Thursday, May 8, 2014

KISAH DAN PETUAH ULAMA' ANTI WAHIDIYAH

    • YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
      KISAH DAN PETUAH

      ULAMA' ANTI WAHIDIYAH

      Dizaman Mbah Yahi Mu'allif Sholawqat Wahidiyah Qs wa Ra al-Ghouts Fii Zamanihi, tidak sedikit para ulama' yang kontras dengan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah, salah satu diantaranya adalah KH. Machrus Ali Lirboyo kediri, karena mereka memang belum tahu apa itu Wahidiyah yang sebenarnya, atau karena ada sifat tidak suka pada Wahidiyah, atau karena iri dan dengki yang bersemayam dalam hatinya atau karena sebab dan alasan lainnya, sehingga mereka ga mau tahu dan menutup pintu hatinya.

      Apalagi kala itu Mbah Yahi Qs wa Ra sendiri diisukan dan difitnah oleh mereka sebagai Kyai yang tidak bisa "Ngaji", tidak bisa baca kitab kuning dengan dalil "Mbah Yahi Qs wa Ra tidak pernah mondok di Pesantren".

      Hal ini membuat Kyai yang anti Wahidiyah tersebut semakin sombong, mencaci maki, menyebarkan fitnah, isu dan menantang secara langsung dengan Mbah Yahi adu argumentasi (kealiman) dengan aneka kitab yang telah dikuasainya.
      Menghadapi Kyai alim tapi sombong dan congkak itu, Mbah Yahi Qs wa Ra cukup mengirimkan "seorang utusan" yang juga alim dan menguasai bahkan hafal membaca beberapa kitab kuning. Dalam peristiwa Musyawarah Ngadiluwih Kediri Mbah Yahi Qs wa Ra cukup mengirimkan jago-jagonya, petarung-petarungnya "tiga orang" yang alim menghadapi jago-jagonya KH. Machrus Ali juga tiga orang alim kitab-kitab.

      Setelah Kyai-kyai Wahidiyah dan Kyai-kyai anti Wahidiyah baik "seorang lawan seorang" dan "tiga orang lawan tiga orang" yang sama-sama alim itu bertemu dan bertarung habis-habisan dalam satu majlis musyawarah/diskusi, terjadilah ketika itu perdebatan yang sangat sengit dan cukup seru sekali tapi tetap tertib dan gak ada keributan main fisik. Dalam peristiwa "PERTARUNGAN HEBAT" di Ngadiluwih Kediri waktu itu dilaksanakan sampai dua kali hingga tuntas oleh 3 orang lawan 3 orang kyai yang bertempat di rumah H. Muhsin Badal Ngadiluwih Kediri Jawa Timur. Penulis waktu itu juga ikut hadiri menyaksikan sebagai suporter dan bertugas tuk merekam peristiwa penting yang sangat hebat dan bersejarah itu.


      Kyai-kyai yang anti Wahidiyah antara lain dalam forum tersebut melancarkan serangan-serangan bahwa Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah yang disinyalir, difitnahkan, dan diisukan sebagai hasil "MIMPI" Mbah Yahi itu adalah ajaran "SESAT", "BID'AH" , "HARAM" , tidak ada dalilnya, bertentangan dengan syari'at, bertentangan dengan kitab ini dan itu, harus dikaji ulang dan sebagainya dan sebagainya, kata mereka Kyai anti Wahidiyah dan 3 kyai jago-jagonya KH. Machrus Ali itu.

      Dengan tenang, jelas dan tegas duta-duta Mbah Yahi QS wa RA yang tidak membawa satu buah kitabpun menjelaskan satu persatu serangan lawannya berdasar kitab kuning yang dimiliki lawannya. Sang duta Wahidiyah menjelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa Wahidiyah ada dalilnya dari nash Al-Quran dan Al-Hadits serta tidak bertentangan pula dengan kitab-kitab yang dimiliki oleh si lawan. Ketika itu, disebutkan pula bunyi dalil Kitabnya, halamannya, bahkan fasalnya satu persatu dengan teliti dan terang benderang.

