala makhluq, tentu-lah akan datang suatu perintah Alloh yang mengejutkan mereka kemudian menghancurkan mereka''.

"Waahiduz-Zaman" yang dimaksud tidak Iain adalah Ghoutsu Za-man atau Sulthcnul Auliya.

Demikian antara lain fungsi dan peranan dari Ghoutsu Zaman. Tanggung jawabnya begitu berat memikirkan dan memprihatinkan masyarakat sedunia. Perjuangannya terutama berada di dalam cakrawa-Ianya alam ruhani. Sedangkan kegiatan lahiriyah juga sama dengan umumnya Ulama yakni menjalankan amar ma'ruf nahi munkar mene-gakkan kebenaran dan keadilan mengajak dan menuntun ummat ma­syarakat kembali sadar kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Disamping itu juga. tidak ketinggalan menjalankan tugas-tugas pri kemanusiaan memberikan pertolongan jalan keluar dari kesulitan-kesulitan hidup yang dialami oleh masyarakat dalam berbagai macam problem.

Seperti diterangkan di muka bahwa beliau Ghoutsu Zaman itu lang-sung dipilih dan diangkat oleh Alloh SWT. Wallohu a'lam caranya memilih dan mengangkat. Jadi bukan hasil pilihan dan angkatan sesama manusia atau sesama Auliya sekalipun. Kita yakin bahwa para beliau Ghoutsu Zaman adalah "atqon-naas fii zamanihi" - paling taqwanya manusia pada zamannya. Beliau adalah insan yang Kaamil Mukammil, orang sempurna dan mampu membimbing dan menjadikan orang lain menjadi sempurna. Seorang Guru Mursyid yang mampu membimbing orang lain wushul/ma'rifat/sadar kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Beliau adalah seorang yang " 'AALIMUN BILLAHI WABIAHKAA-MIHI".- seorang yang 'Arif Billah yang menguasai dan konsekwen menjalankan hukum-hukum Alloh. Dalam bidang Ahkaamus-Syarii'ah beliau Ghoutsu zaman adalah seorang Hakim yang adil dan bijaksana. Rokyu pendapatnya didalam menetapkan sesuatu hukum selalu tepat dan adil oleh karena pandangan - pandangannya disinari oleh Nuurun-Ilaliyun yang murni sebagai buah dari pada ciri khos batin di mana "qolbuhu yathuufulloha daaiman" hatinya senantiasa thowaf kepada Alloh sepanjang masa.

Di dalam bidang kesadaran kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW para Beliau.Ghouts Zaman dikaruniai hak dan wewenang yang disebut "JAL-LAAB" dan "SALLAAB".
"Jallaab" = menarik mengangkat meningkatkan derajat dan iman se-
se orang. "Sallaab" = mencabut/melorot martabat iman seseorang.
Maka dari keterangan - keterangan tersebut diatas, perlu sekali kita mengadakan kontak hubungan dengan Beliau Ghoutsu Haadzaz-Zaman rodiyallohu 'anh. Terutama hubungan ruhani atau konsultasi batin dalam segala persoalan dunia dan akhirot, khususnya dalam bidang wushul/ma'rifat / sadar kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Adapun cara-nya hubungan yalah antara lain dengan mengetrapkan "LILGHOUTS BILGHOUTS" seperti sudah dibahas di muka. Firman Alloh :

(#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& Ìø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès? (النحل: ).
FAS ALUU AHLADZ-DZIKRI INGKUNTUM LAA TA'LAMUUN....

Artiriya kurang lebih :
"Maka bertanyalah kamu sekalian kepada ahli dzikir jika kamu sekalian tidak mengetabui". ( 21 -Al Anbiya - 7 / 16 An Nahl 43).

