Tuesday, April 26, 2016

Mbah KH. Mohammad Ma’roef Kedunglo dan Mbah KH. Abdul Karim Lirboyo pun IKUT BERPERAN AKTIF DALAM MEREBUT KEMERDEKAAN DAN MEMPERTAHANKANNYA

007.05.999 Mbah KH. Mohammad Ma’roef Ra Kedunglo Ikut Berperan Aktif dan Memprakarsai Berdirinya Masjid Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. 05.999 “KISAH DAN PETUAH” Mbah KH. Mohammad Ma’roef Kedunglo dan Mbah KH. Abdul Karim Lirboyo pun IKUT BERPERAN AKTIF DALAM MEREBUT KEMERDEKAAN DAN MEMPERTAHANKANNYA. Beliau berduapun sama-sama berteman akrab ketika sama-sama nyantri di Pondok Pesantren Bangkalan Madura yang diasuh oleh Mbah Yahi Kholil Ra, begitu juga Beliau berdua teman seangkatan Hadlrotusy-syeh Mbah KH. Hasim Asy’ari Pondok Pesantren Cukir Jombang Jawa Timur ketika mondok di Bangkalan. Kediri mendapat julukan “kota santri”, karena saking banyaknya pondok pesantren yang ada di daerah ini. Salah satu pondok pesantren yang terkenal dan terbesar adalah Pondok Pesantren Lirboyo. Berikut ini sekelumit sejarah Pondok Pesantren Lirboyo yang kini telah berusia satu abad lebih. Lirboyo adalah nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Mojoroto Kotamadya Kediri Jawa Timur. Di desa inilah telah berdiri hunian atau pondokan para santri yang dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren Lirboyo. Berdiri pada tahun 1910 M. Diprakarsai oleh Kyai Sholeh, seorang yang Alim dari desa Banjarmelati dan dirintis oleh salah satu menantunya yang bernama KH. Abdul Karim Ra, seorang yang Alim berasal dari Magelang Jawa Tengah. Mbah KH. Mohammad Ma’roef Ra Ponpes Kedunglo pun juga sama2 menantunya Mbah KH.Sholeh Ra Banjarmelati Kediri dengan anak perempuannya yang pertama yang bernama Mbah Nyai Hj. Siti Hasanah. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo erat sekali hubungannya dengan awal mula KH.Abdul Karim menetap di Desa Lirboyo sekitar tahun 1910 M. setelah kelahiran putri pertama beliau yang bernama Hannah dari perkawinannya dengan Nyai Khodijah (Dlomroh), putri Kyai Sholeh Banjarmelati. Perpindahan KH. Abdul Karim ke desa Lirboyo dilatarbelakangi atas dorongan dari mertuanya sendiri yang pada waktu itu menjadi seorang da’i, karena Mbah Kyai Sholeh berharap dengan menetapnya KH. Abdul Karim di Lirboyo agama Islam lebih syi’ar dimana-mana. Disamping itu, juga atas permohonan kepala desa Lirboyo kepada Kyai Sholeh untuk berkenan menempatkan salah satu menantunya (Kyai Abdul Karim) di desa Lirboyo. Dengan hal ini diharapkan Lirboyo yang semula angker dan rawan kejahatan menjadi sebuah desa yang aman dan tentram. Betul juga, harapan kepala desa menjadi kenyataan. Konon ketika pertama kali kyai Abdul Karim menetap di Lirboyo, tanah tersebut diadzani, saat itu juga semalaman penduduk Lirboyo tidak bisa tidur karena perpindahan makhluk halus yang lari tunggang langgang Tiga puluh lima hari setelah menempati tanah tersebut, beliau mendirikan surau mungil nan sederhana. Santri Perdana dan Pondok Lama Adalah seorang bocah yang bernama Umar asal Madiun, ialah santri pertama yang menimba ilmu dari KH. Abdul Karim di Pondok Pesantren Lirboyo. Kedatangannya disambut baik oleh KH. Abdul Karim, karena kedatangan musafir itu untuk tholabul ilmi , menimba pengetahuan agama. Selama nyantri, Umar sangat ulet dan telaten. Ia benar-benar taat pada Kyai. Demikian jalan yang ditempuh Umar selama di Lirboyo. Selang beberapa waktu ada tiga santri menyusul jejak Umar. Mereka berasal dari Magelang, daerah asal KH. Abdul Karim. Masing-masing bernama Yusuf, Shomad Dan Sahil. Tidak lama kemudian datanglah dua orang santri bernam Syamsuddin dan Maulana, keduanya berasal dari Gurah Kediri. Seperti santri sebelumnya, kedatangan kedua santri ini bermaksud untuk mendalami ilmu agama dari KH. Abdul Karim. Akan tetapi baru dua hari saja mereka berdua menetap di Lirboyo, semua barang-barangnya ludes di sambar pencuri. Memang pada saat itu situasi Lirboyo belum sepenuhnya aman, di Lirboyo masih ada sisa-sisa perbuatan tangan-tangan kotor. Akhirnya mereka berdua mengurungkan niatnya untuk mencari ilmu. Mereka pulang ke kampung halamannya. Tahun demi tahun, Pondok Pesantren Lirboyo semakin dikenal oleh masyarakat luas dan semakin banyaklah santri yang berdatangan mengikuti santri-santri sebelumnya untuk bertholabul ilmi , maka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang dialami oleh Syamsuddin dan Maulana, dibentuklah satuan keamanan yang bertugas ronda keliling disekitar pondok. Berdirinya Masjid Pondok Pesantren Lirboyo Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pondok pesantren, yang dianggap sebagai tempat ummat Islam mengadakan berbagai macam kegiatan keagamaan, sebagaimana praktek sholat berjama’ah dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, bukan merupakan hal yang aneh jika dimana ada pesantren disitu pula ada masjid, seperti yang dapat kita lihat di Pondok Pesantren Lirboyo. Asal mula berdirinya masjid di Pondok Lirboyo, karena Pondok Pesantren yang sudah berwujud nyata itu kian hari banyak santri yang berdatangan, sehingga dirasakan KH. Abdul Karim belum dianggap sempurna kalau ada masjidnya. Maka dua setengah tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo, tepatnya pada tahun 1913 M. timbullah gagasan dari KH. Abdul Karim untuk merintis mendirikan masjid di sekitar Pondok. Semula masjid itu amat sederhana sekali, tidak lebih dari dinding dan atap yang terbuat dari kayu. Namun setelah beberapa lama masjid itu digunakan, lambat laun bangunan itu mengalami kerapuhan. Bahkan suatu ketika bangunan itu hancur porak poranda ditiup angin beliung dengan kencang. Akhirnya KH. Muhammad yang tidak lain adalah kakak ipar KH. Abdul Karim sendiri mempunyai inisiatif untuk membangun kembali masjid yang telah rusak itu dengan bangunan yang lebih permanen. Jalan keluar yang ditempuh KH. Muhammad, beliau menemui KH. Abdul Karim guna meminta pertimbangan dan bermusyawarah. Tidak lama kemudian seraya KH. Abdul Karim mengutus H. Ya’qub yang tidak lain adik iparnya sendiri untuk sowan berkonsultasi dengan Mbah KH. Ma’ruf Ponpes Kedunglo Kediri mengenai langkah selanjutnya yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembangunan masjid tersebut.Dari pertemuan antara H. Ya’qub dengan KH. Ma’ruf Kedunglo itu membuahkan persetujuan, yaitu dana pembangunan masjid dimintakan dari sumbangan para dermawan dan hartawan. Usai pembangunan itu diselesaikan, peresmian dilakukan pada tanggal 15 Rabi’ul Awwal 1347 H. / 1928 M. Acara itu bertepatan dengan acara ngunduh mantu putri KH. Abdul Karim yang kedua , Salamah dengan KH. Manshur Paculgowang. Dalam tempo penggarapan yang tidak terlalu lama, masjid itu sudah berdiri tegak dan megah (pada masa itu) dengan mustakanya yang menjulang tinggi, dinding serta lantainya yang terbuat dari batu merah, gaya bangunannya yang bergaya klasik , yang merupakan gaya arsitektur Jawa kuno dengan gaya arsitektur negara Timur Tengah. Untuk mengenang kembali masa keemasan Islam pada abad pertengahan, maka atas prakarsa Mbah KH. Ma’ruf Kedunglo pintu yang semula hanya satu, ditambah lagi menjadi sembilan, mirip kejayaan daulat Fatimiyyah. Selang beberapa tahun setelah bangunan masjid itu berdiri, santri kian bertambah banyak. Maka sebagai akibatnya masjid yang semula dirasa longgar semakin terasa sempit. Kemudian diadakan perluasan dengan menambah serambi muka, yang sebagian besar dananya dipikul oleh H. Bisyri, dermawan dari Branggahan Kediri. Pembangunan ini dilakukan pada tahun sekitar 1984 M. Tidak sampai disitu, sekitar tahun 1994 M. ditambahkan bangunan serambi depan masjid. Dengan pembangunan ini diharapkan cukupnya tempat untuk berjama’ah para santri, akan tetapi kenyataan mengatakan lain, jama’ah para santri tetap saja membludak sehingga sebagian harus berjamaah tanpa menggunakan atap. Bahkan sampai kini bila berjama’ah sholat Jum’at banyak santri dan penduduk yang harus beralaskan aspal jalan umum. Untuk menjaga dan melestarikan amal jariyyah pendahulu serta menghargai dan melestarikan nilai ritual dan histories, sampai sekarang masjid itu tidak mengalami perobahan, hanya saja hampir tiap menjelang akhir tahun dinding-dindingnya dikapur dan sedikit ditambal sulam. PERAN PODOK PESANTREN LIRBOYO DAN KEDUNGLO DALAM MEREBUT KEMERDEKAAN DAN MEMPERTAHANKANNYA Pondok Pesantren Lirboyo, sejak zaman kolonial Belanda merupakan salah satu diantara sekian banyak pesantren yang ikut berjuang mengusir penjajah dari bumi nusantara tercinta. Hal ini dapat dibuktikan pada waktu tentara Jepang datang ke Indonesia untuk menjajah dengan dalih demi kemakmuran Asia Timur Raya. Ketika mereka mengundang para Ulama