YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
KISAH DAN PETUAH - Cerita Para Wali
·
MBAH YAHI ABDOEL MADJID MA'ROEF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA, ADALAH AL-GHOUTSU FII ZAMANIHI DAN KANJENG ROMO KH. ABDUL LATIF MADJID RA ADALAH AL-GHOUTSU HADZAZ ZAMAN
KISAH DAN PETUAH - Cerita Para Wali
·
MBAH YAHI ABDOEL MADJID MA'ROEF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA, ADALAH AL-GHOUTSU FII ZAMANIHI DAN KANJENG ROMO KH. ABDUL LATIF MADJID RA ADALAH AL-GHOUTSU HADZAZ ZAMAN
Menurut penjelasan Kyai Baidhowi (Alm), Mbah Yahi QS wa RA diangkat menjadi Al-Ghouts oleh Allah SWT sebelum Beliau dipercaya oleh Rasulullah SAW mentaklif Sholawat Wahidiyah, jadi antara tahun 1959 – 1989. Mbah Yahi QS wa RA sendiri pada pertengahan tahun 1961 sering dawuh menganjurkan kepada penderek (pengikut) dekatnya agar mencari Ghoutsu Hadzaz Zaman.
“Monggo sami madosi Ghoutsu Hadzaz Zaman, manggene wonten pundi ?” (mari bersama-sama mencari Ghoutsu Hadzaz Zaman, keberadaannya di mana?).
Mendengar dawuh Mbah Yahi seperti itu, Mbah KH. Mubasyir Mundir (Alm) salah seorang yang dekat dengan Mbah Yahi, yang sudah masyhur kewaliannya di Jawa Timur berangkat ke Ponpes Tebu Ireng-Jombang yang diasuh oleh KH. Abdul Karim Hasyim (cucu Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ary RA) bermaksud riyadhah mencari Ghoutsu Zaman. Rencananya Mbah Mundir akan riyadhah dengan puasa mutih selama 40 hari. Namun baru seminggu, beliau sudah menerima alamat ghoib (isyarah bathiniyah) bahwa: KH. Abdul Madjid Ma’roef adalah Quthbul Aqthob Hadzaz Zaman. Akhirnya rencana riyadhoh selama 40 hari beliau batalkan. Selanjutnya Mbah Mundir (panggilan akrab KH. Mubasyir Mundir) kembali ke Kedunglo. Sesampainya di Kedunglo dan berjumpa denagn Mbah Yahi QS wa RA, tanpa berkata sepatah kata pun, Mbah Mundir langsung tersungkur (dlosor) di hadapan Mbah Yahi Qs wa Ra.
“Gus, mbok ya sampun ngoten, biasa-biasa kemawon” (Gus, tidak usah seperti itu, yang wajar-wajar saja), tutur Mbah Yahi.
Setelah peristiwa tersebut, Mbah Mundir berpesan kepada putra kesayangannya yakni Agus Thoha Yasin, “Ha.. (Thoha) nanti kalau ada tamu jangan dibukakan pintu, tapi kalau tamunya Kyai Madjid, persilahkan masuk”.
Setelah peristiwa tersebut, Mbah Mundir berpesan kepada putra kesayangannya yakni Agus Thoha Yasin, “Ha.. (Thoha) nanti kalau ada tamu jangan dibukakan pintu, tapi kalau tamunya Kyai Madjid, persilahkan masuk”.
Bersamaan itu keponakan Mbah Yahi Qs wa Ra, Agus Muhaimin Abdul Qodir dalam kondisi terjaga dihadiri Nabiyullah Khidir AS, yang intinya menyampaikan bahwa Beliau Mu'allif Shalawat Wahidiyah adalah Quthbul Aqthob. Kyai Agus Muhaimin kurang percaya, seraya bertanya: “Masih banyak ulama yang ‘allamah, kenapa kok Pak Kyai Abdul Madjid yang menduduki jabatan Shulthonul Auliyaa ?” Nabi Khidzir As menjawab, “Tidak ada pilihan lain ‘indallah selain dia”. Setelah jawaban itu, Nabi Khidzir As pun menghilang.
KH. Hamim Djazuli (Gus Mik) yang kondang kewaliannya, mengakui kalau Muallif Shalawat Wahidiyah adalah Shulthonul Auliyaa seperti yang disampaikannya saat beliau memberi kata sambutan dalam acara khitanan dan ulang tahun pertama Sholawat Wahidiyah. Di antara sambutannya adalah, “Para hadirin, siapakah sebenarnya Agus Abdul Madjid itu?” Karena tak satu pun dari yang hadir menjawab, maka beliau meneruskan sambutannya, “Beliau adalah Roisul ‘Arifin. Hadirin, seumpama Panjenenganipun Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani masih hidup, saya yakin akan juga ikut mengamalkan shalawat Agus Abdul Madjid ini”.
Di sisi lain, setelah KH. Djazuli Utsman, ayahanda Gus Mik juga dengan sungguh-sungguh mengamalkan Shalawat Wahidiyah. Konon katanya, setiap melaksanakan shalat fardhu dan mengamalkan Shalawat Wahidiyah, Mbah Yahi Madjid QS wa RA nampak di hadapannya. Kejadian tersebut terus berlangsung hingga tujuh hari. Sementara itu Ibu Nyai Djazuli mengungkapkan, ketika membaca Shalawat Wahidiyah mendengar suara ghaib yang menyatakan dengan jelas bahwa Kyai Abdul Madjid adalah Ghoutsu Hadzaz Zaman, berulang-ulang sampai tiga kali. Kemudian pengalaman rohani (bathin) tersebut disampaikan kepada Kyai Djazuli Ustman, beliau juga menceritakan pengalaman yang sama. Akhirnya beliau berdua memutuskan untuk sowan ke Kedunglo.
Esokan harinya, sekitar jam tujuh pagi dengan membawa sekarung beras Kyai Djazuli Ustman beserta Ibu Nyai hendak pergi ke Kedunglo dengan mengendarai dokar. Tetapi belum sampai berangkat, Mbah Yahi Qs wa Ra beserta Mbah Mundir dan Bapak Abdul Jalil Jamsaren Kediri telah tiba lebih dulu di Ponpes Ploso (tempat tinggal Kyai Djazuli Ustman).
Selasa Kelabu di Bulan Rajab
“Romo Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra kurang sehat….”
“Romo Yahi lagi gerah…”
“Romo Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra kurang sehat….”
“Romo Yahi lagi gerah…”
Kabar itu segera menyebar ke seluruh perserta Mujahadah Kubro di bulan Rajab tahun 1989. Kontan saja resepsi Mujahadah Kubro memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW serasa lain dari biasanya. Suasa syahdu tersa sangat melingkupi hari-hari Mujahadah Kubro. Apalagi pada malam pertama, kedua dan ketiga Mbah Yahi tidak mios (tidak hadir secara langsung ke arena mujahadah kubro) untuk menyampaikan fatwa dan amanat serta do'a restunya.
Pada malam terakhir, sebenarnya Mbah Yahi QS wa RA sudah melimpahkan pengisian fatwa dan amanah serta do'anya kepda putra kinasih lekaki pertamnya (Romo KH. Abdul Latief Madjid RA). Tetapi para pecintanya sangat merindukan Mbah Yahi Qs wa Ra hadir di tengah-tengah peserta untuk mendengarkan fatwa terakhir Beliau. Kemudian wakil dari peserta/panitia menyampaikan kepada Mbah Nyahi akan kerinduan dan kecintaan para pengamal kepada Mbah Yahi Qs wa Ra. Akhirnya Mbah Nyahi Sofiyyah Ra sowan kepada Mbah Yahi agar Mbah Yahi Qs wa Ra berkenan menyampaikan fatwa dan amanat terakhirnya.
Puji syukur Al-Hamdulillah, karena kasih dan sayang Mbah Yahi Qs wa Ra kepada pengamal Wahidiyah, Beliau berkenan menyampaikan fatwa dan amanat terakhir di malam terakhir pelaksanaan mujahadah kubro wada', meski dari dalam kamar di ndalem (rumah Beliau) tengah.
Pada kesempatan tersebut Beliau memberikan ijazah Shalawat Wahidiyah kepada seluruh hadirin untuk diamalkan dan disiarkan dengan kalimat, “Ajaztukum bihadzihish shalawatil wahidiyah fil amali wan nasyri”
Yang artinya “Aku ijazahkan kepadamu Sholawat Wahidiyah ini untuk di amalkan dan disiarkan/diijazahkan kepada yang lain.”
Yang artinya “Aku ijazahkan kepadamu Sholawat Wahidiyah ini untuk di amalkan dan disiarkan/diijazahkan kepada yang lain.”
Setelah itu, kondisi kesehatan Beliau semakin berkurang, walau demikian Beliau masih juga berkenan mengisi pengajian Ahad pagi dari ndalem.
