Monday, April 21, 2014

Yang dimaksud dengan AJARAN WAHIDIYAH

Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW !
AJARAN WAHIDIYAH
Yang dimaksud dengan AJARAN WAHIDIYAH adalah: "Bimibingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam melaksanakan Tuntunan Rosuululloh SAW meliputi bidang Syari'at dan bidang Ha-qiqot, mencakup peningkatan iman, pelaksanaan islam dan perwujudan ihsan serta pembentukan moral/akhlaq".
Peningkatan iman menuju Kesadaran atau Ma'rifat kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW. Pelaksanaan Islam sebagai realisasi dari pada ketaqwaan terhadap Alloh SWT Tuhan Yang Maha Esa.
Pewujudan ihsan sebagai nunifestasi dari pada iman dan islam yang kaamil (sempurna). Pembentukan moral/akhlaq untuk mewujudkan akhlaaqul-karimah.
Bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam memanfaatkan potensi lahiriyah yang ditunjang oleh pendayagunaan potensi batiniyah/spiritual yang seimbang dan serasi.
Jadi bimbingan praktis tersebut meliputi segala bentuk kegiatan hidup dalam hubungan manusia terhadap Alloh Wa Rosuulihi SAW (hablum minalloh) dan hubungan manusia di dalam kehidupan masyarakat sebagai insan sosial (hablun minnass) : hubungan manusia terhadap keluarga dan rumah tangga, terhadap bangsa, negara dan agama, terhadap sesama ummat manusia segala bangsa serta hubungan manusia terhadap segala makhluq lingkungan hidup pada umumnya.
Secara ringkas AJARAN WAHIDIYAH tersebut dirumuskan sebagai berikut :
لِلَّه ِ- بِاللَّهِ
LILLAH- BILLAH
لِلرَّسُوْلْ-بِالرَّسُوْلْ
LIRROSUL – BIRROSUL
لِلْغَوْثْ-بِالْغَوْثْ
LILGHOUTS – BILGHOUTS
يُؤْتِى كُلُّ ذِىْ حَقٍّ حَقَّةْ
YUKTI KULLA DZII HAQQIN HAQQOH
تَقْدِيْمُ اْلاَهَمْ فَاْلاَهَمْ ثُمَّ اْلاَنْفَعْ فَاْلاَنْفَعْ
TAQDIIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA' FAL ANFA'
FUNGSI MANUSIA HIDUF DI DUNIA
Sebelum kita membahas satu persatu pengertian dan bagaimana penerapan AJARAN WAHIDIYAH tersebut, marilah kita renungkan kita fikirkan lebih dahulu apakah fungsi manusia dihidupkan oleh Alloh di dunia ini. Kita perhatikan firman Alloh :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلآئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً (2-البقرة:30)
Artinya kurang lebih :
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : "Sesungguhnya AKU hendak menjadikan Kholifah di muka bumi”. (2-Al Baqoroh : 30)
Yang dimaksud “Kholifah” adalah Nabi Adam 'alaihissalaam yang menurunkan seluruh ummat manusia. Jadi setiap manusia, sebagai anak keturunan Nabi Adam 'alaihissalaam dengan sendirinya menjadi ahli waris Kholifah Allah di bumi. Dan sebagai ahli waris, secara Adami berarti setiap manusia mempunyai tugas kewajiban dan tanggung jawab menjalankan kekholifahan.
"Kholifah Alloh" atau "Wakil Tuhan" di bumi diberi tugas mengatur kehidupan dunia ini menjadi kehidupan yang baik dan benar yang diridhoi Alloh SWT Tuhan Maha Pencipta yang telah melimpahkan mandat "Kholifah" kepada Nabi Adam 'alaihissalaam tersebut. Untuk membimbing uramat manu­sia melaksanakan mandat "Kholifah” itu maka Alloh telah memilih di antara hamba-hamba-NYA di jadikan Nabi Pemimpin ummat, dan di antara Nabi-Nabi ada yang ditetapkan sebagai Rosul Utusan Alloh dengan dibekali Kitab Suci sebagai tuntunan hidup bagi ummat manusia. Nabi dan Utusan yang terakhir sekali adalah junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosululloh SAW dengan Kitab Suci Al Qur'an sebagai pedoman dan tuntunan hidup manusia sampai akhir zaman Yaumul Qiyaamah.