le Jakarta, maka KH. Abdul Karim selaku pengasuh Pondok Pesantren berkenan hadir bersama KH. Ma’ruf selaku pengasuh Pondok Pesantren Kedunglo dan KH. Abu Bakar Bandar Kidul dengan dikawal oleh KH. Abdul Madjid Ma’ruf (MU’ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA0. Ketika Jepang mengadakan latihan di Cibasura Bogor, Residen Kediri, R. Abd. Rahim Pratalikrama memohon kesediaannya KH. Mahrus Ali untuk berangkat sebagai utusan daerah Kediri. Berhubung beliu berlangan untuk hadir, maka diutuslah beberapa santri, antara Thohir Wijaya Blitar, Agus Masrur Lasem, Mahfudz Yogyakarta dan Ridlwan Anwar Kediri.Usai menghadiri pertemuan di Bogor, segala hal dan ihwal yang mereka ketahui di sana, segera disampaikan pada seluruh santri Lirboyo. Semua itu adalah merupakan satu usaha mngambil manfaat dalam rangka kerjasama dengan pemerintah Jepang. Akan tetapi dibalik itu ada maksud lain, yaitu sebagai persiapan Indonesia merdeka. Para utusan yang telah mendapat ilmu tentang kemiliteran, segera mengadakan latihan baris berbaris di Pondok Pesantren Lirboyo. Waktu itu sekitar tahun 1943-1944 M., yang mana di Kediri sudah dibentuk barisan Hizbullah dengan kepemimpinan KH. Zainal Arifin di tingkat pusatnya. Pada masa itu adalah merupakan masa-masa penuh harapan rakyat Indonesia untuk terlepas dari cengkraman penjajah dari kepemerintahan negara yang dikenal dengan negeri Sakura itu. Rakyat sudah muak dengan segala tindakan penjajah. Mereka sangat rindu damai dalam merdeka. Betul juga, beberapa hari sesudah Hirosima dan Nagasaki yang merupakan dua kota besar di Jepang kejatuhan bom tentara sekutu, Jepang pun menyerah tanpa syarat. Akhirnya Indonesia yang sudah lama menunggu kesempatan amas dan hari-hari bersejarah itu segera memproklamirkan kemerdekaannya, tepat pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945, kebahagiaan bangsa Indonesia termasuk santri Lirboyo dan Kedunglo tidak dapat terlukiskan lagi. MBAH YAHI MA’RUF BERJUANG DENGAN KEAMPUHAN DO’A NYA Sumbangsih Mbah Yahi Ma’roef kepada negara di zaman perjuangan mengusir penjajah amatlah besar. Hal ini beliau tunjukkan saat pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya meledak. Bersama Mayor Hizbullah Mahfud dan Kyai Hamzah (ayah Mbah Nyahi Shafiyah RA) beliau turut ke medan pertempuran walau berada di garis belakang sebagai tukang do’anya. Berkat do’a Mbah Ma’roef, tak jarang bom yang meledak berubah menjadi butiran-butiran kacang hijau. Sebagaimana pula diriwayatkan oleh murid-muridnya yang juga turut berperang, para tentara dan santri yang ikut berjuang kebal dengan berbagai senjata setelah diasmai oleh Mbah Ma’roef. Cara beliau mengisi kekebalan pasukan tergolong unik. Pertama setelah pasukan dibariskan, beliau menyuruh mereka agar minum air jeding di utara serambi Masjid. Selanjutnya beliau berdo’a yang diamini oleh pasukan pejuang. Di antara do’anya, “Allahumma salimna minal bom wal bunduq, wal bedil wal martil, wa uddada hayatina”. Do’a beliau yang kedengarannya nyeleneh ternyata sangat manjur. Terbukti pada semua tentara yang sudah beliau isi kebal aneka senjata. Konon Gus Nawawi dari Jombang ketika bertempur punggungnya terkena martil. Tapi beliau tidak apa-apa malah punggungnya ngecap martil sebesar ontong. Kyai Hamzah besannya sendiri yang juga mengikuti pertempuran di Surabaya. Kabarnya kaki –nya juga terkena bom tapi tidak apa-apa. Kyai Bisri Mustofa (ayah Kyai Mustofa Bisri) Rembang, di zaman itu pernah di kejar-kejar penjajah Jepang. Beliau kemudian lari ke Kedunglo minta perlindungan kepada Mbah Ma’roef. Kemudian Mbah Ma’roef mengijazahi sebuah do’a, setelah diamalkan beliau selamat dari incaran orang Jepang. Berkat jasa Kyai Kedunglo, beliaupun lalu mewasiatkan kepada anak cucunya agar terus mengamalkan do’a pemberian Mbah Ma’roef, doa tersebut oleh Kyai Bisri Musthafa diabadikan dalam buku terjemah Burdah. Itulah Mbah Ma’roef, memanfaatkan keampuhan do’anya dalam mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Pelucutan Senjata Kompitai Dai Nippon Adalah Mayor Peta H. Mahfudz yang mula-mula menyampaikan berita gembira tentang kemerdekaan Indonesia itu kepada KH. Mahrus Ali, lalu diumumkan kepada seluruh santri dalam pertemuan diserambi masjid. Dalam pertemuan itu pula, para santri diajak melucuti senjata Kompitai Dai