Begitulah Mbah Yahi QS wa RA, di saat-saat terakhir hayatnya, Beliau masih membimbing dan men-tarbiyah serta memberikan do' restu kepada pe-nderek-nya.
Mengenai siapa di antara putra-putra Beliau yang kerap disebut, sebagaimana yang dicetitakan oleh Kyai Rahmat Sukir dari penuturan Mbah Nyahi. Pada detik terakhir menjelang wafatnya, yang dipanggil-panggil Mbah Yahi Qs wa Ra adalah Agus Latief Madjid (Romo Yahi Abdul Latief Madjid RA). Saat Mbah Yahi sakit itulah, Kanjeng Romo Yahi Abdul Latief Madjid RA memohonkan maaf segenap keluarga dan seluruh pengamal Shalawat Wahidiyah kepada Mbah Yahi QS wa RA. “Ya..” jawab Mbah Yahi QS wa RA. Tak lama berselang, saat itu tepatnya Selasa Wage tanggal 7 Maret 1989 atau 29 Rajab 1409 H, jam 10.30 WIB, Sang Waratsatul Anbiyaa', Al Ghauts, Shulthonul Auliyaa, Al ‘Arif Billah Mbah KH. Abdul Madjid QS wa RA telah ridla dan diridlai menghadap Sang Kholiq Allah SWT.
Begitulah Mbah Yahi QS wa RA, di saat-saat terakhir hayatnya, Beliau masih membimbing dan men-tarbiyah serta memberikan do' restu kepada pe-nderek-nya.
Mengenai siapa di antara putra-putra Beliau yang kerap disebut, sebagaimana yang dicetitakan oleh Kyai Rahmat Sukir dari penuturan Mbah Nyahi. Pada detik terakhir menjelang wafatnya, yang dipanggil-panggil Mbah Yahi Qs wa Ra adalah Agus Latief Madjid (Romo Yahi Abdul Latief Madjid RA). Saat Mbah Yahi sakit itulah, Kanjeng Romo Yahi Abdul Latief Madjid RA memohonkan maaf segenap keluarga dan seluruh pengamal Shalawat Wahidiyah kepada Mbah Yahi QS wa RA. “Ya..” jawab Mbah Yahi QS wa RA. Tak lama berselang, saat itu tepatnya Selasa Wage tanggal 7 Maret 1989 atau 29 Rajab 1409 H, jam 10.30 WIB, Sang Waratsatul Anbiyaa', Al Ghauts, Shulthonul Auliyaa, Al ‘Arif Billah Mbah KH. Abdul Madjid QS wa RA telah ridla dan diridlai menghadap Sang Kholiq Allah SWT.
Tak ada tangis yang meledak, hanya awan kedukaan begitu kelabu menyelimuti Selasa itu, dan perlahan-lahan air mata pun menetes di bumi Kedunglo Al-Munadharah seiring datangnya para tamu dari berbagai penjuru tanah air, yang ingin bertakziyah dan memyampaikan penghormatan terakhir kepada sesorang yang ‘Alim, namun tidak pernah menampakkan ke-‘aliman-nya. Semakin senja para peziarah semakin membanjir. Shalat janazah pun dilaksankan secara bergilir, karena masjid sudah tidak menampung jumlah jamaah. Begitu juga pemakaman terpaksa ditunda, mengingat jumlah peziarah yang terus mengalir dan menunggu keputusan musyawarah keluarga ndalem Mbah Yahi Qs wa Ra.
Dalam upacara pemakaman disampaikan pengumuman hasil “Keputusan Musyawarah Keluarga” yang disampaikan oleh Bapak A.F Baderi selaku Ketua I PSW Pusat. Yang intinya tentang Kepemimpinan sebagai pengganti dan penerus Mbah Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra. Bahwa Kepemimpinan Perjuangan Wahidiyah secara Umum (PUPW) dan Kepemimpinan Pondok Pesantren Kedunglo setelah Mbah Yahi Qs wa RA wafat adalah Romo KH. Abdul Latif Madjid.
Para penta’ziyah dengan penuh khidmad mengikuti upacara pemakaman. Kalimat nida’ Yaa Sayyidii Yaa Rasulalloh, Yaa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts terus bersahutan, isak tangis tak henti-hentinya terdengar dari para penta’ziyah. Suasana hening ketika pelan-pelan jenazah Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef QS wa RA diturunkan ke liang lahat. Lantunan adzan segera terdengar “Allahu Akbar, Allahu Akbar” kumandang oleh Romo KH. Abdoel Latif Majid yang berada di dasar kuburan setelah jenazah dibaringkan.
Begitulah sekilas manaqib Hadratul Mukarram Al Ghauts, Shulthonul Auliyaa, Al ‘Arif Billah Mbah KH. Abdul Madjid QS wa RA Muallif Shalawat Wahidiyah, Mujaddid, Reformis Akhlak, Pahlawan Pembebas Nafsu yang gelar kepahlawanannya bukan direkomendasi oleh pejabat pemerintah melainkan direkomendasi langsung oleh Allah SWT wa Rosuulihi SAW. Semoga kita semua bisa meneladaninya. Amiin.
(Vety Arovah, dari berbagai sumber).
(Vety Arovah, dari berbagai sumber).
Diambil dari Majalah Aham Edisi 31/Th.IV Rajab 1421 /Oktober 2000, Penerbit Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo – Kota Kediri Telp. 0354 – 771018-17 Fax. 0354 – 774511 Kode Pos 64114
Suka · · Bagikan
18 orang menyukai ini.
1 berbagi
Maria Anhar trimaksh....wakt mbh yahi QS wa RA wafat, ak bru bermur 1 th, jd ak blm pernh bertmu mbh yahi.....
27 Februari 2013 pukul 16:31 · Suka · 1
Imam Mustolih wah ono sultonu aulia sewise syeah abdul kodir toh./
27 Februari 2013 pukul 16:51 · Suka
Machfudz L A bisa diceritakan kisah Nabi Khidir as
28 Februari 2013 pukul 8:10 · Suka
Cerita Para Wali silahkan kirim via wall/dinding page untuk request cerita para kekasih Allah
28 Februari 2013 pukul 8:43 · Suka · 2
Ahmad Dimyathi S Ag
18 orang menyukai ini.
1 berbagi
Maria Anhar trimaksh....wakt mbh yahi QS wa RA wafat, ak bru bermur 1 th, jd ak blm pernh bertmu mbh yahi.....
27 Februari 2013 pukul 16:31 · Suka · 1
Imam Mustolih wah ono sultonu aulia sewise syeah abdul kodir toh./
27 Februari 2013 pukul 16:51 · Suka
Machfudz L A bisa diceritakan kisah Nabi Khidir as
28 Februari 2013 pukul 8:10 · Suka
Cerita Para Wali silahkan kirim via wall/dinding page untuk request cerita para kekasih Allah
28 Februari 2013 pukul 8:43 · Suka · 2
Ahmad Dimyathi S Ag
Ahmad Dimyathi S Ag YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
LILGHOUTSU – BILGHOUTSU
LILGHOUTSU – BILGHOUTSU
Perngertian dan pengertiannya seperti LIRROSUL-BIRROSUL dimuka,jadi LILGHOUTS artinnya,niat mengikuti bimbingan Ghoutsu Hadzaz Zaman RA (disamping niat LILLAH dan LIRROSUL).
Dan bilghouts,penerapannya,merasa dalam hati bahwa dalam segala tingkah laku kita yang di ridloi Alloh kita pemper jasa dari Ghoutsu Haadzaz Zaman Ra ( disamping SADAR BILLAH dan BIRROSUL).
Jasa Ghoutsu Hadzaz Zaman yang di maksud adalah berupa tarbiyah rohaninya pendidikan rohani atau sorotan batin yang disebut “NADZROH” ,suatu sirri dari sekian banyak sirri yang dikaruniakan ALLOH kepada Beliau Ghoutsu Haadzaz Zaman rodlialloohu ‘anhu . pada umumnya hanya para ahlul bashoir yang ahlul kasyfi yang di karuniai ALLOH dapat meliat sirri sirri tersebut,ahlul bashir adalah orang yang ahli mempunyai pandangan bathin yang tajam karena jiwa yang bersih –suci .dan ahlul kasyfi adalah orang di karuniai keistimewaan oleh allah dapat mengetaui perkara perkara ghoib .suatu maha kebesaran alloh yang dunia fikriyah dan dunia ilmiah tidak mampuh menjangkaunya .jadi tidak mudah terlihat oleh sembarang orang kebanyakan karena tertutup oleh tabir selubung ke agungan Alloh .