Di dalam menjalankan fungsinya sebagai Kholifah Alloh di bumi, manusia tidak bebas begitu saja tanpa arah, melainkan harus mengikuti haluan garis besar pokok yang harus dituju oleh manusia adalah seperti yang telah ditetapkan di dalam Al Qur'an Surat no. 51 Adz-Dzaariyaat Ayat 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ (51-الذاريات:56)
Artinya kurang lebih ;
"Dan tiada AKU menciptakan jin dan manusia melainkan agar supaya mereka beribadah mengabdikan diri kepada-KU". (51-Adz-Dzaariyaat: 56).
Jadi segala perbuatan dan tingkah laku manusia dalam segala keadaan, situasi dan kondisi yang bagaimanapun hidup di dunia ini harus diirahkan untuk mengabdikan diri beribadah kepada Alloh SWT, harus menjadikan sebagai pelaksanaan dari pada '"LIYA'BUDUUNI". Jadi ibadah itu tidak hanya terbatas pada menjalankan syahadat, sholat, zakat, nuasa dan haji yang menjadi rukun Islam itu saja, juga tidak hanya teratas pada menjalankan ibadah-ibadah sunnah seperti membaca Al-Qur'an, membaca Dzikir, membaca sholawat dan sebagainya, akan tetapi di samping itu semua, segala gerak gerik manusia, segala tingkah laku. dan perbuatannya, sepanjang tidak melanggar larangan Alloh, harus dijadikan sebagai pelaksanaan ibadah kepada Alloh, Jika hidup manusia ini tidak selalu diarahkan untuk pengabdian diri ibadah kepada Alloh, ini berarti manusia telah menyimpang dari haluan hidup yang telah digariskan Alloh SWT dalam Ayat tersebut di atas. Suatu penyelewengan suatu penyalahgunaan mandat, suatu dosa besar yang harus segera ditobati !.
Shohabat Ibnu Abbas rodiyallohu 'anhu seorang mufassir Al Qur'an yang terkenal pada zaman Kanjeng Nabi SAW menafsirkan kata "liya' rifuuni'' dalam Ayat tersebut yakni "liya' rifuuni". Artinya agar supaya mereka jin dan manusia ma'rifat, mengenal atau sadar kepada-KU (Alloh). Jadi segala hidup dan kehidupan manusia (dan jin) menurut tafsir ini harus sepenuhnya diarahkan atau sebagai sarana untuk ma'rifat atau mengenal Alloh SWT Tuhan Yang Mana Pencipta.
Setengah dari pada syarat yang prinsip di dalam menjalankan iba­dah yalah harus disertai adanya niat di dalam pelaksanaan perbuatan ibadah tadi. Disertai niat, niat ibadah!. Jika tidak disertai niat ibadah, apapun macamnya perbuatan, perbuatan taat sekalipun, amal perbuat­an tersebut tidak dicatat sebagai ibadah. Dan jika tidak dicatat sebagai ibadah, rupa sholat sekalipun, adalah menjadi maksiat, merupakan dosa. Sabda Rosululloh SAW menegaskan hal niat ini sebagai berikut:
إِنَّمَا اْلاَعْمَالُ بِالنِّياَّتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَانَوَى… الحديث (رواه البخارى ومسلم وغيرهم عن عمر رضى الله عنه)
Artinya kurang lebih :
"Sesunggubnya segala amal perbuatan itu ditentukan (tergantung/dinilai) menurut niatnya, dan sesungguhnya bagi seseorang itu ter­gantung pada apa yang ia niatkan..."(Riwayat Bukhori dan Muslim dan lainnya dari Umar Ibnul-Khottob rodiyallu 'anhumaa).
Niat itu letaknya di dalam hati. Kelihatannya seperti perkara sepele akan tetapi menentukan sekali. Jika tidak kebetulan, artinya kurang mendapat perhatian, bisa menghancurkan bangunan ibadah keseluruhannya.
Bertitik tolak dari firman Alloh dalam Surat Adz-Dzaariyat Ayat 56 dan Hadits shoheh tersebut di atas, beliau Al Mukarrom Romo K.H, Abdoel Madjid Ma'roef Muallif Sholawat Wahidiyah memberikan bimbingan praktis di dalam pelaksanaan niat ibadah sebagai realisasi dari pada "liya'abuduuni" tersebut, yaitu dengan melatih dan membiasakan hati mengetrapkan "LILLAH"
................................................................b e r s a m b u n g.......................
Suka ·  · 

No comments:

Post a Comment