Nippon yang bermarkas di Kediri (markas itu kini dikenal dengan dengan Markas Brigif 16 Brawijaya Kodam Brawijaya) . Tepat pada jam 22.00 berangkatlah santri Lirboyo sebanyak 440 menuju ke tempat sasaran dibawah komando KH. Mahrus Ali, Mayor Mahfudz dan R. Abd. Rahim Pratalikromo. Sebelum penyerbuan dimulai, santri yang bernama Syafi’I Sulaiman yang pada waktu itu berusia 15 tahun menyusup ke dalam markas Dai Nippon yang dijaga ketat. Maksud tindakan itu adalah untuk mempelajari dan menaksir kekuatan lawan. Setelah penyelidikan dirasa sudah cukup, Syafi’i segera melapor kepada KH. Mahrus Ali dan Mayor Mahfudz. Saat-saat menegangkan itu berjalan hingga pukul 01.00 dini hari dan berakhir ketika Mayor Mahfudz menerima kunci gudang senjata dari komandan Jepang yang sebelumnya telah diadakan diplomasi panjang lebar. Dalam penyerbuan itu , kendati harus harus mengalami beberapa insiden dan bentrokan fisik, pada akhirnya penyerbuan itu sukses dengan gemilang. Walaupun kemerdekaan masih sangat “muda” namun Indonesia sudah berhak mengatur negaranya sendiri. Tidak dibenarkan jika ada fihak luar yang turut campur. Akan tetapi tidak bagi Indonesia pada waktu itu. Baru saja Indonesia merasakan nikmatnya kemerdekaan, tiba-tiba ada sekutu yang di”bonceng” Belanda yang mengatasnamakan NICA, pada tanggal 16 September 1945 mendarat di Tanjung Priuk untuk menjajah kembali. Kemudian disusul tanggal 29 September 1945dengan pasukan dan peralatan perang yang lebih komplit. Karuan saja, kedatangan mereka disambut dengan pekik “merdeka atau mati”. Begitulah semboyan bangsa Indonesia. Termasuk para ulama yang waktu itu tergabung dalam dalam perhimpunan Nahdlatul Ulama (dulu HB NU), pada tanggal 21-22 Oktober 1945 memanggil para ulama NU yang ada di Jawa dan Madura untuk mengadakan pertemuan di kantor PB NU jalan Bubutan Surabaya. Tujuan pertemuan itu adalah membahas ulah Belanda yang hendak merampas kembali kemerdekaan Indonesia.Sebagai tokoh NU, KH. Mahrus Ali turut hadir dalam pertemuan itu. Dalam pertemuan itu para ulama mengeluarkan resolusi Perang Sabil. Perang melawan Belanda dan kaki tangannya hukumnya adalah wajib ain. Rupanya keputusan inilah yang menjadi motifasi para ulama dan santrinya untuk memanggul senjata ke medan laga, termasuk pesantren Lirboyo. Tidak lama setelah itu, tepatnya pada tanggal 25 Oktober 1945, tentara sekutu yang dipimpin AWS Mallaby mendarat di Tanjung Perak Surabaya. Tindakan mereka semakin brutal,, pada tanggal 28 Oktober mereka mulai mengadakan gangguan-gangguan stabilitas, mereka merampas mobil, mencegat pemuda-pemuda Surabaya , merebut gedung yang sudah dikuasai Indonesia. Yang lebih menyakitkan, mereka menurunkan sang Merah Putih yang berkibar diatas hotel Yamato, dan digantinya dengan Merah Putih Biru. Pemuda Surabaya marah, terjadilah pertempuran selama tiga hari, 28,29,30 Oktober 1945, hingga terbunuhlah AWS Mallaby, Jendral andalan Inggris yang masih berusia 45 tahun. Dalam situasi demikian itu, Mayor Mahfudz datang ke Lirboyo menghadap KH. Mahrus Ali untuk memberikan kabar bahwa Surabaya geger. Seketika KH Mahrus Ali mengatakan bahwa kemerdekaan harus kita pertahankan sampai titik darah penghabisan. Kemudian KH. Mahrus Ali mengintruksikan kepada santri untuk berangkat perang ke Surabaya. Hal ini disampaikan lewat Agus Suyuthi. Maka dipilihlah santri-santri yang tangguh untuk dikirim ke Surabaya. Dengan mengendarai truk , para santri dibawah komando KH. Mahrus Ali berangkat ke Surabaya. Meskipun hanya bersenjatakan bambu runcing, mereka bersemangat berjihat menghadapi musuh. Santri yang dikirim waktu itu berjumlah sebanyak 97 santri dari Lirboyo dan Kedunglo. 5Batal Suka · · Promosikan · Bagikan Anda, Syaiful Cuman Wayang, Asingyu Loi, Arip Baban, dan 45 orang lainnya menyukai ini. Zamzamy Oud Bynazziek : KH.Mahrus ali Dan KH.Marzuki Dahlan berwasiat kpda sluruh santrinya, di larang ngamalaken sholawat wahidiyah… 20 Januari pukul 9:40 · Batal Suka · 1 Khatoed Mawoed : PERAAANG….! 