Jasa Ghoutsu Hadzaz Zaman yang di maksud adalah berupa tarbiyah rohaninya pendidikan rohani atau sorotan batin yang disebut “NADZROH” ,suatu sirri dari sekian banyak sirri yang dikaruniakan ALLOH kepada Beliau Ghoutsu Haadzaz Zaman rodlialloohu ‘anhu . pada umumnya hanya para ahlul bashoir yang ahlul kasyfi yang di karuniai ALLOH dapat meliat sirri sirri tersebut,ahlul bashir adalah orang yang ahli mempunyai pandangan bathin yang tajam karena jiwa yang bersih –suci .dan ahlul kasyfi adalah orang di karuniai keistimewaan oleh allah dapat mengetaui perkara perkara ghoib .suatu maha kebesaran alloh yang dunia fikriyah dan dunia ilmiah tidak mampuh menjangkaunya .jadi tidak mudah terlihat oleh sembarang orang kebanyakan karena tertutup oleh tabir selubung ke agungan Alloh .
DASAR / DALIL LILGHOUTSU – BILGHOUTSU
“ Dan ikutilah jalannya orang – orang yang kembali kepada-Ku “ (QS.Surat : (31) Lukman : 15 )
Orang kembali kepada Alloh, kembali dengan sepenuh0penuhnya kembali, Lahir dan hatinya terutama !. batinya senantiasa ingat kepada Alloh , senantiasa menyerahkan berdepe – depe tadlarru’ kepada Alloh senantiasa menyerahkan segala galanya, segala persoalan kepada Alloh, menyerah bongkokan 100 % . dan senantiasa takholluq biakhlaaqillahi wa biakhlaaqi Rosululloh SAW. Dan sebagainya. Istilah Wahidiyah menerapkan 100 % LILLAH – BILLAH, LIRROSUL – BIRROSUL yang paling sempurna. Orang seperti itu pada zaman sekarang tidak lain adalah GHOUTSU HAADZAZ ZAMAN RA.
“ Dan ikutilah jalannya orang – orang yang kembali kepada-Ku “ (QS.Surat : (31) Lukman : 15 )
Orang kembali kepada Alloh, kembali dengan sepenuh0penuhnya kembali, Lahir dan hatinya terutama !. batinya senantiasa ingat kepada Alloh , senantiasa menyerahkan berdepe – depe tadlarru’ kepada Alloh senantiasa menyerahkan segala galanya, segala persoalan kepada Alloh, menyerah bongkokan 100 % . dan senantiasa takholluq biakhlaaqillahi wa biakhlaaqi Rosululloh SAW. Dan sebagainya. Istilah Wahidiyah menerapkan 100 % LILLAH – BILLAH, LIRROSUL – BIRROSUL yang paling sempurna. Orang seperti itu pada zaman sekarang tidak lain adalah GHOUTSU HAADZAZ ZAMAN RA.
“ Hai orang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan hendaklah kamu sekalian beserta orang – orang yang benar “ ( Q : surat (91) At Taubat ayat 119)
Orang – orang benar dalam I’tiqod, benar dalam aqidah, benar dalam ucapandan benar dalam tindakan, benar dalan pandangan Alloh wa Rosulihi SAW .
“ Dan Kami tidak mengutus sebelum Engkau ( Muhammad) melaikan Orang laki-laki yang Kami wahyukan kepada mereka, maka bertanyalah kamu sekalian kepada ahlul dzikir jika kamu sekalian tidak mengetahuinya “ ( Q : surat : 16 An Nahl : 43 )
“ Yang maksud dengan Akhlul Dzikir adalah al – ‘Ulamaau Billaah wa bidionihim = orang yang sadar Billah dan menguasai hokum-hukum agama, yang mengamalkanilmunya semata-mata mengharap wajhallo/rido Alloh (LILLAH).”
“ Duduk bergaullah dengan ‘ulama besar ( Mujtahid/Mujadid/Ghoutsu Zaman) dan bertanya kepada ‘ulama bergaulah dengan para hukamak/para ahli hikmah ( Mufti )” ( Hadits riwayat Thobroni dari Abu Juhaifah).
Orang – orang benar dalam I’tiqod, benar dalam aqidah, benar dalam ucapandan benar dalam tindakan, benar dalan pandangan Alloh wa Rosulihi SAW .
“ Dan Kami tidak mengutus sebelum Engkau ( Muhammad) melaikan Orang laki-laki yang Kami wahyukan kepada mereka, maka bertanyalah kamu sekalian kepada ahlul dzikir jika kamu sekalian tidak mengetahuinya “ ( Q : surat : 16 An Nahl : 43 )
“ Yang maksud dengan Akhlul Dzikir adalah al – ‘Ulamaau Billaah wa bidionihim = orang yang sadar Billah dan menguasai hokum-hukum agama, yang mengamalkanilmunya semata-mata mengharap wajhallo/rido Alloh (LILLAH).”
“ Duduk bergaullah dengan ‘ulama besar ( Mujtahid/Mujadid/Ghoutsu Zaman) dan bertanya kepada ‘ulama bergaulah dengan para hukamak/para ahli hikmah ( Mufti )” ( Hadits riwayat Thobroni dari Abu Juhaifah).
KEBAIKAN MENERAPKAN LILGHOUTS - BILGHOUTS
“ Umatku senantiasa dalam kebahagiaan selama mereka memperoleh ilmu dari Ulama – ulama besar mereka “ ( Hadits dikeluarkan oleh Abi Nu’aim ).
Ghoutsu Hadzaz Zaman senantiasa kita yakini adalah Min Akrabiril Ulamaa. Bahkan satui-satunya, dan tidak ada duanya didalam Zaman sekarang.
“ Bersertakan kamu dengan Alloh, jika tidak bisa, besertakanlah dengan orang yang berserta dengan Alloh. Oleh karena sesungguhnya ia dapat menyampaikan kamu kepada Alloh jika Engkau bergaul serta dengannya “ ( Nurul Burhan juz 1 hal 48 )
“ Umatku senantiasa dalam kebahagiaan selama mereka memperoleh ilmu dari Ulama – ulama besar mereka “ ( Hadits dikeluarkan oleh Abi Nu’aim ).
Ghoutsu Hadzaz Zaman senantiasa kita yakini adalah Min Akrabiril Ulamaa. Bahkan satui-satunya, dan tidak ada duanya didalam Zaman sekarang.
“ Bersertakan kamu dengan Alloh, jika tidak bisa, besertakanlah dengan orang yang berserta dengan Alloh. Oleh karena sesungguhnya ia dapat menyampaikan kamu kepada Alloh jika Engkau bergaul serta dengannya “ ( Nurul Burhan juz 1 hal 48 )
“ Hatinya orang arif Billah itu merupan Hadrotuloh dan panca indranya sebagai pintu-pintu Nadroh. Maka barang siapa mendekatkan dir kepada Beliau dengan cara pendekatan yang serasi dengan kedudukan Beliau, akan terbukalah beginya pintu-pintui Nadroh “. ( dipersilakan dan tinggal masuk ).
( kitab Jaami’ul Ushuul halaman 48 ).
“ Barang siapa mengikuti orang Alim, maka dia akan berjumpa dengan Alloh dengan selamat “
Yang dimaksud dengan “ALIMAN” disiniadalah orang yang Alim Billaah wabihkaamihi. Orang yang sadar Billahdan mengu8sai hokum-hukum Alloh. Mengusai dalam arti faham betul hokum-hukum Alloh, dan di praktekan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain/masyarakat umum
( kitab Jaami’ul Ushuul halaman 48 ).
“ Barang siapa mengikuti orang Alim, maka dia akan berjumpa dengan Alloh dengan selamat “
Yang dimaksud dengan “ALIMAN” disiniadalah orang yang Alim Billaah wabihkaamihi. Orang yang sadar Billahdan mengu8sai hokum-hukum Alloh. Mengusai dalam arti faham betul hokum-hukum Alloh, dan di praktekan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain/masyarakat umum
KERUGIAN ORANG YANG TIDAK MENERAPKAN LILGHOUTS - BILGHOUTS
“ Berkatalah Syekh Dawud bin Makhola didalam kitabTakriibul Ushuul’ Barang siapa memasuki dunia ini tidak menemukan orang laki-laki yang kaamil yang membimbinya kearah kesadaran kpada Alloh, dia akan keluar dari dunia (meninggal dunia) berlumuran dosa besar, sekalipunibadahnyasebanyak ibadah bangsa jin dan Manusia.
“ Berkatalah Syekh Dawud bin Makhola didalam kitabTakriibul Ushuul’ Barang siapa memasuki dunia ini tidak menemukan orang laki-laki yang kaamil yang membimbinya kearah kesadaran kpada Alloh, dia akan keluar dari dunia (meninggal dunia) berlumuran dosa besar, sekalipunibadahnyasebanyak ibadah bangsa jin dan Manusia.