اَلْمُرَادُ بِأَهْلِ الذِّكْرِ: اَلْعُلَمَاءُ بِاللهِ وَبِدِيْنِهِ الْعَامِلُوْنَ بِعُلُوْمِهِمْ إِبْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ (رسالة المعاونة)

Billah.) dan menguasai (hukum-hukum) agama Alloh yang meng-amalkan tmu-ilmu mereka semata-mata banya mengbarap ridlo Alloh). (Risaalatul Mu'awanab 117).
Dapat kita sadari bahwa orang yang memenuhi ketentuan "Ahludz-Dzikri" seperti di atas terutama adalah Ghoutsu Zaman, dan pada masa sekarang adalah Ghoutsu Hadzaz-Zaman rodiyallohu Ta'ala 'anhu. Alloh berfirman :

ìÎ7¨?$#ur Ÿ@‹Î6y™ ô`tB z>$tRr& ¥’n<Î) 4 ¢OèO ¥’n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès?
WATTABI' SABIILA MAN ANABA ILAYYA TSUMMA ILAYYA MARJI'UKUM FAUNABBIUKUM BIMAA KUNTUM TA'MALUUN....
( 31 لقمان: (15

Artinya kurang lebih :
"Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-KU, kemudian hanya kepada-KU-lah kembalimu, maka AKU beritakan kepadamu apa yang kamu kerjakan" (31 - Luqman : 15).

Di dalam kitab Khozinatul Asror dimuat sebuah Hadits :

كُنْ مَعَ اللهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ يُوْصِلُكَ إِلَى اللهِ إِنْ كُنْتَ مَعَهُ (خزينة الأسرار: ).

Artinya kurang lebih ;
"Beradalab kamu beserta Allob ; jika tidak bisa begitu, maka be-sertalab dengan orang yang beserta dengan Allob; maka sesunggub-nya dia mewusbulkan engkau kepada Allob apabila engkau beser­ta dengannya". (Khozinatul Asror: 194).
Sebuah lagi menjelaskan :

مَنْ قَلَّدَ عَالِمًا لَقِيَ اللهَ سَالِمًا أَوْكَمَاقَالَ

"Barang siapa bertaqlid (mengikuti) orang 'Alim, ia akan bertemu (kepada) Alloh dengan selamat".

"Man kaana ma'allohi" = orang yang beserta Alloh yang dimaksud di dalam Hadits di atas adaiah orang yang hatinya selalu ingat kepada -Alloh, selalu thowaf - mengelilingi Alloh. Dan menurut identitas batini -yah Ghoutsu Zaman seperti diterangkan di muka, jelaslah bahwa yang di maksud "man kaana ma'allohi" tersebut pada zaman sekarang adaiah Ghoutsu Hadzaz-Zaman rodiyallohu 'anhu. Begitu juga yang dimaksud "Aalaamin" = orang 'Alim tersebut di atas adaiah orang yang senan-tiasa sadar ma'rifat kepada Alloh dan menguasai serta konsekwen melaksanakan hukum-hukum Alloh. Dan orang yang seperti ini pada zaman sekarang tidak lain adaiah Ghoutsu Hadzaz-Zaman.

اَلْعُلَمَاءُ ثَلاَثَةٌ:
) عَالِمٌ بِاللهِ وَأَحْكَامِهِ
) عَالِمٌ بِاللهِ فَقَطْ
) عَالِمٌ بِأَحْكَامِهِ فَقَطْ

Klassifikasi Ulama atau orang 'Alim ada tiga :

(1). 'Alim dalam arti ma'rifat/mengenal/sadar kepada Alloh (sadar B1LLAH) dan menguasai serta melaksanakan dengan konsekwen Hukum-hukum Alloh. 'Aalimun Billahi Wa Bi Ahkaamihi adaiah yang disebut orang Kaamil Mukammil = orang yang sempurna dan dapat membimbing orang lain menjadi sempurna. Beliau itulah yang kompeten dan responsible (dapat dipertanggung-jawabkan) untuk dijadikan Guru Mursyid atau Guru Pembimbing. Pembimbing ke arah kesadaran kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW. Pembimbing di dalam menjalankan hukum-hukum Syari'at secara tepat dan lengkap dan di dalam menerapkan Haqiqot secara benar. Pembimbing dan Pembina di dalam hubungan vertikal kepada Alloh SWTatau "hab-lun minalloh" dan di dalam hubungan horisontal di dalam kehidup-an sosial bermasyarakat atau "hablun minannaas".

