Monday, April 21, 2014

لِلرَّسُوْلْ-بِالرَّسُوْلْ - LIRROSUL – BIRROSUL

FAFIRRUU ILALLOH (LILLAH BILLAH) WA ROSUULIHI SAW (LIRROSUL BIRROSUL) !

لِلرَّسُوْلْ-بِالرَّسُوْلْ
LIRROSUL – BIRROSUL

“LIRROSUL”
Segala amal ibadah atau perbuatan apa saja asal tidak melanggar syari'at Rosul, di samping disertai niat LILLAH seperti diatas, supaya juga disertai niat mengikuti tuntunan Rosululloh saw !. Jadi dalam sega­la perbuatan apa saja asal tidak melanggar Syari'at Islam, niatnya harus dobel !. Niat LILLAH dan niat LIRROSUL !.
Dengan tambahan niat LIRROSUL di samping niat LILLAH se­perti itu, nilai kemurnian ikhlas makin bertambah bersih. Tidak mudah diridu oleh iblis, tidak gampang disalah gunakan oleh kepentingan nafsu. Di samping itu pengetrapan LIRROSUL juga merupakan diantara cara Ta'alluq Bijanaabihi SAW hubungan atau konsultasi batin de­ngan Kanjeng Nabi SAW. Dengan mengetrapkan LIRROSUL disamping LILLAH secara terus menerus insya Alloh lama-lama hati dikaruniai su-asana seperti mengikuti Rosululloh SAW atau seperti bersama-sama dengan Rosuululloh SAW di mana saja kita berada terutama ketika menjalankan amal-amal ibadah apa saja. Dengan demikian situasi batin kita benar-benar dapat menduduki "hakikatnya mengikuti" atau mengikuti secara hakiki seperti sudah kita bahas di muka, "HAQIIQOTUL MU-TAABA'ATI RUKYATUL MATBUU'I 'INDA KULLI SYAI-IN" = mengikuti yang haqiqi harus melihat kepada yang diikuti pada segala keadaan segala situasi dan kondisi.
Adapun dasar atau dalil mengenai penerapan LIRROSUL banyak sekali kita jumpai di dalam AI Qur'an. Antara lain bahkan berupa perin-tah :
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (8-الانفال:1)
Artinya kurang lebih :
"Dan taatlah kepada Alloh (LILLAH) dan Rosul-NYA (LIRRO­SUL) jika kamu sekalian orang-orang yang beriman." (8 - Al Anfal -1 )
يَا أَيَّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ تَسْمَعُونَ (8-الانفال:20)
Artinya kurang lebih :
"Wahai orang-orang yang berinan, taatlah kepada Alloh (LILLAH) dan Rosul-NYA (LIRROSUL), dan janganlah kamu sekalian berpaling dari pada-NYA sedangkan kamu sekalian mendengar". (8 Al-Anfal-20).
آمَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ (48-محمد:33) يَا أَيَّهَا الَّذِينَ
Artinya kurang lebih ,:
"Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Alloh (ILLAH) dan taatlah kepada Rosul (LIRROSUL) dan janganlah kamu sekali­an membatalkan (merusakkan) amal-amal kamu sekalian". (47 -Muhammad - 33).
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (الاحزاب:71)
Artinya kurang lebih ;
"Dan barang siapa taat kepada Alloh (LILLAH) dan Rosul-NYA (LIRROSUL), maka sungguh ia memperoleh kebahagiaan yang agung". (33 - Ai - Ahzaab - 71).
Orang yang hatinya selalu merasa mengikuti Rosuululloh SAW disamping niat ibadah kepada Alloh dalam segala perbuatan yang tidak melanggar syari'at agama dan undang-undang, lebih-lebih ketika menjalankan amal-amal ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah atau yang mubah sekalipun, otomatis sangat berhati-hati sekali, tidak berani sembrono tidak berani berkutik. Sikapnya selalu hormat dan tawaddlu' kepada siapapun, lisaanul hal dan lisaanul maqolnya senantiasa sopan dan ramah tamah, sebab disinari oleh pancaran takholluq bi akhlaaqil-Lahi wa bi akhlaaqi Rosuulihi SAW. Selalu hormat kepada yang se atasnya dan kasih sayang kepada yang sebawahnya. Senang menolong ke­pada orang lain dan masyarakat, baik diminta ataupun tidak diminta. Pertolongan lahiriyah dan atau pertolongan batiniyah. Mudahnya, dia ketularan akhlaq Rosuululloh SAW yang rohmatan lil 'alamiin itu. Ketika menjalankan amal-amal ibadah terutama, dia lebih berhati-hati lagi jangan sampai tingkah lahir dan batinnya merusakkan amal ibadahnya sehingga di tolak oleh Alloh SWT.