ﷲ AL FATIHAH ………………………………………………………………………………… 1 x
ﷲ YAA SAFI’AL KHOLQISH – SHOLAATU WASSALAAM ………………………………. 3 x
ﷲ YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOOH …………………………………………………... 7 x
ﷲ YAA AYYUHAL GHOUTSU SALAAMULLOOH …………………………………………. 3 x
ﷲ AL FATIHAH ………………………………………………………………………………… 1 x
4 jam · Suka · 1
ﷲ YAA SAFI’AL KHOLQISH – SHOLAATU WASSALAAM ………………………………. 3 x
ﷲ YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOOH …………………………………………………... 7 x
ﷲ YAA AYYUHAL GHOUTSU SALAAMULLOOH …………………………………………. 3 x
ﷲ AL FATIHAH ………………………………………………………………………………… 1 x
4 jam · Suka · 1
Ahmad Dimyathi S Ag http://pengamalwahidiyah.org/berita2.htm
Pengamal Sholawat Wahidiyah
pengamalwahidiyah.org
pengamal sholawat wahidiyah pondok pesantren kedunglo
3 jam · Suka · Hapus Pratinjau
Posted by AHMAD DIMYATHI, S. Ag at 10:50 PM — bersama Muhammad Akbar.
Foto: YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
KISAH DAN PETUAH - Cerita Para Wali
·
MBAH YAHI ABDOEL MADJID MA'ROEF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA, ADALAH AL-GHOUTSU FII ZAMANIHI DAN KANJENG ROMO KH. ABDUL LATIF MADJID RA ADALAH AL-GHOUTSU HADZAZ ZAMAN
pengamalwahidiyah.org
pengamal sholawat wahidiyah pondok pesantren kedunglo
3 jam · Suka · Hapus Pratinjau
Posted by AHMAD DIMYATHI, S. Ag at 10:50 PM — bersama Muhammad Akbar.
Foto: YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
KISAH DAN PETUAH - Cerita Para Wali
·
MBAH YAHI ABDOEL MADJID MA'ROEF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA, ADALAH AL-GHOUTSU FII ZAMANIHI DAN KANJENG ROMO KH. ABDUL LATIF MADJID RA ADALAH AL-GHOUTSU HADZAZ ZAMAN
Menurut penjelasan Kyai Baidhowi (Alm), Mbah Yahi QS wa RA diangkat menjadi Al-Ghouts oleh Allah SWT sebelum Beliau dipercaya oleh Rasulullah SAW mentaklif Sholawat Wahidiyah, jadi antara tahun 1959 – 1989. Mbah Yahi QS wa RA sendiri pada pertengahan tahun 1961 sering dawuh menganjurkan kepada penderek (pengikut) dekatnya agar mencari Ghoutsu Hadzaz Zaman.
“Monggo sami madosi Ghoutsu Hadzaz Zaman, manggene wonten pundi ?” (mari bersama-sama mencari Ghoutsu Hadzaz Zaman, keberadaannya di mana?).
Mendengar dawuh Mbah Yahi seperti itu, Mbah KH. Mubasyir Mundir (Alm) salah seorang yang dekat dengan Mbah Yahi, yang sudah masyhur kewaliannya di Jawa Timur berangkat ke Ponpes Tebu Ireng-Jombang yang diasuh oleh KH. Abdul Karim Hasyim (cucu Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ary RA) bermaksud riyadhah mencari Ghoutsu Zaman. Rencananya Mbah Mundir akan riyadhah dengan puasa mutih selama 40 hari. Namun baru seminggu, beliau sudah menerima alamat ghoib (isyarah bathiniyah) bahwa: KH. Abdul Madjid Ma’roef adalah Quthbul Aqthob Hadzaz Zaman. Akhirnya rencana riyadhoh selama 40 hari beliau batalkan. Selanjutnya Mbah Mundir (panggilan akrab KH. Mubasyir Mundir) kembali ke Kedunglo. Sesampainya di Kedunglo dan berjumpa denagn Mbah Yahi QS wa RA, tanpa berkata sepatah kata pun, Mbah Mundir langsung tersungkur (dlosor) di hadapan Mbah Yahi Qs wa Ra.
“Gus, mbok ya sampun ngoten, biasa-biasa kemawon” (Gus, tidak usah seperti itu, yang wajar-wajar saja), tutur Mbah Yahi.
Setelah peristiwa tersebut, Mbah Mundir berpesan kepada putra kesayangannya yakni Agus Thoha Yasin, “Ha.. (Thoha) nanti kalau ada tamu jangan dibukakan pintu, tapi kalau tamunya Kyai Madjid, persilahkan masuk”.
Setelah peristiwa tersebut, Mbah Mundir berpesan kepada putra kesayangannya yakni Agus Thoha Yasin, “Ha.. (Thoha) nanti kalau ada tamu jangan dibukakan pintu, tapi kalau tamunya Kyai Madjid, persilahkan masuk”.
Bersamaan itu keponakan Mbah Yahi Qs wa Ra, Agus Muhaimin Abdul Qodir dalam kondisi terjaga dihadiri Nabiyullah Khidir AS, yang intinya menyampaikan bahwa Beliau Mu'allif Shalawat Wahidiyah adalah Quthbul Aqthob. Kyai Agus Muhaimin kurang percaya, seraya bertanya: “Masih banyak ulama yang ‘allamah, kenapa kok Pak Kyai Abdul Madjid yang menduduki jabatan Shulthonul Auliyaa ?” Nabi Khidzir As menjawab, “Tidak ada pilihan lain ‘indallah selain dia”. Setelah jawaban itu, Nabi Khidzir As pun menghilang.
KH. Hamim Djazuli (Gus Mik) yang kondang kewaliannya, mengakui kalau Muallif Shalawat Wahidiyah adalah Shulthonul Auliyaa seperti yang disampaikannya saat beliau memberi kata sambutan dalam acara khitanan dan ulang tahun pertama Sholawat Wahidiyah. Di antara sambutannya adalah, “Para hadirin, siapakah sebenarnya Agus Abdul Madjid itu?” Karena tak satu pun dari yang hadir menjawab, maka beliau meneruskan sambutannya, “Beliau adalah Roisul ‘Arifin. Hadirin, seumpama Panjenenganipun Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani masih hidup, saya yakin akan juga ikut mengamalkan shalawat Agus Abdul Madjid ini”.
Di sisi lain, setelah KH. Djazuli Utsman, ayahanda Gus Mik juga dengan sungguh-sungguh mengamalkan Shalawat Wahidiyah. Konon katanya, setiap melaksanakan shalat fardhu dan mengamalkan Shalawat Wahidiyah, Mbah Yahi Madjid QS wa RA nampak di hadapannya. Kejadian tersebut terus berlangsung hingga tujuh hari. Sementara itu Ibu Nyai Djazuli mengungkapkan, ketika membaca Shalawat Wahidiyah mendengar suara ghaib yang menyatakan dengan jelas bahwa Kyai Abdul Madjid adalah Ghoutsu Hadzaz Zaman, berulang-ulang sampai tiga kali. Kemudian pengalaman rohani (bathin) tersebut disampaikan kepada Kyai Djazuli Ustman, beliau juga menceritakan pengalaman yang sama. Akhirnya beliau berdua memutuskan untuk sowan ke Kedunglo.
Esokan harinya, sekitar jam tujuh pagi dengan membawa sekarung beras Kyai Djazuli Ustman beserta Ibu Nyai hendak pergi ke Kedunglo dengan mengendarai dokar. Tetapi belum sampai berangkat, Mbah Yahi Qs wa Ra beserta Mbah Mundir dan Bapak Abdul Jalil Jamsaren Kediri telah tiba lebih dulu di Ponpes Ploso (tempat tinggal Kyai Djazuli Ustman).
Selasa Kelabu di Bulan Rajab
“Romo Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra kurang sehat….”
“Romo Yahi lagi gerah…”
“Romo Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra kurang sehat….”
“Romo Yahi lagi gerah…”
Kabar itu segera menyebar ke seluruh perserta Mujahadah Kubro di bulan Rajab tahun 1989. Kontan saja resepsi Mujahadah Kubro memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW serasa lain dari biasanya. Suasa syahdu tersa sangat melingkupi hari-hari Mujahadah Kubro. Apalagi pada malam pertama, kedua dan ketiga Mbah Yahi tidak mios (tidak hadir secara langsung ke arena mujahadah kubro) untuk menyampaikan fatwa dan amanat serta do'a restunya.
Pada malam terakhir, sebenarnya Mbah Yahi QS wa RA sudah melimpahkan pengisian fatwa dan amanah serta do'anya kepda putra kinasih lekaki pertamnya (Romo KH. Abdul Latief Madjid RA). Tetapi para pecintanya sangat merindukan Mbah Yahi Qs wa Ra hadir di tengah-tengah peserta untuk mendengarkan fatwa terakhir Beliau. Kemudian wakil dari peserta/panitia menyampaikan kepada Mbah Nyahi akan kerinduan dan kecintaan para pengamal kepada Mbah Yahi Qs wa Ra. Akhirnya Mbah Nyahi Sofiyyah Ra sowan kepada Mbah Yahi agar Mbah Yahi Qs wa Ra berkenan menyampaikan fatwa dan amanat terakhirnya.