(2),'Alim dalam arti ma'rifat / mengenal / sadar kepada Alloh SWT (sadar BILLAH) akan tetapi tidak atau kurang menguasai hukum-hukum Alhh secara litas, la mengerti hukum yang pokok - pokok sekedar yang diperlukan untuk melaksanakcn kewajiban-kewajiban Syari'at bagi dirinya sendiri. Dia dapat dikategorikan orang Kaamil tetapi tidak atau belum Mukammil. Jadi belutn boleh dijadikdn Guru Mursyid yang membimbing ke arah ma’rifat sadar kepada Alloh WaRosuulihiSAW.

(3) 'Alim dalam arti menguasai hukum-hukum Alloh tetapi tidak atau belum ma'rifat/sadar kepada Alloh (tidak sadar BILLAH). Jlmupe-ngetahuan agamanya tentang hukum-hukum Fiqih cukup luas te­tapi tidak memiliki ilmu-ilmu Hikmah. Jadi hanya boleh dimanfaat-kan sebagai guru hanya di bidang Hmu Syari'at saja, tidak dapat di-jadikan sebagai Pembimbing dan Pembina bidang akhlaq dan bidang wushul sadar ma 'rifat kepada A lloh SWT.

Jadi sekali lagi yang dapat dijadikan sebagai Guru Mursyid atau Pembimbing ke arah sadar ma'rifat kepada Alloh adalah orang 'Aalim kategori nomer satu di atas. Yakni orang 'Aalim yang al 'arif Billah. Di dalam kitab Taqriibul Ushul litas-hiilil Wushuul Fii Ma'rifatr-Robbi War-Rosul SAW. disebutkan :

قَلْبُ الْعَارِفِ حَضْرَةُ اللهِ وَحَوَاسُّهُ أَبْوَابُهَا فَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيْهِ بِالْقُرْبِ الْمُلآئِمِ لَهُ فُتِحَتْ لَهُ تِلْكَ الْحَضْرَةِ / أَبْوَابُ الْحَضْرَةِ. (تقريب الأصول: ).

"Hatinya orang yang al 'Arif Billah itu merupakan Hadrotullob dan pancainderanya sebagai pintu-pintunya; maka barang siapa yang mendekat kepadanya dengan pendekatan yang berpatutan (layak dan sesuai ) dengzn kedudukannya, terbukalah baginya pintu-pintunya Hadroh ".

Demikian antara lain dalil-dalil yang menunjukkan kebaikan-kebaik-an dan keistimewaan-keistimewaan serta perlunya berhubungan dengan Ghoutsu Hadzaz-Zaman, sebagai orang yang menuntun dan membim­bing jalan menuju wushul ma'rifat atau sadar kepada Alloh SWT Wa Rosuulihi SAW. Dan kerugian orang yang tidak dapat berhubungan dengan orang yang Kaamil Mukammil dikatakan oleh Syekh Dawud bin Makhola di dalam kitab Taqriibul Ushuul sebagai berikut,.:

مَنْ دَخَلَ الدُّنْيَا وَلَمْ يُصَادِفْ رَجُلاً كَامِلاً يُرَبِّيهِ خَرَجَ مِنْهَا مُتَلَوِّثًا بِالْكَبَائِرِ وَإِنْ كَانَ بِعِبَادَةِ الثَّقَلَيْنِ. (تقريب الأصول: ).

"Barang siapa hidup di dunia ini tidak bertemu dengan seorang yang Kaamil yang mendidiknya, maka dia akan keluar dart dunia (meninggal dunia) dalam keadaan berlumuran dosa besar, sekalipun ibadahnya seperti ibadabnya jin dan manusia'..

Alhamdu Lillah di dalam Wahidiyah kita ditunjukkan cara-cara berhubungan dengan Ghoutsu Haadzaz-Zaman yaitu antara lain dengan sistim menghadiahkan pahala amal seperti bacaan Al Fatihah dan Iain-lain.