      Tentu saja si Kyai alim yang anti Wahidiyah tadi terpengaruh dan tertegun mendengar jawaban dan penjelasan sang kyai duta Wahidiyah dan mengakui keunggulan lawan bicaranya yang hafal di luar kepala seluruh isi kitab yang dimilikinya.

      Tiba gilirannya yang diatur oleh moderator Kyai utusan Mbah Yahi Qs wa Ra tuk bertanya, beliau Kyai Wahidiyah berkata : "Saya tidak akan bertanya banyak-banyak kepada Anda Kyai, karena semuanya yang Anda permasalahkan sudah kami jawab dengan jelas dan tegas, bahwa Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah itu "HAQ" dan ada dasarnya. Hanya satu pertanyaan saya yang mesti Anda jawab saudaraku. Mengapa Anda tidak mau menerima dan mengamalkan Wahidiyah ?".
      Kyai alim yang congkak dan sombong itu telah di KO-kan oleh duta Mbah Yahi Qs dengan telak, mereka pada keok dan diam seribu bahasa tidak menjawab pertanyaan tersebut. Lawong memang dasarnya tidak suka, bukannya untuk mencari "KEBENARAN" dan "KESEPAKATAN" untuk islah atau taslim. Karena mereka sudah terlanjur ada rasa permusuhan, tidak suka, ada rasa iri dan dengki dalam hatinya, merasa kalah pengaruh dll, sekalipu hujjahnya dapat dipatahkan dan dikalahkan semuanya, kenyataannya tetap aja gak mau menerima dan mengamalkan Sholawat Wahidiyah. Itulah sifat manusia yang sudah terlanjur tidah suka, iri dan dengki yang juga sifat tersebut dimiliki bukan hanya oleh orang yang "bodoh", tapi juga dimiliki oleh seorang Kyai berpengaruh besar dan alim yang tetap tertutup mata hatinya itu.

      Dari peristiwa tersebut juga banyak berkah dan hikmahnya, yang antara lain Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah semakin tersiat dan dikenal oleh masyarakat luas sampai saat ini. Bagi Anda yang menginginkan "Hasil Keputusan Musyawarah Ngadiluwih" tersebut dll serta menginginkan penjelasan tetang Sholawat Wahidiyah dan isi kandungannya Anda dapat membaca dan KLIK DI ALAMAT INI : :

      http://nurnadhroh.blogspot.com/ DAN ATAU http://shalawatwahidiyah.blogspot.com/
      Semoga besar manfaat dan berkahnya dari kisah dan petuah tersebut bagi kita semuanya. Amiin....Al-FAATIHAH...(MUJAHADAH !).
      6Suka ·  · Promosikan · 
    • YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
      "ALLOH SWT MERAHASIAKAN RIDLO DAN BENDUNYA (MURKANYA) PADA TIGA TEMPAT ;

      WAHAI SAUDARAKU PENGAMAL SHOLAWAT WAHIDIYAH dimanapun Anda berada YANG DIRAHMATI DAN DIBERKAHI ALLOH SWT,
      marilah kita PERHATIKAN sama2, KITA INGAT SELALU, KITA HAYATI DAN AMALKAN FATWA DAN AMANATNYA MBAH KH. ABDUL MADJID MA'ROEF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA ALGHOUTS FII ZAMANIHI RA kepada kita semua sebagai PENDEREKNYA, SEBAGAI MURIDNYA, SEBAGAI pengamal Sholawat Wahidiyah yg sering sekali didawuhkan ketika itu dalam berbagai kesempatan sbb. :

      "ALLOH SWT MERAHASIAKAN RIDLO DAN BENDUNYA (MURKANYA) PADA TIGA TEMPAT ;

      PERTAMA : PADA THO'ATNYA,
      maka jangan sekali-kali meremehkan thoat kepada Alloh dan Rosul-NYa sekalipun kelihatannya THOAT/IBADAH YG KECIL DAN REMEH atau sepele, APA LAGI YANG BESAR, yg kecil aja jangan, sebab mungkin sekali RidloNya Alloh wa Rosuulihi SAW ada disitu.