Puji syukur Al-Hamdulillah, karena kasih dan sayang Mbah Yahi Qs wa Ra kepada pengamal Wahidiyah, Beliau berkenan menyampaikan fatwa dan amanat terakhir di malam terakhir pelaksanaan mujahadah kubro wada', meski dari dalam kamar di ndalem (rumah Beliau) tengah.
Pada kesempatan tersebut Beliau memberikan ijazah Shalawat Wahidiyah kepada seluruh hadirin untuk diamalkan dan disiarkan dengan kalimat, “Ajaztukum bihadzihish shalawatil wahidiyah fil amali wan nasyri”
Yang artinya “Aku ijazahkan kepadamu Sholawat Wahidiyah ini untuk di amalkan dan disiarkan/diijazahkan kepada yang lain.”
Yang artinya “Aku ijazahkan kepadamu Sholawat Wahidiyah ini untuk di amalkan dan disiarkan/diijazahkan kepada yang lain.”
Setelah itu, kondisi kesehatan Beliau semakin berkurang, walau demikian Beliau masih juga berkenan mengisi pengajian Ahad pagi dari ndalem.
Begitulah Mbah Yahi QS wa RA, di saat-saat terakhir hayatnya, Beliau masih membimbing dan men-tarbiyah serta memberikan do' restu kepada pe-nderek-nya.
Mengenai siapa di antara putra-putra Beliau yang kerap disebut, sebagaimana yang dicetitakan oleh Kyai Rahmat Sukir dari penuturan Mbah Nyahi. Pada detik terakhir menjelang wafatnya, yang dipanggil-panggil Mbah Yahi Qs wa Ra adalah Agus Latief Madjid (Romo Yahi Abdul Latief Madjid RA). Saat Mbah Yahi sakit itulah, Kanjeng Romo Yahi Abdul Latief Madjid RA memohonkan maaf segenap keluarga dan seluruh pengamal Shalawat Wahidiyah kepada Mbah Yahi QS wa RA. “Ya..” jawab Mbah Yahi QS wa RA. Tak lama berselang, saat itu tepatnya Selasa Wage tanggal 7 Maret 1989 atau 29 Rajab 1409 H, jam 10.30 WIB, Sang Waratsatul Anbiyaa', Al Ghauts, Shulthonul Auliyaa, Al ‘Arif Billah Mbah KH. Abdul Madjid QS wa RA telah ridla dan diridlai menghadap Sang Kholiq Allah SWT.
Begitulah Mbah Yahi QS wa RA, di saat-saat terakhir hayatnya, Beliau masih membimbing dan men-tarbiyah serta memberikan do' restu kepada pe-nderek-nya.
Mengenai siapa di antara putra-putra Beliau yang kerap disebut, sebagaimana yang dicetitakan oleh Kyai Rahmat Sukir dari penuturan Mbah Nyahi. Pada detik terakhir menjelang wafatnya, yang dipanggil-panggil Mbah Yahi Qs wa Ra adalah Agus Latief Madjid (Romo Yahi Abdul Latief Madjid RA). Saat Mbah Yahi sakit itulah, Kanjeng Romo Yahi Abdul Latief Madjid RA memohonkan maaf segenap keluarga dan seluruh pengamal Shalawat Wahidiyah kepada Mbah Yahi QS wa RA. “Ya..” jawab Mbah Yahi QS wa RA. Tak lama berselang, saat itu tepatnya Selasa Wage tanggal 7 Maret 1989 atau 29 Rajab 1409 H, jam 10.30 WIB, Sang Waratsatul Anbiyaa', Al Ghauts, Shulthonul Auliyaa, Al ‘Arif Billah Mbah KH. Abdul Madjid QS wa RA telah ridla dan diridlai menghadap Sang Kholiq Allah SWT.
Tak ada tangis yang meledak, hanya awan kedukaan begitu kelabu menyelimuti Selasa itu, dan perlahan-lahan air mata pun menetes di bumi Kedunglo Al-Munadharah seiring datangnya para tamu dari berbagai penjuru tanah air, yang ingin bertakziyah dan memyampaikan penghormatan terakhir kepada sesorang yang ‘Alim, namun tidak pernah menampakkan ke-‘aliman-nya. Semakin senja para peziarah semakin membanjir. Shalat janazah pun dilaksankan secara bergilir, karena masjid sudah tidak menampung jumlah jamaah. Begitu juga pemakaman terpaksa ditunda, mengingat jumlah peziarah yang terus mengalir dan menunggu keputusan musyawarah keluarga ndalem Mbah Yahi Qs wa Ra.
Dalam upacara pemakaman disampaikan pengumuman hasil “Keputusan Musyawarah Keluarga” yang disampaikan oleh Bapak A.F Baderi selaku Ketua I PSW Pusat. Yang intinya tentang Kepemimpinan sebagai pengganti dan penerus Mbah Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra. Bahwa Kepemimpinan Perjuangan Wahidiyah secara Umum (PUPW) dan Kepemimpinan Pondok Pesantren Kedunglo setelah Mbah Yahi Qs wa RA wafat adalah Romo KH. Abdul Latif Madjid.
Para penta’ziyah dengan penuh khidmad mengikuti upacara pemakaman. Kalimat nida’ Yaa Sayyidii Yaa Rasulalloh, Yaa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts terus bersahutan, isak tangis tak henti-hentinya terdengar dari para penta’ziyah. Suasana hening ketika pelan-pelan jenazah Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef QS wa RA diturunkan ke liang lahat. Lantunan adzan segera terdengar “Allahu Akbar, Allahu Akbar” kumandang oleh Romo KH. Abdoel Latif Majid yang berada di dasar kuburan setelah jenazah dibaringkan.
Begitulah sekilas manaqib Hadratul Mukarram Al Ghauts, Shulthonul Auliyaa, Al ‘Arif Billah Mbah KH. Abdul Madjid QS wa RA Muallif Shalawat Wahidiyah, Mujaddid, Reformis Akhlak, Pahlawan Pembebas Nafsu yang gelar kepahlawanannya bukan direkomendasi oleh pejabat pemerintah melainkan direkomendasi langsung oleh Allah SWT wa Rosuulihi SAW. Semoga kita semua bisa meneladaninya. Amiin.
(Vety Arovah, dari berbagai sumber).
(Vety Arovah, dari berbagai sumber).
Diambil dari Majalah Aham Edisi 31/Th.IV Rajab 1421 /Oktober 2000, Penerbit Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo – Kota Kediri Telp. 0354 – 771018-17 Fax. 0354 – 774511 Kode Pos 64114
Suka · · Bagikan
18 orang menyukai ini.
1 berbagi
Maria Anhar trimaksh....wakt mbh yahi QS wa RA wafat, ak bru bermur 1 th, jd ak blm pernh bertmu mbh yahi.....
27 Februari 2013 pukul 16:31 · Suka · 1
Imam Mustolih wah ono sultonu aulia sewise syeah abdul kodir toh./
27 Februari 2013 pukul 16:51 · Suka
Machfudz L A bisa diceritakan kisah Nabi Khidir as
28 Februari 2013 pukul 8:10 · Suka
Cerita Para Wali silahkan kirim via wall/dinding page untuk request cerita para kekasih Allah
28 Februari 2013 pukul 8:43 · Suka · 2
Ahmad Dimyathi S Ag
18 orang menyukai ini.
1 berbagi
Maria Anhar trimaksh....wakt mbh yahi QS wa RA wafat, ak bru bermur 1 th, jd ak blm pernh bertmu mbh yahi.....
27 Februari 2013 pukul 16:31 · Suka · 1
Imam Mustolih wah ono sultonu aulia sewise syeah abdul kodir toh./
27 Februari 2013 pukul 16:51 · Suka
Machfudz L A bisa diceritakan kisah Nabi Khidir as
28 Februari 2013 pukul 8:10 · Suka
Cerita Para Wali silahkan kirim via wall/dinding page untuk request cerita para kekasih Allah
28 Februari 2013 pukul 8:43 · Suka · 2
Ahmad Dimyathi S Ag
YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
KISAH DAN PETUAH - Cerita Para Wali
·
Mbah Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra, adalah Al-Ghoutsu Fii Zamanihi Zamanihi
KISAH DAN PETUAH - Cerita Para Wali
·
Mbah Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra, adalah Al-Ghoutsu Fii Zamanihi Zamanihi
Menurut penjelasan Kyai Baidhowi (Alm), Mbah Yahi QS wa RA diangkat menjadi Al-Ghouts oleh Allah SWT sebelum Beliau dipercaya oleh Rasulullah SAW mentaklif Sholawat Wahidiyah, jadi antara tahun 1959 – 1989. Mbah Yahi QS wa RA sendiri pada pertengahan tahun 1961 sering dawuh menganjurkan kepada penderek (pengikut) dekatnya agar mencari Ghoutsu Hadzaz Zaman.