20 Januari pukul 9:59 · Suka · 1 Ahmad Dimyathi : LAA ITU YANG MENJADI MASALAH… KYAI KOK NGELARANG MENGAMALKAN SHOLAWAT…..KYAI GAK BENER IKU….. SAYA TEGASKAN DISINI BAHWA MBAH KH. MARZUKI DAHLAN TIDAK MELARANG MENGAMALKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH. HANYA KH. MAHRUS SAJA YANG IRI DAN DENGKI…., MF SAYA AHMAD DIMYATHI , ADIK SAYA PAK IHSANUDDIN , SAUDARA2 SAYA PAK ZAINAL HAMAMI DLL.. SERTA AYAH SAYA PAK HAROEN ROSYID JUGA SANTRI DAN ALUMNI LIRBOYO, GURU SAYA MBAH YAHI KHOLIL BETIK NGAMPEL MOJOROTO KEDIRI, BELIAU GURU SENIOR KAMI DI PONPES LIRBOYO, BELIAU BIASA IKU NGAJI AL-HIKAM DI PONPES KEDUNGLO, BELIAU MASIH PERNAH MBAH SAYA. KETAHUILAH YANG MENULIS LEMBARAN SHOLAWAT WAHIDIYAH YG BEREDAR SAMPAI SEKARANG INI ADALAH GUS MAFTUH MENANTU MBAH KH. MARZUKI DAHLAN YANG HAFIDZ AL-QURAN ITU, BELIAU JUGA PENGAMAL SHOLAWAT WAHIDIYAH. SAYA SENDIRI WAKTU ITU YG SOWAN KE BELIAU GUS MAFTUH LIRBOYO TAHUN 1982 BULAN MEI TGL 02….TUK MOHON DITULISKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH YANG BARU, KARENA BELIAU JUGA SEORANG YG AHLI KHOT, TULISANNYA INDAH DAN BAGUS SEKALI. MF SAUDARAKU ZAZAMI YG BAIK HATINYA ANDA SANTRI LIRBOYO TAHUN BERAPA ….. MASIH KEMARIN SORE KALI…. SANTRI LIRBOYO YANG MENGAMLKAN SECARA SEMBUNYI BANYAK SEKALI SEJAK ZAMAN MBAH KH. MARZUKI DAHLAN…… 20 Januari pukul 10:14 · Telah disunting · Suka Zamzamy Oud Bynazziek : oleh sebab itulah pda akhirnya mbh marzuki jg melarangnya, krn mbh mbh marzuki jg tw ada sbgian santri2nya yg ngamalkan scra diam2, tp efeknya santri2ne podo menying.. haha…. akhirnya mbh marzuki jg ikut melarangnya…. hehe… 20 Januari pukul 10:15 · Batal Suka · 1 Ahmad Dimyathi : OO IKU GAK BENER… BERITA SEPERTI ITU GAK BENER…. 20 Januari pukul 10:18 · Suka Zamzamy Oud Bynazziek : loooh…. saksi hidup msh ada lo… lek gak percoyo monggo sowano langsung gne mbah yai idris bin mbah marzuki…. 20 Januari pukul 10:21 · Suka Zamzamy Oud Bynazziek : pakq jg alumni lirboyo… 20 Januari pukul 10:21 · Suka Ahmad Dimyathi : DASAR DARI AL-QUR’AN DAN HADITSNYA MANA KOK BERANI-BERANINYA MELARANG MENGAMALKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH…..ITU GA ADA DASARNYA… CUMA CEMBURU SOSIAL, MASALAH PRIBADI DAN IRI HASUD AJA ITU….. ORANG SEMACAM KYAI MAHRUS ALI ITU PASTAS DISIKSA, DI JANTUR DI ALAM BARZAH SEPERTI JAMBU MENTE , DIA DIBAKAR DAN DISIKSA DENGAN SIKSAAN YG AMAT PEDIH SEKALI DI ALAM KUBURNYA…MERINTI-RINTIH KESAKITAN DAN MINTA MA’AF—..BANYAK PENGAMAL WAHIDIYAH YG DIBERI PENGALAN SEPIRITUAL KETIKA ZAMAN MBAH YAHI MU’ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA MASIH SUGENG DULU….MEREKA PADA MELAPORKAN PERISTIWA ITU KE MBAH YAHI QS WA RA….TUM MEMINTAKAN MA’AF KYAI MAHRUS ALI KEPADA MBAH YAHI …KETIKA ITU…..GMN TANGGAPANNYA MBAH YAHI QS WA RA…???. INSYA ALLOH TAR KAN SY TULIS………………….???. Tnggapan Mbah Yahi Qs wa Ra ketika itu sbb. : “KALAU SAYA SECARA PRIBADI SUDAH SY MA’AFKAN, TAPI SAYA GAK MAU BERTANGGUNG JAWAB KEPADA MASYARAKAT LUAS TERUTAMA PARA SANTRINYA YANG MEREKA SESATKAN SEBAB MENGHARAMKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH ITU, HAL ITU BISA DIMA’AFKAN APABILA DIA (KYAI MAHRUS ALI) MAU MENDATANGI SATU PERSATU SANTRINYA DAN MASYARAKAT LUAS SECARA RUHANI DAN MENYATAKAN KEPADA MEREKA BAHWA SHOLAWAT WAHIDIYAH BOLEH KAMU AMALKAN DAN TIDAK HARAM SHOLAWAT WAHIDIYAH ITU”,….demikian tanggapan Mbah Yahi Qs wa Ra ketika itu….!!!. 20 Januari pukul 15:50 · Telah disunting · Suka Jaka Kelana : mbah kyai di tempatku juga alumni lirboyo, juga mengamalkan sholat wahidiyah…. 20 Januari pukul 10:54 · Batal Suka · 1 Ahmad Dimyathi : BETUL KANG JAKA… BANYAK ALUMNI PONPES LIRBOYO YANG MASYHUR ITU PADA MENGAMALKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH, HANYA MEREKA YG KENA HASUDTAN KYAI MAHRUS ALI AJA ITU…SEBGIAN AJA SANTRI LIRBOYO…. ITU SEBENARNYA MASALAH PRIBADI AJA SEMULA JUGA MASALAH POLITIK AJA….MAUNYA DULU DIMINTA OLEH K MAHRUS ALI SEMUA PENGAMAL WAHIDIYAH ITU MAU BERNAUNG DIBAWAH KEPEMIMPINANNYA SYURIYYAH NU JAWA TIMUR…, TAPI DENGAN MBAH YAHI QS WA RA DIJAWAB DENGAN HALUS DAN TEGAS, BAHWA WAHIDIYAH TIDAK KEMANA-MANA TAPI ADA DIMANA-MANA, BUKAN HANYA DI NU SAJA….YG MENGAMALKAN SW BOLEH SIAPA SAIA TANPA PANDANG BULU DAN GOLONGAN…BUKAN HANYA WARGA NU ATAU MUHAMMADIYYAH SAJA…BAHKAN NON MUSLIMPUN YG MAU BOLEH MENGAMALKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH….TTG MASALAH PRIBADI TAR KALAU PERLU SY TULIS SEJARAH NYA…..???. (Sejarahnya begini : Istri Kyai Makhrus Ali itu dulu dlm sejarah (bisa dibaca dlm biografinya Mbah Yahi Qs wa Ra) mau dijodohkan kepada Mbah Yahi Mu’allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra, tapi Beliau Mbah Yahi MBOTEN KERSO (GAK MAU), waktu itu Pak Naib sudah datang…., para undangan dan Kyai2 sudah pada rawuh tuk menyaksikan pernikaahan saat itu dengan putrinya Mbah Yahi Abdul Manaf yang akhirnya mendapatkan jodoh dengan Kyai Makhrus itu. Ketika aqdun nikah dengan Mbah yahi berlangsung, Beliau Mbah Yahi bungkam seribu bahasa gak kerso jawab qobiltun-nikah…..dst… Maka pernikahan saat itu dibatalkan. La dari peristiwa itulah mungkin ada rasa sentimen pribadi antara K. Makhrus Ali dan istrinya dengan Beliau Mbah Yahi Qs wa Ra….Wallohu a’lam….). 