BIRROSUL
Ini termasuk bidang Haqiqot seperti halnya dengan BILLAH. Sedangkan LILLAH dan LIRROSUL adalah bidang Syari'at.
Pengetrapan BIRROSUL yalah :
Disamping sadar BILLAH seperti di atas, supaya juga sadar dan merasa (rumongso lan kroso - bahasa Jawa) bahwa segala sesuatu termasuk diri kita dan gerak-gerik diri kita lahir maupun batin yang diridloi Alloh, adalah sebab jasa Rosuululloh shollallohu -'alaihi wassalam.
Jadi, dalam segala langkah dan gerak-gerik kita lahir maupun batin yang bagaimanapun saja asal tidak melanggar syari'at Rosul SAW, hati ki­ta harus merasa menerima jasa dari Rosuululloh SAW. Jasa tersebut terus mengalir berkesinambungan tiada putus putusnya. Jika dihindari sekejap saja oleh jasa Rosululloh SAW, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Bahkan wujud kitapun jika dihindari oleh jasa Rosul SAW, menjadi 'adam seketika !'
Jadi pengetrapan BIRROSUL itu seperti BILLAH akan tetapi terbatas, tidak mutlak seperti BILLAH. Terbatas hanya dalam hal-hal yang diridloi Alloh wa Rsouulihi SAW. Maka ketika dalam maksiat misalnya, tidak boleh merasa BIRROSUL. Akan tetapi merasa BILLAH, harus ! Pembatasan tersebut adalah mengisi bidang adab. Dan kita harus menempatkan segala sesuatu pada kedudukan atau proporsi yang sebenarnya !. Bidang syari'at harus kita isi sepenuh-penuhnya dan setepat mungkin, dan bidang haqiqot juga harus kita terapkan setepat mungkin. Begitu juga bidang adab harus kita isi setepat-tepatnya, tidak boleh kita abaikan !.
Langit bumi seisinya ini termasuk manusia. adalah rohmat kasih dari Alloh SWT. Dan rohmat kasih tersebut disalurkan melalui Rosuululloh SAW sebagaimana firman-NYA :
وَمَا أَرْسَلْنٰاكَ إِلارَحْمَةً لِلْعٰالَمِينَ (الانبياء:107)
Artinya kurang lebih :
"Dan tiadalah AKU mengutus Engkau (Muhammad) melainkan rohmat bagi seluruh 'alamin.". (21 -Al - Anbiya -107).
Jadi seluruh 'alamin ini termasuk manusia berhutang budi atau dalarn pembahasan di atas kita memakai istiiah "mendapat jasa" dari Rosuululloh SAW. Islam dan iman di dada kita ini adalah jasa dari Rosuululloh SAW. Jasa yang paling besar i nilainya. Tidak dapat di ukur dengan harta atau materi yang berapapun banyaknya ! Bahkan, segala apa saja yang terdapat didalam diri pribadi manusia, yang ada di luar pribadinya , yang ada disekelilingnya, yang ada di hadapannya yang kelihatan mata atau yang tidak kelihatan, yang dapat diraba oleh panca indera atau yang tidak dapat, semuanya itu adalah jasa Rosuulul­loh SAW. Tanpa Rosuululloh shollallohu 'alaihi wassallam manusia sudah menjeromos kepada kesewenang-wenangan, pertikajan dan per-musuhan satu sama Iain akhimya terseret kepada bencana kehancuran dan malapetaka kesengsaraan. Firman Alloh SWT :
وَكُنْتُمْ عَلىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا(3-ال عمران:103)
Artinya kurang lebih :
"Dan kamu sekalian sudah berada di tepinya jurang neraka lalu Alloh menyelamatkan kamu sekalian dari padanya". (3 –Ali’Imron -103).
Tepi "urang neraka yaitu kebobrokan moral dan kebiadaban manu­sia yang sudah tidak kenal kepada pri kemanusiaan. Yaitu yang dilaku-kan manusia zaman jahiliyah menjelang diutusnya Kanjeng Nabi Besar Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam sebagai Utusan Alloh.