“Monggo sami madosi Ghoutsu Hadzaz Zaman, manggene wonten pundi ?” (mari bersama-sama mencari Ghoutsu Hadzaz Zaman, keberadaannya di mana?).
Mendengar dawuh Mbah Yahi seperti itu, Mbah KH. Mubasyir Mundir (Alm) salah seorang yang dekat dengan Mbah Yahi, yang sudah masyhur kewaliannya di Jawa Timur berangkat ke Ponpes Tebu Ireng-Jombang yang diasuh oleh KH. Abdul Karim Hasyim (cucu Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ary RA) bermaksud riyadhah mencari Ghoutsu Zaman. Rencananya Mbah Mundir akan riyadhah dengan puasa mutih selama 40 hari. Namun baru seminggu, beliau sudah menerima alamat ghoib (isyarah bathiniyah) bahwa: KH. Abdul Madjid Ma’roef adalah Quthbul Aqthob Hadzaz Zaman. Akhirnya rencana riyadhoh selama 40 hari beliau batalkan. Selanjutnya Mbah Mundir (panggilan akrab KH. Mubasyir Mundir) kembali ke Kedunglo. Sesampainya di Kedunglo dan berjumpa denagn Mbah Yahi QS wa RA, tanpa berkata sepatah kata pun, Mbah Mundir langsung tersungkur (dlosor) di hadapan Mbah Yahi Qs wa Ra.
“Gus, mbok ya sampun ngoten, biasa-biasa kemawon” (Gus, tidak usah seperti itu, yang wajar-wajar saja), tutur Mbah Yahi.
Setelah peristiwa tersebut, Mbah Mundir berpesan kepada putra kesayangannya yakni Agus Thoha Yasin, “Ha.. (Thoha) nanti kalau ada tamu jangan dibukakan pintu, tapi kalau tamunya Kyai Madjid, persilahkan masuk”.
Bersamaan itu keponakan Mbah Yahi Qs wa Ra, Agus Muhaimin Abdul Qodir dalam kondisi terjaga dihadiri Nabiyullah Khidir AS, yang intinya menyampaikan bahwa Beliau Mu'allif Shalawat Wahidiyah adalah Quthbul Aqthob. Kyai Agus Muhaimin kurang percaya, seraya bertanya: “Masih banyak ulama yang ‘allamah, kenapa kok Pak Kyai Abdul Madjid yang menduduki jabatan Shulthonul Auliyaa ?” Nabi Khidzir As menjawab, “Tidak ada pilihan lain ‘indallah selain dia”. Setelah jawaban itu, Nabi Khidzir As pun menghilang.
KH. Hamim Djazuli (Gus Mik) yang kondang kewaliannya, mengakui kalau Muallif Shalawat Wahidiyah adalah Shulthonul Auliyaa seperti yang disampaikannya saat beliau memberi kata sambutan dalam acara khitanan dan ulang tahun pertama Sholawat Wahidiyah. Di antara sambutannya adalah, “Para hadirin, siapakah sebenarnya Agus Abdul Madjid itu?” Karena tak satu pun dari yang hadir menjawab, maka beliau meneruskan sambutannya, “Beliau adalah Roisul ‘Arifin. Hadirin, seumpama Panjenenganipun Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani masih hidup, saya yakin akan juga ikut mengamalkan shalawat Agus Abdul Madjid ini”.
Di sisi lain, setelah KH. Djazuli Utsman, ayahanda Gus Mik juga dengan sungguh-sungguh mengamalkan Shalawat Wahidiyah. Konon katanya, setiap melaksanakan shalat fardhu dan mengamalkan Shalawat Wahidiyah, Mbah Yahi Madjid QS wa RA nampak di hadapannya. Kejadian tersebut terus berlangsung hingga tujuh hari. Sementara itu Ibu Nyai Djazuli mengungkapkan, ketika membaca Shalawat Wahidiyah mendengar suara ghaib yang menyatakan dengan jelas bahwa Kyai Abdul Madjid adalah Ghoutsu Hadzaz Zaman, berulang-ulang sampai tiga kali. Kemudian pengalaman rohani (bathin) tersebut disampaikan kepada Kyai Djazuli Ustman, beliau juga menceritakan pengalaman yang sama. Akhirnya beliau berdua memutuskan untuk sowan ke Kedunglo.
Esokan harinya, sekitar jam tujuh pagi dengan membawa sekarung beras Kyai Djazuli Ustman beserta Ibu Nyai hendak pergi ke Kedunglo dengan mengendarai dokar. Tetapi belum sampai berangkat, Mbah Yahi Qs wa Ra beserta Mbah Mundir dan Bapak Abdul Jalil Jamsaren Kediri telah tiba lebih dulu di Ponpes Ploso (tempat tinggal Kyai Djazuli Ustman).
Selasa Kelabu di Bulan Rajab
“Romo Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra kurang sehat….”
“Romo Yahi lagi gerah…”
Kabar itu segera menyebar ke seluruh perserta Mujahadah Kubro di bulan Rajab tahun 1989. Kontan saja resepsi Mujahadah Kubro memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW serasa lain dari biasanya. Suasa syahdu tersa sangat melingkupi hari-hari Mujahadah Kubro. Apalagi pada malam pertama, kedua dan ketiga Mbah Yahi tidak mios (tidak hadir secara langsung ke arena mujahadah kubro) untuk menyampaikan fatwa dan amanat serta do'a restunya.
“Romo Yahi Mu'allif Sholawat Wahidiyah Qs wa Ra kurang sehat….”
“Romo Yahi lagi gerah…”
Kabar itu segera menyebar ke seluruh perserta Mujahadah Kubro di bulan Rajab tahun 1989. Kontan saja resepsi Mujahadah Kubro memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW serasa lain dari biasanya. Suasa syahdu tersa sangat melingkupi hari-hari Mujahadah Kubro. Apalagi pada malam pertama, kedua dan ketiga Mbah Yahi tidak mios (tidak hadir secara langsung ke arena mujahadah kubro) untuk menyampaikan fatwa dan amanat serta do'a restunya.
Pada malam terakhir, sebenarnya Mbah Yahi QS wa RA sudah melimpahkan pengisian fatwa dan amanah serta do'anya kepda putra kinasih lekaki pertamnya (Romo KH. Abdul Latief Madjid RA). Tetapi para pecintanya sangat merindukan Mbah Yahi Qs wa Ra hadir di tengah-tengah peserta untuk mendengarkan fatwa terakhir Beliau. Kemudian wakil dari peserta/panitia menyampaikan kepada Mbah Nyahi akan kerinduan dan kecintaan para pengamal kepada Mbah Yahi Qs wa Ra. Akhirnya Mbah Nyahi Sofiyyah Ra sowan kepada Mbah Yahi agar Mbah Yahi Qs wa Ra berkenan menyampaikan fatwa dan amanat terakhirnya.
Puji syukur Al-Hamdulillah, karena kasih dan sayang Mbah Yahi Qs wa Ra kepada pengamal Wahidiyah, Beliau berkenan menyampaikan fatwa dan amanat terakhir di malam terakhir pelaksanaan mujahadah kubro wada', meski dari dalam kamar di ndalem (rumah Beliau) tengah.
Pada kesempatan tersebut Beliau memberikan ijazah Shalawat Wahidiyah kepada seluruh hadirin untuk diamalkan dan disiarkan dengan kalimat, “Ajaztukum bihadzihish shalawatil wahidiyah fil amali wan nasyri”
Setelah itu, kondisi kesehatan Beliau semakin berkurang, walau demikian Beliau masih juga berkenan mengisi pengajian Ahad pagi dari ndalem.
Begitulah Mbah Yahi QS wa RA, di saat-saat terakhir hayatnya, Beliau masih membimbing dan men-tarbiyah serta memberikan do' restu kepada pe-nderek-nya.
Begitulah Mbah Yahi QS wa RA, di saat-saat terakhir hayatnya, Beliau masih membimbing dan men-tarbiyah serta memberikan do' restu kepada pe-nderek-nya.