20 Januari pukul 16:01 · Telah disunting · Suka · 2 Yusyuf Aremania Itajes Ongisiras : sy prnh mimpi bertemu kh mahrus ali sy dipaksa ikut dia. tp alhamdulillah BELIAU KANJENG ROMO MBOTEN KERSO. 20 Januari pukul 11:59 · Batal Suka · 2 Yusyuf Aremania Itajes Ongisiras : guru ngaji sy adl 0rg lirb0y0. memang smpai saat ini mreka msh gak suka ma SW. tp ahlul bait LIRBOYO sdh menerima bahkan 20 Januari pukul 12:05 · Suka · 1 Zamzamy Oud Bynazziek : yusuf@ mbebalikan fakta senengane…. 20 Januari pukul 12:09 · Suka Yusyuf Aremania Itajes Ongisiras : sdh s0wan ke KANJENG ROMO. sy menyaksikan sndiri. DAWUH BELIAU : BTUH WAKTU 40 TH BAGI LIRBOYO UNTUK SOWAN KE KEDUNGLO. 20 Januari pukul 12:09 · Batal Suka · 1 Zamzamy Oud Bynazziek : haha….. mimpi kaliiiiii…. 20 Januari pukul 12:11 · Suka Zamzamy Oud Bynazziek dasar republik mimpi…. 20 Januari pukul 12:11 · Suka Yusyuf Aremania Itajes Ongisiras : zam zam@maksut sampean. 20 Januari pukul 12:12 · Suka Ahmad Dimyathi KANG YUSUF : YG BAIK..ANDA BENAR…PUTRA PUTRI LIRBOYO SUDAH PADA SOWAN KE KEDUNGLO…ALHAMDULILLAH SEKARANG INI SUDAH CAIR…AKRAB SEKALI HUBUNGANNYA..SANGAT HARMONIS…. HANYA ALUMNINYA AJA YANG GAK NGERTI DAN GAK MAU TAHU YANG MASIH KERAS HATINYA..LEBIH KERAS DARI BATU GOA… 20 Januari pukul 12:14 · Telah disunting · Suka · 2 Ahmad Dimyathi : MULAI SEJAK ZAMAN KH. IMAM YAHYA MAKHRUS DULU (BELIAU REKTOR KAMI KETIKA SY KULIAH DI TRIBAKTI KEDIRI – SY SI -NYA LULUSAN TRIBAKTI KEDIRI – SY BANGGA IAIT ASUHAN KYAI IMAM), BELIAU DAH AKRAB SEKALI DENGAN KANJENG ROMO KH. ABDUL LATIF MADJID RA, BELIAU KYAI IMAM KALAU MEMANGGIL BELIAU KANG MAS…., MEMANG KEDUA BELIAU MASIH BERSAUDARA DEKAT, SAMA2 CUCU DARI MBAH YAHI SHOLEH BANJAR MLATI KEDIRI, BAHKAN SUATU SAAT KYAI IMAM PERNAH PINJAM MOBIL MERCINYA KANJENG ROMO YAHI…..ITU REALITANYA YG GA BISA DIBANTAH…. 20 Januari pukul 12:22 · Suka Zamzamy Oud Bynazziek : trus hubungane opo ileh 20 Januari pukul 12:25 · Suka Ahmad Dimyathi HUBUNGANE SEBENARNYA SEKARANG INI GAK ADA MASALAH ANTARA PONPES LIRBOYO DAN PONPES KEDUNGO…MEMANG SATU KELUARGA DAN SATU SAUDARA….. ANDA AJA YANG GAK MAU TAHU…. 20 Januari pukul 12:27 · Suka Yusyuf Aremania Itajes Ongisiras : sy pngen nambahin pak yahi sjarah lirbyo. bnyakx santri lirb0y0 adl jasa mbh makruf. dlu bnyk santri yg daftar d kdunglo 20 Januari pukul 12:27 · Suka Ahmad Dimyathi : BETUL ITU…., DLM SEJARAH TERTULIS DENGAN TINTA EMAS….BAHWA MBAH KH. ABDUL KARIM DAWUH KEPADA PARA SANTRINYA TERMASUK AYAH SY PAK HAROEH ROSYID MURID DAN SANTRINYA KYAI SEPUH LIRBOYO…DAWUHNYA MBAH MANAF (PANGGILAN AKRABNYA MBAH KH. ABDUL KARIM) BEGINI : “WAHAI SANTRI2KU , KAMU SEKALIAN BELUM SAYA ANGGAP LULUS DISINI (DI LIRBOYO), SEBELUM KAMU SEKALIAN TABARRUKAN DAN MINTA DO’A RESTU KE MBAH KH. MOHAMMAD MA’RUF DI KEDUNGLO SANA”‘ 20 Januari pukul 12:33 · Telah disunting · Suka Yusyuf Aremania Itajes Ongisiras : di jman mbh makruf. beliau hnya menerima santri d kedunglo tdk kurang dri 40 0rg sj. jk lbh dialihkan k lirb0y0. 20 Januari pukul 12:32 · Suka Zamzamy Oud Bynazziek : yo wajar to…. ancene kdunglo kro lirboyo dr dlu familiy kug…. tp klo urusan wahidiyah hingga skrang lirboyo tetep haramkan sholawat wakidiyah 20 Januari pukul 12:33 · Suka Zamzamy Oud Bynazziek yusuf…: percoyo.. tp iku byen, mergo tabarruk gne mbh makruf.. tp sak ki wes beda la… akehe santri lirboyo jaman sak ki msok yo mrgo jasane lathip…. mimpi kali ye… hahah 20 Januari pukul 12:38 · Telah disunting · Suka Ahmad Dimyathi : MENGHARAMKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH ALASANNYA APA..? GMN HUKUMNYA MENGHARAMKAN PERKARA YANG SEMESTINYA TIDAK HARAM….???. DALAM KITAB2 DITERANGKAN BAHWA MENGHARAMKAN SESUATU YANG SEMESTINYA TIDAK HARAM, SEPERTI CONTOH KYAI MAHRUS BERANI MENHHARAMKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH YANG SEMESTINYA HAQ TIDAK HARAM…, BISA JADI ORANG YG MENGHARAMKAN SEPERTI ITU HUKUMNYA MENJADI MURTAD ..NA’UUDZU BILLAH..TSUMMA NA’UUDZUBILLAH, DAN MATINYA BISA SU’UL KHOTIMAH SEPERTI SEJARAHNYA WALI BARSESO YANG MATINYA LIDAHNYA MELET/MENJULUR KELUAR SANGAT PANJANG SEKALI KARENA SU’UL KHOTIMAH GARA2 BERMUSUHAN DENGAN NABI MUSA AS DENGAN MENDOAKAN AGAR NABI MUSA TERSESAT KETIKA ITU, KARENA BUJUK RAYUAN SEORANG PEREMPUAN TUNA SUSILA ITU……!. 