Adapun siapa orangnya Ghoutsu Haadzaz-Zaman ltu , di dalam pengamalan Sholawat Wahidiyah tidak disyaratkan harus mengetahui-nya. Sebab seperti sudah disebutkan dimuka bahwa tidak ada identitas lahir yang dapat dikemukakan tentang pribadi seorang Ghoutsu, oleh karena keadaan lahrrnya biasa-biasa saja seperti umumnya Ulama. Cu-kuplah percaya tentang adanya seorang Ghouts pada zaman sekarang ini, percaya akan fungsinya, percaya akan wewenangnya, percaya kepada fadlol Alloh SWT berupa keistimewaan-keistimewaan yang dika-runiakan kepada Ghouts Haadzaz-Zaman berupa barokah dan karomah, kemampuan nadhroh dan tarbiyah di dalam perjalanan wushul ma'ri-fat kepada Alloh SWT yang didalam Wahidiyah dikenal dengan istilah kesadaran FAFIRRU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW. Percaya bah­wa Beliau Ghoutsu Haadzaz-Zaman rodiyallohu 'anh adalah sebagai perantara atau sababiyari kita para Pengamal Wahidiyah dikaruniai rohmat fadlol Alloh SWT dan syafa'at Rosuululloh SAW berupa kejer-nihan hati, ketenangan batin dan ketentraman jiwa dari barokahnya mengamalkan Sholawat Wahidiyah. Mari kita bersyukur kepada Alloh SWT karenanya dengan menghaturkan hadiah bacaan Al Fatihah ke­pada Ghoutsu Haadzaz-Zaman dan para A'waanihi rodiyallohu Ta'ala 'annum!.

AL FAATIHAH ! .............

Tidak setiap orang dan tidak semua Pengamal Wahadiyah dikaru­niai mengetahui atau mengenal secara jasmani msupun ruhani Beliau Ghoutsu Haadzaz-Zaman RA. Jika ada diantara para Pengamal Wahi-diyah yang dikaruniai mengerti atau mengetahui lebih-lebih mengenal siapa Beliau Ghoutsu Haadzaz-Zaman RA, itu adalah suatu fadlol dan rohmat dari Alloh SWT yang besar sekali dan harus disyukuri dengan sesungguh-sungguhnya. dan pengalaman batiniah tersebut harus diman-faatkan setepat-tepatnya dan sebaik-baiknya untuk meningkatkan ke-sadaran Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW !.

Tidak boleh dijadikan acara pembicaraan atau percakapan, lebih-lebih terhadap orang yang masih belum ada pengertian masalah tersebut. Jika tidak kebetulan salah-salah bisa mengakibatkan terhijab di dalam hati.

Hubungan ruhani atau konsultasi batin kepada Ghoutsu Haadzaz-Zaman, atau dalam istilah thoriqoh di sebut "robithoh", jika dipelihara sebaik-baiknya besar sekali manfaatnya bagi suburnya hubungan jiwa atau "ta'alluq" dengan Rosuululloh shollallohu 'alaihi wasssalam. Dan "Ta'alluq Bijanaabihi SAW" seperti sudah diuraikan dimuka, merupakan akar tunjangnya iman dan mahabbah, menjadi pohonnya bermacam-macam Nur Ma'rifat Billah wa Bi Haqiiqotil Muhammadiyyah, dan menjadi kompas dan radarnya bermacam-macam hikmah kebijaksanaan. .
BARANG SIAPA BERMINAT INGIN MENGETAHUI ATAU MENGENAL SIAPA PRIBADI Beliau Ghoutsu Haadzaz-Zaman rodiyallohu 'anh dapat diikhtiari. Antara lain dengan memperbanyak hadiah bacaan Fatihah atau Mujahadah Sholawat Wahidiyah dikhususkan ke­pada Beliau, dan memperbanyak istiqhotsah yang bacaannya seperti di bawah ini .

يَآ أَيـُّهَا الْغَوْثُ سَلاَمُ اللهِ * عَلَيْكَ رَبِّيْنِى بِإِذْنِ اللهِ
وَانْظُرْ إِلَيَّ سَيِّدِيْ بِنَظْرِهِ * مُوْصِلَةٍ لِّلحَضْرَةِ الْعَلِيَّةِ

No comments:

Post a Comment