Jadi diutusnya Kanjeng Nabi SAW seba^i Rosul Alloh itu adalah demi untuk menyelamatkan manusia yang nyaris menjeromos kepada kehancuran dan kebinasaan akibat kebiadaban perbuatannya sendiri. jadi fungsi Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosuululloh SAW di samping fungsinya yang Iain-lain adalah juru Penyelamat Ummat manusia atau Pembebas manusia dari kesesatan dan kehancuran. Akan tetapi sayangnya, kebanyakan manusia tidak menyadari tidak mau tahu betapa agungnya jasa Rosuululloh SAW tersebut. Kebanyak­an manusia mau berlarut-larut terus diombang-ambingkan oleh nafsu-nya tetapi tidak merasa. Renungkan Finnan Alloh :
كَلآ إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى* أَنْ رَآهُاسْتَغْنَى*(97-الحلق:6-7)
Artinya kurang lebih :
"Ketahuilah !. Sesitnggubnya manusia benar-benar berlarut-larut melampaui batas, menganggap dirinya serba cukup." (96-AI-'Alaq -6-7).
Dengan mengetrapkan LIRROSUL BIRROSUL disamping LILLAH BILLAH, manusia dapat mendudukkan dirinya sebagai ABDULLOH-hamba Alloh yang benar dan sebagai ummat Muhammad Rosuululloh SAW yang benar. Kita yakin orang seperti itu dilindungi oleh Alloh dan didukung oleh Rosuululloh SAW di dalam hidup dan kehidupannya. Hidupnya orang seperti itu benar-benar, membawa berkah bagi orang Iain dan bagi masyarakat, bagi bangsa dan negaranya. Bahkan bagi ummat manusia dan makhluq pada umumnya. Orang LIRROSUL BIR­ROSUL di samping LILLAH BILLAH merasa seolah-olah dirinya seper­ti dilihat oleh Rosuululloh SAW, dirinya senantiasa diincar oleh Alloh SWT.,Sehingga dengan demikian dia tidak berani berkutik tidak berani berbuat soal-soal yang tidak dirdloi oleh Alloh wa Rosuulihi SAW. Alloh SWT menjamm orsng seperti itu selamat dari 'azab siksa Alloh'.
لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (8-الانفال:33) وَمَا كَانَ اللهُ
Artinya kurang lebih ;
"Dan Alloh sekali-kali tidak akan menyiksa mereka, sedang Engkau berada di antara mereka. Dan tidaklah Attob akan mengazab mereka selagi mereka memohon ampun." (8 - AlAnfd 33 ).
Demikian antara lain penting dan manfaatnya mengetrapkan LIR— ROSUL BIRROSUL di samping LILLAH BILLAH. LIRROSUL terma-suk pelaksanaan bidang syari'at dan BIRROSUL realisasi bidang haqiqot secara batiniyah. Keduanya harus kita terapkan setepat-tepat-nya !. Tidak cukup hanya sebagai pen^rtian ilmiah saja. Harus benar-benar dirasakan di dalam hati. Jika hanya dipakai sebagai ilmiah saja, tidak diterapkan di dalam rasa hati, bahayanya justru malah lebih berat dari pada yang belum mengerti sama sekali, Alhamdu Lillah dengan giat melakukan Mujahadah Wahidiyah kita dikaruniai peningkatan - pening-katan sekalipun masih harus terns kita tingkatkan lagi. Terus kita ting-katkan, tidak ada batasnya !.
"LILLAH-BILLAH"
Semua orang beragama, agama apa saja, sama-sama dikaruniai ke-mampuan oleh Alloh SWT Tuhan Maha Kuasa dapat mengetrapkan LILLAH BILLAH dalam hatinya. LILLAH BILLAH bukan suatu upa-cara keagamaan, melainkan keseragaman sikap hati manusia beragama atau manusia yang iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi LILLAH BILLAH itu seharusnya menjadi uniform hati setiap manusia yang me-nyatakan diri sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa.
Bagi kita bangsa Indonesia yang mengakui dan menggunakan fal-safah Pancasila sebagai pedoman atau tuntunan hidupnya, dimana sila pertama dari Pancasila itu ke-Tuhanan Yang Maha Esa, dituntut oleh Pancasila itu sendiri agar supaya setiap bangsa Indonesia mengetrapkan LILLAH BILLAH. Atau jika memakai istilah Pancasila : UNTUK TUHAN YANG MAHA ESA dan SEBAB TUHAN YANG MAHA ESA. Diterapkan di dalam hati setiap bangsa Indonesia dalam segala langkah -dan kegiatan hidupnya.
LILLAH = lil Tuhan Yang Maha Esa.
= Untuk Tuhan Yang Maha Esa
BILLAH = Bil Tuhan Yang Maha Esa.
= Sebab Tuhan YangMaha Esa.