Mengenai siapa di antara putra-putra Beliau yang kerap disebut, sebagaimana yang dicetitakan oleh Kyai Rahmat Sukir dari penuturan Mbah Nyahi. Pada detik terakhir menjelang wafatnya, yang dipanggil-panggil Mbah Yahi Qs wa Ra adalah Agus Latief Madjid (Romo Yahi Abdul Latief Madjid RA). Saat Mbah Yahi sakit itulah, Kanjeng Romo Yahi Abdul Latief Madjid RA memohonkan maaf segenap keluarga dan seluruh pengamal Shalawat Wahidiyah kepada Mbah Yahi QS wa RA. “Ya..” jawab Mbah Yahi QS wa RA. Tak lama berselang, saat itu tepatnya Selasa Wage tanggal 7 Maret 1989 atau 29 Rajab 1409 H, jam 10.30 WIB, Sang Waratsatul Anbiyaa', Al Ghauts, Shulthonul Auliyaa, Al ‘Arif Billah Mbah KH. Abdul Madjid QS wa RA telah ridla dan diridlai menghadap Sang Kholiq Allah SWT.
Tak ada tangis yang meledak, hanya awan kedukaan begitu kelabu menyelimuti Selasa itu, dan perlahan-lahan air mata pun menetes di bumi Kedunglo Al-Munadharah seiring datangnya para tamu dari berbagai penjuru tanah air, yang ingin bertakziyah dan memyampaikan penghormatan terakhir kepada sesorang yang ‘Alim, namun tidak pernah menampakkan ke-‘aliman-nya. Semakin senja para peziarah semakin membanjir. Shalat janazah pun dilaksankan secara bergilir, karena masjid sudah tidak menampung jumlah jamaah. Begitu juga pemakaman terpaksa ditunda, mengingat jumlah peziarah yang terus mengalir dan menunggu keputusan musyawarah keluarga ndalem Mbah Yahi Qs wa Ra.
Begitulah sekilas manaqib Hadratul Mukarram Al Ghauts, Shulthonul Auliyaa, Al ‘Arif Billah Mbah KH. Abdul Madjid QS wa RA Muallif Shalawat Wahidiyah, Mujaddid, Reformis Akhlak, Pahlawan Pembebas Nafsu yang gelar kepahlawanannya bukan direkomendasi oleh pejabat pemerintah melainkan direkomendasi langsung oleh Allah SWT wa Rosuulihi SAW. Semoga kita semua bisa meneladaninya. Amiin.
(Vety Arovah, dari berbagai sumber).
(Vety Arovah, dari berbagai sumber).
Diambil dari Majalah Aham Edisi 31/Th.IV Rajab 1421 /Oktober 2000, Penerbit Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo – Kota Kediri Telp. 0354 – 771018-17 Fax. 0354 – 774511 Kode Pos 64114
Suka · · Bagikan
18 orang menyukai ini.
1 berbagi
18 orang menyukai ini.
1 berbagi
Maria Anhar trimaksh....wakt mbh yahi QS wa RA wafat, ak bru bermur 1 th, jd ak blm pernh bertmu mbh yahi.....
27 Februari 2013 pukul 16:31 · Suka · 1
27 Februari 2013 pukul 16:31 · Suka · 1
Imam Mustolih wah ono sultonu aulia sewise syeah abdul kodir toh./
27 Februari 2013 pukul 16:51 · Suka
27 Februari 2013 pukul 16:51 · Suka
Machfudz L A bisa diceritakan kisah Nabi Khidir as
28 Februari 2013 pukul 8:10 · Suka
28 Februari 2013 pukul 8:10 · Suka
Cerita Para Wali silahkan kirim via wall/dinding page untuk request cerita para kekasih Allah
28 Februari 2013 pukul 8:43 · Suka · 2
Ahmad Dimyathi S Ag
Suka · · Bagikan
Tomoana Urippee Seneeng, Didot Royale, Shol-eh Brothr's As dan 37 lainnyamenyukai ini.
28 Februari 2013 pukul 8:43 · Suka · 2
Ahmad Dimyathi S Ag
Suka · · Bagikan
Tomoana Urippee Seneeng, Didot Royale, Shol-eh Brothr's As dan 37 lainnyamenyukai ini.
Mustari Bimo Yaa sayyidii yaa ayuhal ghouts
5 jam · Suka
5 jam · Suka
Buyute Karta Dirana YAA SAYYIDII YAA AYUHAL GHAUST pacarkanlah sinar nadoroh panjenengan kedalam hati yang dholim ini.
4 jam · Suka
4 jam · Suka
Ahmad Dimyathi S Ag YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
LILGHOUTSU – BILGHOUTSU
Perngertian dan pengertiannya seperti LIRROSUL-BIRROSUL dimuka,jadi LILGHOUTS artinnya,niat mengikuti bimbingan Ghoutsu Hadzaz Zaman RA (disamping niat LILLAH dan LIRROSUL).
Dan bilghouts,penerapannya,merasa dalam hati bahwa dalam segala tingkah laku kita yang di ridloi Alloh kita pemper jasa dari Ghoutsu Haadzaz Zaman Ra ( disamping SADAR BILLAH dan BIRROSUL).
Jasa Ghoutsu Hadzaz Zaman yang di maksud adalah berupa tarbiyah rohaninya pendidikan rohani atau sorotan batin yang disebut “NADZROH” ,suatu sirri dari sekian banyak sirri yang dikaruniakan ALLOH kepada Beliau Ghoutsu Haadzaz Zaman rodlialloohu ‘anhu . pada umumnya hanya para ahlul bashoir yang ahlul kasyfi yang di karuniai ALLOH dapat meliat sirri sirri tersebut,ahlul bashir adalah orang yang ahli mempunyai pandangan bathin yang tajam karena jiwa yang bersih –suci .dan ahlul kasyfi adalah orang di karuniai keistimewaan oleh allah dapat mengetaui perkara perkara ghoib .suatu maha kebesaran alloh yang dunia fikriyah dan dunia ilmiah tidak mampuh menjangkaunya .jadi tidak mudah terlihat oleh sembarang orang kebanyakan karena tertutup oleh tabir selubung ke agungan Alloh .
LILGHOUTSU – BILGHOUTSU
Perngertian dan pengertiannya seperti LIRROSUL-BIRROSUL dimuka,jadi LILGHOUTS artinnya,niat mengikuti bimbingan Ghoutsu Hadzaz Zaman RA (disamping niat LILLAH dan LIRROSUL).
Dan bilghouts,penerapannya,merasa dalam hati bahwa dalam segala tingkah laku kita yang di ridloi Alloh kita pemper jasa dari Ghoutsu Haadzaz Zaman Ra ( disamping SADAR BILLAH dan BIRROSUL).
Jasa Ghoutsu Hadzaz Zaman yang di maksud adalah berupa tarbiyah rohaninya pendidikan rohani atau sorotan batin yang disebut “NADZROH” ,suatu sirri dari sekian banyak sirri yang dikaruniakan ALLOH kepada Beliau Ghoutsu Haadzaz Zaman rodlialloohu ‘anhu . pada umumnya hanya para ahlul bashoir yang ahlul kasyfi yang di karuniai ALLOH dapat meliat sirri sirri tersebut,ahlul bashir adalah orang yang ahli mempunyai pandangan bathin yang tajam karena jiwa yang bersih –suci .dan ahlul kasyfi adalah orang di karuniai keistimewaan oleh allah dapat mengetaui perkara perkara ghoib .suatu maha kebesaran alloh yang dunia fikriyah dan dunia ilmiah tidak mampuh menjangkaunya .jadi tidak mudah terlihat oleh sembarang orang kebanyakan karena tertutup oleh tabir selubung ke agungan Alloh .
DASAR / DALIL LILGHOUTSU – BILGHOUTSU
“ Dan ikutilah jalannya orang – orang yang kembali kepada-Ku “ (QS.Surat : (31) Lukman : 15 )
Orang kembali kepada Alloh, kembali dengan sepenuh0penuhnya kembali, Lahir dan hatinya terutama !. batinya senantiasa ingat kepada Alloh , senantiasa menyerahkan berdepe – depe tadlarru’ kepada Alloh senantiasa menyerahkan segala galanya, segala persoalan kepada Alloh, menyerah bongkokan 100 % . dan senantiasa takholluq biakhlaaqillahi wa biakhlaaqi Rosululloh SAW. Dan sebagainya. Istilah Wahidiyah menerapkan 100 % LILLAH – BILLAH, LIRROSUL – BIRROSUL yang paling sempurna. Orang seperti itu pada zaman sekarang tidak lain adalah GHOUTSU HAADZAZ ZAMAN RA.
“ Hai orang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan hendaklah kamu sekalian beserta orang – orang yang benar “ ( Q : surat (91) At Taubat ayat 119)
Orang – orang benar dalam I’tiqod, benar dalam aqidah, benar dalam ucapandan benar dalam tindakan, benar dalan pandangan Alloh wa Rosulihi SAW .