      ( Al-kisah : Tuan Syeh Imam Al-Ghozali Ra Al-Ghouts Fii Zamanihi RA selamat dari siksa kuburnya SEBAB ngasih minum lalat ketika beliau sedang mengarang sebuah kitab Ihya' 'Ulumuddin ada lalat yg kehausan kemudian minum tintanya Tuan Syeh Imam Ghozali Ra, sejenak Tuan Syeh berhenti menulis karena mempersilakan LALAT yg sedang kehausan itu tuk minum sepuasnya dulu. Sebab itu Alloh SWT ridlo dan menyelamatkan siksa kuburnya karena Beliau thoat yg kelihatannya sangat sepele dan kecil, cuma ngasih minum seekor lalat yg kehausan, Beliau selamat dari siksa kubur bukan karena ngarang kitab dan bukan karena ibadah2nya yang lain2, demikian itu menjadi sebab Beliau Tuan Syeh selamat dari SIKSA KUBURNYA !!!).

      KEDUA : PADA MAKSIYATANNYA,
      maka jangan sekali-kali menganggap remeh walaupun itu maksiyyat yg kecil atau remeh kelihatannya, JANGAN SEKALI-KALI MELANGGAR PERINTAH ALLOH WA ROSUULIHI SAW yang kecil, APALAGI MAKSIYYAT, atau melanggar perintah Alloh wa Rosuulihi SAW, ATAU DOSA-DOSA YANG BESAR, yg kecil DAN REMEH aja jangan sebab mungkin BENDUNYA/MURKANYA ALLOH WA ROSUULIHI SAW ADA DISITU !!!.

      KETIGA : PADA KEKASIH-NYA/Wali-NYA Alloh SWT,
      maka bersikap santunlah dan berhusnudhonlah (berprasangka baiklah) kepada semua orang tanpa pandang bulu, sebab mungkin Dia seorang WALINYA ALLOH SWT, bahkan mungkin Beliau adalah seorang Sulthonul Auliya'/Ghoutsu Hadzaz Zaman RA. Karena Alloh SWT sangat ridlo dan mencintai kepada orang2 yang menjadi Kekasih-NYa dan sangat murka atau bendu kepada orang2 yang membenci, menghina, melecehkan atau bahkan mengkontrasi Kekasih-Nya.

      Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasululloh SAW bersabda :
      "Alloh SWT berfirman :

      "Barangsiapa yang menunjukkan permusuhan dengan Wali-Ku maka Aku menyatakan perang dengannya."

      "AL WALI"
      ADALAH INDIVIDU YANG DICINTAI OLEH ALLOH SWT.

      Sambungan hadist qudsi tersebut adalah :
      "….Tidaklah hamba-Ku mendekati-Ku dengan suatu pekerjaan yang lebih Aku sukai daripada dia mengerjakan apa yang Aku telah fardhukan ke atasnya. Dan sentiasalah hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan melakukan yang sunat-sunat sehingga Aku cinta kepadanya. Ketika Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, menjadi penglihatannya yang ia melihat dengannya, menjadi tangannya yang ia bergerak dengannya dan menjadi kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan sesungguhnya, jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku berikan kepadanya; Dan sesungguhnya, jika ia memohon perlindungan kepada-Ku niscaya Aku berikan perlindungan kepadanya." (HR Bukhari).

      Hadits qudsi ini membahas banyak persoalan, tetapi yang menjadi sangat penting ketika Alloh SWT berfirman :

      "Barangsiapa menunjukkan permusuhan dengan Wali-Ku maka Aku menyatakan perang dengannya."

      Wali Alloh sangat tinggi derajat dan kedudukannya di sisi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Atas sebab itulah jika ada siapa saja yang memusuhi Wali-Wali-Nya Alloh SWT, maka mereka itu berarti memusuhi Alloh wa Rosuulihi SAW dan Alloh nyatakan perang kepada orang tersebut.