20 Januari pukul 16:10 · Telah disunting · Suka · 1 Yusyuf Aremania Itajes Ongisiras : gak ada tulisan SANTRI LIRBOYO DIHARAMKAN MENGAMALKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH di temb0k LIRBOYO. ay0 JAWAB ?? 20 Januari pukul 12:55 · Telah disunting · Suka Ahmad Dimyathi : MF SAYA MASIH DRURRIYYAH BANJAR MLATI JUGA, MBAH SY KH. MISBAHUL MUNIR PONPES KEDUNGSENTUL MOJOROTO KEDIRI (DLM KISAH TERMASUK SALAH SEORANG PRAJURITNYA PANGERAN DIPONEGORO, YG GAGAH BERANI DAN ALLIM) MASIH MENANTUNYA MBAH YAHI WARDOYO BANJARMLATI KEDIRI, KAKEK BUYUT SAYA MBAH KH. MAHMUL (ADIK MBAH BUYUT SY MBAH ALIYYAH) KEDUNGSENTUL MOJOROTO KEDIRI MASIH MENANTUNYA MBAH YAHI MA’ROEF RA KEDUNGLO DENGAN PUTRINYA YANG BERNAMA MBAH NYAI SITI AMINAH ( MBAK YUNYA MBAH YAHI MU’ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA), AYAH IBU SAYA JADI PENGANTIN YG NGIJABI DAN MENDOAKAN BELIAU MBAH YAHI MA’ROF RA, JUGA IKUT HADIR WAKTU ITU MBAH YAHI ABDUL KARIM DAN MBAH YAHI ABU BAKAR BANDAR KIDUL KEDIRI (SATU DOKAR KETIGA SERANGKAI KYAHI BESAR TSB). KAMI GA RELA SEBAGAI ANAK KETURUNANNYA MBAH WARDOYO BANJARMLATI, BELIAU-2 SBG CUCU2NYA MBAH KH/ SHOLEH BANJARLATI ANTAR KEDUNGLO DAN LIRBOYO TIDAK RUKUN DAN HARMONIS, GARA2 ADA SEORANG KYAI SEPERTI K. MAHRUS ALI YG GAK BENER DAN NGAWUR ITU BERANI-BERANINYA MENGHARAMKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH…..? 20 Januari pukul 16:49 · Telah disunting · Suka · 1Zamzamy Oud Bynazziek : pamer nasab ki critane… hehe 20 Januari pukul 12:56 · SukaAhmad Dimyathi : GA PAMER KANG ZAMZAM YG BAIK….SEMATA-MATA IKHLAS DAN TAHADDUS BINNIKMAH…AMIIN… TERSERAH ANDA MENILAI….ITU HAK ANDA…HANYA ALLOH YANG MAHA TAHU 20 Januari pukul 12:58 · Suka · 1 Zamzamy Oud Bynazziek : injiiiiih gus yahi dimyati RA. wa QS.. hehe 20 Januari pukul 13:02 · Suka Sigit Aryanto : Pembuat alat musik biasanya suaranya jelek..(fals) kok malah mengarang beberapa lagu .juga gak payu kadang kena lempar spatu.. 20 Januari pukul 13:27 · Batal Suka · 1 Yusyuf Aremania Itajes Ongisiras : zamzam@sakkarepmu. pak yahi sdh jngan diteruskan percuma. muride mahrus ali yo ngunu kuwi. g knek dikandani. 20 Januari pukul 13:29 · Batal Suka · 1 Sigit Aryanto Pun : PAK DIM .!.oknum ZMZ yg tadi seperti nya bukan orang biasa ..spertinya ahli memancing tapi mbok jangan dikolam tetangga…kapan2 diaturi mancing ten Samudra .. 20 Januari pukul 14:35 · Batal Suka · 1 Ahmad Dimyathi : gpp kang Sigit yg dirahmati Alloh SWT, sy anggap sdrku zamzami kawan setia sy dlm perjuangan Wahidiyah, penyiar dan pembina Wahidiyah yg bergaya kontras (fatwa amanat Mbah Yahi Qs wa Ra), dengan adanya komentar dia yg miring terhadap Wahidiyah semoga sy bisa manfaatkan tuk menjelaskan duduk permasalahan yg sebenarnya seperti apa, sehingga mereka yg belum faham diharapkan mau mengerti dan faham…, sehingga mereka pada mau mengamalkan Sholawat Wahidiyah…utamanya mereka para alumni ponpes Lirboyo kdr… walaupun misalnya tidak bermanfaat buat sdr kita zamzami ini yg dah terlanjur ada rasa gak senang, iri dan hasud….., tapi sy berkhusnudhon semoga tidak seperti itu….semoga….. Amiin… 20 Januari pukul 15:40 · Telah disunting · Suka · 3 Ambarawa Setiawan: paling nek di kon tirakat yow wegah kok ribut nang kene tow mas,yow sak iki guruku yo guruku gurumu yo gurumu 21 Januari pukul 4:41 · Batal Suka · 1 Ahmad Dimyathi GAK RIBUT KOK MAS…CUMAN DISKUSI/NGOBROL BAE KOK…SEMOGA ADA MANFAATNYA TUK KITA SEMUANYA……AMIIN… 21 Januari pukul 5:55 · Suka Ahmad Dimyathi :SAYYIDII YAA ROSUULALLOH .! GUS DUR (KH. ABDURRAHMAN WACHID) ORA TERIMO WAHIDIYAH DISESATKAN ! http://youtu.be/nvo3-uEBDz0 youtu.be 21 Januari pukul 5:57 · Suka · Hapus Pratinjau Ahmad Dimyathi : DALAM SAMBUTAN GUS DUR TERSEBUT, BELIAU MENDAWUHKAN : “DULU ADA SEORANG KYAI GAK JAUH DARI SINI (KEDUNGLO) YANG MENYESATKAN (MENGHARAMKAN) SHOLAWAT WAHIDIYAH…….yang dimaksud Gus Dur dalam sambutannya tersebut tidak lain adalah KH. Mahrus Ali Lirboyo….. SELANJUTNYA KATA GUS DUR : “KALAU DIA BERANI MENGATAKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH ITU SESAT KITA HARUS BERANI MENGATAKAN KAMU SENDIRI YANG SEBENARNYA SESAT DAN MENYESATKAN. MEREKA MENGATAKAN SESAT ITU KARENA KETIDAK TAHUANNYA (karena kebodohannya)……..dst….”