“ Dan Kami tidak mengutus sebelum Engkau ( Muhammad) melaikan Orang laki-laki yang Kami wahyukan kepada mereka, maka bertanyalah kamu sekalian kepada ahlul dzikir jika kamu sekalian tidak mengetahuinya “ ( Q : surat : 16 An Nahl : 43 )
“ Yang maksud dengan Akhlul Dzikir adalah al – ‘Ulamaau Billaah wa bidionihim = orang yang sadar Billah dan menguasai hokum-hukum agama, yang mengamalkanilmunya semata-mata mengharap wajhallo/rido Alloh (LILLAH).”
“ Duduk bergaullah dengan ‘ulama besar ( Mujtahid/Mujadid/Ghoutsu Zaman) dan bertanya kepada ‘ulama bergaulah dengan para hukamak/para ahli hikmah ( Mufti )” ( Hadits riwayat Thobroni dari Abu Juhaifah).
“ Dan ikutilah jalannya orang – orang yang kembali kepada-Ku “ (QS.Surat : (31) Lukman : 15 )
Orang kembali kepada Alloh, kembali dengan sepenuh0penuhnya kembali, Lahir dan hatinya terutama !. batinya senantiasa ingat kepada Alloh , senantiasa menyerahkan berdepe – depe tadlarru’ kepada Alloh senantiasa menyerahkan segala galanya, segala persoalan kepada Alloh, menyerah bongkokan 100 % . dan senantiasa takholluq biakhlaaqillahi wa biakhlaaqi Rosululloh SAW. Dan sebagainya. Istilah Wahidiyah menerapkan 100 % LILLAH – BILLAH, LIRROSUL – BIRROSUL yang paling sempurna. Orang seperti itu pada zaman sekarang tidak lain adalah GHOUTSU HAADZAZ ZAMAN RA.
“ Hai orang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan hendaklah kamu sekalian beserta orang – orang yang benar “ ( Q : surat (91) At Taubat ayat 119)
Orang – orang benar dalam I’tiqod, benar dalam aqidah, benar dalam ucapandan benar dalam tindakan, benar dalan pandangan Alloh wa Rosulihi SAW .
“ Dan Kami tidak mengutus sebelum Engkau ( Muhammad) melaikan Orang laki-laki yang Kami wahyukan kepada mereka, maka bertanyalah kamu sekalian kepada ahlul dzikir jika kamu sekalian tidak mengetahuinya “ ( Q : surat : 16 An Nahl : 43 )
“ Yang maksud dengan Akhlul Dzikir adalah al – ‘Ulamaau Billaah wa bidionihim = orang yang sadar Billah dan menguasai hokum-hukum agama, yang mengamalkanilmunya semata-mata mengharap wajhallo/rido Alloh (LILLAH).”
“ Duduk bergaullah dengan ‘ulama besar ( Mujtahid/Mujadid/Ghoutsu Zaman) dan bertanya kepada ‘ulama bergaulah dengan para hukamak/para ahli hikmah ( Mufti )” ( Hadits riwayat Thobroni dari Abu Juhaifah).
KEBAIKAN MENERAPKAN LILGHOUTS - BILGHOUTS
“ Umatku senantiasa dalam kebahagiaan selama mereka memperoleh ilmu dari Ulama – ulama besar mereka “ ( Hadits dikeluarkan oleh Abi Nu’aim ).
Ghoutsu Hadzaz Zaman senantiasa kita yakini adalah Min Akrabiril Ulamaa. Bahkan satui-satunya, dan tidak ada duanya didalam Zaman sekarang.
“ Bersertakan kamu dengan Alloh, jika tidak bisa, besertakanlah dengan orang yang berserta dengan Alloh. Oleh karena sesungguhnya ia dapat menyampaikan kamu kepada Alloh jika Engkau bergaul serta dengannya “ ( Nurul Burhan juz 1 hal 48 )
“ Umatku senantiasa dalam kebahagiaan selama mereka memperoleh ilmu dari Ulama – ulama besar mereka “ ( Hadits dikeluarkan oleh Abi Nu’aim ).
Ghoutsu Hadzaz Zaman senantiasa kita yakini adalah Min Akrabiril Ulamaa. Bahkan satui-satunya, dan tidak ada duanya didalam Zaman sekarang.
“ Bersertakan kamu dengan Alloh, jika tidak bisa, besertakanlah dengan orang yang berserta dengan Alloh. Oleh karena sesungguhnya ia dapat menyampaikan kamu kepada Alloh jika Engkau bergaul serta dengannya “ ( Nurul Burhan juz 1 hal 48 )
“ Hatinya orang arif Billah itu merupan Hadrotuloh dan panca indranya sebagai pintu-pintu Nadroh. Maka barang siapa mendekatkan dir kepada Beliau dengan cara pendekatan yang serasi dengan kedudukan Beliau, akan terbukalah beginya pintu-pintui Nadroh “. ( dipersilakan dan tinggal masuk ).
( kitab Jaami’ul Ushuul halaman 48 ).
“ Barang siapa mengikuti orang Alim, maka dia akan berjumpa dengan Alloh dengan selamat “
Yang dimaksud dengan “ALIMAN” disiniadalah orang yang Alim Billaah wabihkaamihi. Orang yang sadar Billahdan mengu8sai hokum-hukum Alloh. Mengusai dalam arti faham betul hokum-hukum Alloh, dan di praktekan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain/masyarakat umum
( kitab Jaami’ul Ushuul halaman 48 ).
“ Barang siapa mengikuti orang Alim, maka dia akan berjumpa dengan Alloh dengan selamat “
Yang dimaksud dengan “ALIMAN” disiniadalah orang yang Alim Billaah wabihkaamihi. Orang yang sadar Billahdan mengu8sai hokum-hukum Alloh. Mengusai dalam arti faham betul hokum-hukum Alloh, dan di praktekan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain/masyarakat umum
KERUGIAN ORANG YANG TIDAK MENERAPKAN LILGHOUTS - BILGHOUTS
“ Berkatalah Syekh Dawud bin Makhola didalam kitabTakriibul Ushuul’ Barang siapa memasuki dunia ini tidak menemukan orang laki-laki yang kaamil yang membimbinya kearah kesadaran kpada Alloh, dia akan keluar dari dunia (meninggal dunia) berlumuran dosa besar, sekalipunibadahnyasebanyak ibadah bangsa jin dan Manusia.
“ Berkatalah Syekh Dawud bin Makhola didalam kitabTakriibul Ushuul’ Barang siapa memasuki dunia ini tidak menemukan orang laki-laki yang kaamil yang membimbinya kearah kesadaran kpada Alloh, dia akan keluar dari dunia (meninggal dunia) berlumuran dosa besar, sekalipunibadahnyasebanyak ibadah bangsa jin dan Manusia.
ﷲ AL FATIHAH ………………………………………………………………………………… 1 x
ﷲ YAA SAFI’AL KHOLQISH – SHOLAATU WASSALAAM ………………………………. 3 x
ﷲ YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOOH …………………………………………………... 7 x
ﷲ YAA AYYUHAL GHOUTSU SALAAMULLOOH …………………………………………. 3 x
ﷲ AL FATIHAH ………………………………………………………………………………… 1 x
4 jam · Suka · 1
ﷲ YAA SAFI’AL KHOLQISH – SHOLAATU WASSALAAM ………………………………. 3 x
ﷲ YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOOH …………………………………………………... 7 x
ﷲ YAA AYYUHAL GHOUTSU SALAAMULLOOH …………………………………………. 3 x
ﷲ AL FATIHAH ………………………………………………………………………………… 1 x
4 jam · Suka · 1
Ahmad Dimyathi S Ag http://pengamalwahidiyah.org/berita2.htm
Pengamal Sholawat Wahidiyah
pengamalwahidiyah.org
pengamal sholawat wahidiyah pondok pesantren kedunglo
3 jam · Suka · Hapus Pratinjau
Posted by AHMAD DIMYATHI, S. Ag at 10:50 PM
6Suka · · Hentikan Pemberitahuan · Promosikan · Bagikan
Asepp Thaiiank Fathira, Adinda Qu, Arafa Rafa dan 30 lainnya menyukai ini.
Lihat 1 komentar lain
pengamalwahidiyah.org
pengamal sholawat wahidiyah pondok pesantren kedunglo
3 jam · Suka · Hapus Pratinjau
Posted by AHMAD DIMYATHI, S. Ag at 10:50 PM
6Suka · · Hentikan Pemberitahuan · Promosikan · Bagikan
Asepp Thaiiank Fathira, Adinda Qu, Arafa Rafa dan 30 lainnya menyukai ini.
Lihat 1 komentar lain
Mbah So Gondrong YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH
YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS
FAFIRRUU ILALLOH............
20 jam yang lalu · Suka
YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS
FAFIRRUU ILALLOH............
20 jam yang lalu · Suka
Sarijo Uyee YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH.....YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS
18 jam yang lalu · Suka
— bersama Waridan Bin Ngabdillah dan 2 lainnya.18 jam yang lalu · Suka
No comments:
Post a Comment