Kita semua setiap bangsa Indonesia diberi kemampuan dapat me-ngetrapkan itu. Semua !. Dari segenap lapisan masyarakat bangsa In­donesia. Dari pemeluk agama apa saja dan dari pengikut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa mana saja, mampu.. Pengetrapan LILLAH BILLAH tidak membutuhkan syarat-syarat yang berat, tidak membu-tuhkan ilmiah yang sukar-sukar. Tidak memerlu kan batasan tingkat-tingkat hidup dan tidak ada pembatasan umur sudah dewasa atau belum dewasa. Semua, sekali lagi semua, diberi kemampuan oleh Alloh Tuhan Maha Pencipta. Yang penting ada kemauan !. Hanya modal kemauan ini yang diperlukan !. Siapa ada kemauan pasti menemukan jalan !. Firman Alloh :
وَالَّذِينَ جَاهَدُوافِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا (29-العنكبوت-69)
Artinya kurang lebih :
"Dan orang orang yang bersungguh-sungguh di dalam menuju ke~ pada-Ku, pasti AKU tunjukkan berbagai jalan-KU". (29 —Al 'An-kabut - 69).
Jelas di situ "ALLADZIINA" = orang-orang atau orang banyak. Tegasnya lagi, m a n u s i a.
Ilmiah atau teori mudah dipelajari mudah dihafal LILLAH begini, BILLAH begitu dan seterusnya. Akan tetapi pengetrapannya, praktek-nya, perlu perhatian yang khusus dan serius !. Pengetrapan itu digerak-kan dan dituntun oleh HIDAYAH dari Alloh SWT. Boleh dikatakan jika tidak mendapat hidayah dari AJloh SWT tidak memperoleh syafa'at dari Rosuululloh SAW tidak mendapat barokah karomah nadhroh Ghoutsu Haadzaz-Zaman wa A'waanihi wa Saairi Auliyaai - Ahbaabil-laahi rodiyallohu Ta'ala 'annum, sukar atau tidak mungkin dapat me-ngetrapkan. Pada hal, ilmu yang tidak diamalkan itu terkecam sekaii.
اَلْعِلْمُ بِلاَعَمَلٍ كَالنَّحْلِ بِلاَ عَسَلٍ
"Ilmu tanpa amalbagaikan lebab tanpamadu".
Yang ada hanya sengat (entup-Jawa>nya saja. Mungkin hanya bisa menyengat (ngentup-Jawa) orang lain/masyarakat saja. Ibarat ada orang sakit bukan memberikan madu obatnya melainkan malah memberikan racun sekali,. Jelas merugikan diri sendiri karena tidak punya madu, dan merugikan orang lain karena sengatannya,
Oleh sebab itu, disamping kita mempelajari ilmu-ilmui (ilmu apa saja), yang lebih penting lagi adalah usaha memperolen hidayah !. Caranya antara lain dengan Mujahadah seperti sudah kita bahas di muka. Telah diperingatkan oleh RosuuhiUoh SAW:
مَنْ اِزْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدُدْ هُدًى لَمْ يَزْدُدْ مِنَ اللهِ اِلاَّ بُعْدًا (رواه ابو منصور والديلمى عن جابر رضى الله عنه)
Artinya kurang lebih :
"Barang siapa bertambah Umunya dan tidak bertambah hidayahnya, dia bukan menjadi dekat (kepada Alloh),melainkan babkan sema­kin jauh dari Alloh ",( Riwayat Abu Mansur Ad-Dailami dart Jabir RA).
Semakin jauh, berarti semakin dibendu oleh Alloh. Semakin .dikutuk oleh Alloh !. Jadinya semakin berlarut larut, semakin besar menimbulkan kerugiah di dalam masyarakat !. Mari kita lebih berhati-hati !. tidak perlu mengoreksi orang lain , mari kita koreksi diri kita sendiri !.
Alhamdu Lillah ! Dengan Mujahadah - Mujahadah Wahidiyah menurut pengalaman yang sudah- sudah, banyak dikaruniai taufiq dan hidayah dari Alloh yang tidak atau jarang kita peroleh diluar menjalankan Mujahadah Wahidiyah. Mari kita laksanakan sebagian !.
اَلْفَاتِحَةْ!
يَا رَبَّناَ اللَّهُمَّ صَلِّ سَلِّمِ * عَلَى مُحَمَّدٍ شَفِيْعِ اْلاُمَمِ
وْاْلآلِ وَاجْعَلِ اْلاَنَامِ مُسْرِعِيْنَ * بِالْوَاحِدِيَّةِ لِرَبِّ الْعٰالَمِيْنَ.
يَا رَبَّناَ اغْفِرْ يَسِّرِ افْتَحْ واهْدِنَا * قَرِّبْ وَاَلِّفْ يَبْنَناَ يَارَبَّناَ
اَلْفَاتِحَةْ!