. 21 Januari pukul 6:04 · Suka Zamzamy Oud Bynazziek : hahaha… brati ahmdiyah yo ora sesat ya… mirza ghulam yo ora sesat ya….. haha.. pancen hebat gus dur…. haha 21 Januari pukul 6:39 · Telah disunting · Batal Suka · 1 Zamzamy Oud Bynazziek : gus dur maneh2….. hehe… jangankan wahidiyah, ahmadiyah aja seng jelas sesat menyesatkan aja di bela kog kro ROMO YAHI GUS DUR RA. WA QS….. HAHA 21 Januari pukul 6:42 · Batal Suka · 1 Yusyuf Aremania Itajes Ongisiras : kon dhewe berarti sesat haha… 21 Januari pukul 7:55 · Suka Zamzamy Oud Bynazziek : hahahahah…. sesama sesat mari qt saling menyesatkan…. wkwkwk 21 Januari pukul 7:57 · Suka Yusyuf Aremania Itajes : Ongisiras kita ?? lo aj kali… 21 Januari pukul 8:11 · Suka Posted by AHMAD DIMYATHI, S. Ag at 6:40 AM Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest 4 comments: abdimanFebruary 19, 2016 at 5:30 PM pak dimyathi, sampeyan bukan anak cucu/keturunan kyai ma’roef. mbok jangan ngaku2, hati-hatilah dari bahaya dusta. ibu sampeyan, bu nap adalah keponakan kyai mahmul(menantu kyai ma’roef). jadi jelas, sampeyan bukan cucu/anak keturunan kyai ma’roef. cara sampeyan terus terang membuat keluarga kami tidak nyaman. silakan bela kedung lo, tapi jangan mengecam / bersikap tidak sopan kepada ulama/kyai lain, apalagi di ruang publik macam ini. nasab itu bukan untuk dibanggakan. sampeyan harus ingat, bahkan Kan’an pun tidak bisa menggunakan nasab berpihak padanya. jazaakumullah Reply muhammad sifaulumamJune 10, 2016 at 3:23 PM smoga kita slalu dlm lindungan Allohm dpt syafaat tarbiyah Rasululloh saw, nadzroh ghoutsu hadzaz zamaan ra, slmet lan bejo ndunyo akhirot ….. Wa’tashimuu bihablillaahi jamii’an wala tafarroquuuu …. Reply muhammad sifaulumamJune 10, 2016 at 3:24 PM smoga kita slalu dlm lindungan Allohm dpt syafaat tarbiyah Rasululloh saw, nadzroh ghoutsu hadzaz zamaan ra, slmet lan bejo ndunyo akhirot ….. Wa’tashimuu bihablillaahi jamii’an wala tafarroquuuu …. Reply Catatan KecilNovember 17, 2016 at 3:26 PM KOMENTAR : abdimanFebruary 19, 2016 at 5:30 PM pak dimyathi, sampeyan bukan anak cucu/keturunan kyai ma’roef. mbok jangan ngaku2, hati-hatilah dari bahaya dusta. ibu sampeyan, bu nap adalah keponakan kyai mahmul(menantu kyai ma’roef). jadi jelas, sampeyan bukan cucu/anak keturunan kyai ma’roef. cara sampeyan terus terang membuat keluarga kami tidak nyaman. silakan bela kedung lo, tapi jangan mengecam / bersikap tidak sopan kepada ulama/kyai lain, apalagi di ruang publik macam ini. nasab itu bukan untuk dibanggakan. sampeyan harus ingat, bahkan Kan’an pun tidak bisa menggunakan nasab berpihak padanya. jazaakumullah….. JAWAB : Tolong baca dengn teliti Komentar sy : MF SAYA MASIH DRURRIYYAH BANJAR MLATI JUGA, MBAH SY KH. MISBAHUL MUNIR PONPES KEDUNGSENTUL MOJOROTO KEDIRI (DLM KISAH TERMASUK SALAH SEORANG PRAJURITNYA PANGERAN DIPONEGORO, YG GAGAH BERANI DAN ALLIM) MASIH MENANTUNYA MBAH YAHI WARDOYO BANJARMLATI KEDIRI, KAKEK BUYUT SAYA MBAH KH. MAHMUL (ADIK MBAH BUYUT SY MBAH ALIYYAH) KEDUNGSENTUL MOJOROTO KEDIRI MASIH MENANTUNYA MBAH YAHI MA’ROEF RA KEDUNGLO DENGAN PUTRINYA YANG BERNAMA MBAH NYAI SITI AMINAH ( MBAK YUNYA MBAH YAHI MU’ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA), AYAH IBU SAYA JADI PENGANTIN YG NGIJABI DAN MENDOAKAN BELIAU MBAH YAHI MA’ROF RA, JUGA IKUT HADIR WAKTU ITU MBAH YAHI ABDUL KARIM DAN MBAH YAHI ABU BAKAR BANDAR KIDUL KEDIRI (SATU DOKAR KETIGA SERANGKAI KYAHI BESAR TSB). KAMI GA RELA SEBAGAI ANAK KETURUNANNYA MBAH WARDOYO BANJARMLATI, BELIAU-2 SBG CUCU2NYA MBAH KH/ SHOLEH BANJARLATI ANTAR KEDUNGLO DAN LIRBOYO TIDAK RUKUN DAN HARMONIS, GARA2 ADA SEORANG KYAI SEPERTI K. MAHRUS ALI YG GAK BENER DAN NGAWUR ITU BERANI-BERANINYA MENGHARAMKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH…..? (Ket. Sy bukan dzzurriyyah Mbah KH. Moh. Ma’ruf Kedunglo, melainkan dzurriyyah Mbah Yahi Wardoyo Banjarmlati Mojoroto Keiri).

No comments:

Post a Comment