"LIRROSUL BIRROSUL
Ini terbatas, tidak universal seperti halnya LILLAH BILLAH. Ter-batas hanya dapat dilakukan oleh orang yang beragama Islam tentunya. Ummat agama selain Islam mungkin ada halangan mengetrapkarmya. Akan tetapi juga tidak mustahil ada jalan untuk itu. Wallohu A'lam !,
Kita sebagai ummat Islam wajib mengetrapkan LIRROSUL BIRRO­SUL disamping LILLAH BILLAH. Yaitu merupakan konsekwensi
batiniyah kita selaku ummat Rosuhilloh SAW.
LILLAH BILLAH dan LIRROSUL BIRROSUL merupakan reali-sasi praktis atau konsekwensi batiniyah dari Dua Kalimah Syahadah : ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR-ROSUULULLOH.
Jadi orang yang senantiasa LILLAH BILLAH dan LIRROSUL BIRROSUL itu berarti terus mene­rus hatinya musyaahadah tauhid dan musyaahadah risaalah. Istiiah Iain
hatinya terus menerus membaca Kalimah Syahadatain dengan penuh pengabdian, penghayatan dan kesadaran yang mendalam.
Masalah kesadaran kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW adalah masalah prinsip bagi setiap ummat Rosuululloh SAW, masalah paling pokok yang akan menentukan bahagia atau sengsara. Oleh karena itu hams kita perhatikan hams kita usahakan dengan serius, disamping memper-hatikan soal-soal lain yang kita butuhkan. Kebutuhan jasmani dan ke-butuhan ruhani, kebutuhan material dan kebutuhan spiritual !. Bahkan justru di dalam kita melaksanakan dan men^si bidang-bidang yang hams kita penuhi, supaya selalu dijiwai LILLAH BILLAH dan LIR­ROSUL BIRROSUL yang harus terus menerus kita tingkatkan dan kita sempurnakan tanpa ada batasnya !.
Sekali lagi, ilmiah mudah dipelajari atau dihafal. Akan tetapi tum-buhnya rasa LILLAH BILLAH LIRROSUL BIRROSUL atau pengetrapan dzauqiyyahnya, tergantung kepada HIDAYAH dari Alloh SWT. Dan untuk memperoleh hidayah ini diperlukan bantuan dan bimbing-an dari Penuntun atau Pembimbing. Yaim orang yang sudah ahli dan berpengaiaman yang mempunyai wewenang atau kompeten yaitu yang menerima tugas dari Alloh SWT untuk membimbing masyarakat didalam perjaknan wushul ma'rifat kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW. Di dalam dunia Tasawwuf, Pembimbing tersebut dikenal. sebagai Mursyid yang Kaamil dan Mukammil. Orang yang sudah sempurna dan mampu menyempurnakan orang lain.
Di dalam perjalanan manusia menuju wushul -sadar ma'rifat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW jika tidak ada yang membimbing, pada umumnya mengalami kebingungan dan tersesat jalan oleh berbagai gangguan dari iblis yang sangat haJus sekali sehingga yang bersangkutan tidak merasa. Ibaratnya orang akan menghadap raja atau Presiden harus berhubungan dan melalui orang yang ditugaskan oleh Presiden atau Raja mengatur masalah tersebut. Tanpa melalui Pejabat Kerajaan atau kepresidenan yang bcrkompeten maka sulir sekali bahkan tidak mung-kin bisa berhasil menghadap. Sekalipun dari kalangan tingkat atas, seka-lipun dia sudah mempelajari dan mengerti cara-cara atau jalannya meng­hadap Presiden/Raja. Begitu jua soal kesadaran, soal wushul ma'rifat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW harus melalui Pembimbing yang ber-kompeten mengantarkan wushul. Tidak culcup hanya mempelajari teori atau ilmiah saja.
Kita di dalam Wahidiyah berkeyaidnan seperti keyakinan di dalam dunai tasawwuf bahwa Ghoutsu Hadzaz Zaman rodiyallohu 'anh adalah Priagung ya^ig berkompeten di zaman sckarang mengantarkan dan mem­bimbing masyarakat sadaf kepsda Alioh wa Rosuulihi SAW.
Maka oleh karena itu kita para Pengamal Wahidiyah dan masyarakat Saalikin pada umumnya pcrlu dan harus mengadakan hubungan dengan Beiiau Oioutsu Haadzaz-Zamau rodiyallohu 'anh, terutama hubungan sercara batiniyah. Diantara cara hubungan dengan Ghoutsu Haadzaz-Zaman R.A. tersebut adalah mengetrapkan di dalam hati "LILGHOUTS BILGHOUTS".
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !

No comments:

Post a Comment