      Setelah Allah SWT menjelaskan amaran-Nya terhadap orang yang memusuhi dan membenci Wali-Nya, lalu seterusnya Alloh SWT menyebut pula beberapa sifat yang dimiliki oleh Wali-Nya yang karena sifat-sifat itulah menjadikan mereka hampir dengan-Nya. (BILLAH).

      Disebabkan pernyataan Alloh SWT yang keras dan tegas itulah, hal tersebut menjadi sangat penting untuk kita mengetahui siapakah ‘Wali-Wali Allah’ yang dimaksudkan itu dan apakah arti ‘Wali’ itu sendiri.

      ‘AL WALI’ ADALAH ORANG YANG DEKAT KEPADA ALLOH SWT.

      Wali menurut bahasa artinya ‘qarib’ yakni dekat. Jadi Wali Allah (kekasih Allah) ialah orang yang senatiasa bertaqarrub (mendekatkan dirinya) kepada Alloh SWT.

      Dikisahkan :
      Para ulama' besar ketika itu yg kontras kepada Beliau Tuan Syeh Abdul Qodir Al Jailani Ra pada celaka hidupnya dan su'ul khotimah akhir hayatnya.
      Juga dikisahkan ada seorang Nasroni yang tertolong memperoleh berkah dan karomahnya Tuan Syeh Ra karena ada rasa mahabbah kepada Tuan Syeh Ra.

      Itulah sebagian kecil bukti2 SALLAB DAN JALLABNYA para Al-Ghouts. MAKA BERHATI-HATILAH BERSIKAP KEPADA BELIAU GHOUTSU HADZAZ ZAMAN RA !.

      CONTOH KISAH nyata Tuan Syeh Abdul Qodir Jailani Qs wa Ra tersebut diatas dapat kita jadikan pelajaran.

      Juga perlu saya tulis disini, banyak orang-orang yang celaka hidupnya SEBAB memusuhi Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid Al-Ghouts Hadzaz zaman Ra, juga banyak sekali orang yang tertolong lahir batinya sebab barokah, karomah dan nadhroh Beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman Ra.

      AL-FAATIHAH !.
      YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !.
    • YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
      "PENGAJIAN ALHIKAM DAN KULIAH WAHIDIYAH AHAD PAGI"
      HIMMAH - (Pengajian Kitab Al- Hikam dan Kuliah Wahidiyah Ahad Pagi - oleh Hadrotul Mukarrom Mbah KH. Abdul Madjid Ma'roef - Mu'allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA, Alghouts Fii Zamanihi).

      بِسْÙ…ِ اللهِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِÙŠْÙ…ِ

      “Hikam” jamak dari Nimmah, kemauan yang keras atau keinganan yang berkobar-kobar, tidak dapat merubah atau menembus pagar kodar . malah Himmah, itu sendiri setengah dari pada kodar. Ini ada hubungannya dengan kaliamat sebelumnya.

      Dus himmah atau kemauan yang keras bagaimanapun tidak dapat menyebol atau merubah kodar, artinay sudah dikodar begini misalnya kok bisa tembus dengan himmah, itu tidak bisa. Malah, yaitu tadi, justru himmah itu sendir setengan dari pada kodar.

      Sebelum ini ada dawuh : “iroodatuka at-tajriid ma’a iqoomaatillahi iyyaaka fil asbaab minas-syahwatil khoffiyyah wa iroodastuka al-asbaaba ma’a iqoomatillaahi iyyaakafit-tajrid inhithootun ‘anil himmatil ‘alliyyati” ingin tajtid tidak bekerja tidak usaha, pada hal dianya cocok syarat-syaratnya harus bekerja, ingin tajrid mau ibadah saja mau mujahadah saja, mau membaca sholawat saja, mau menyepi diri saja tidak mau bekerja padahal dia yang cocok harus bekerja, itu adalah bujukan nafsu. Sebab ada latar belakangnya, kalau ibadah saja, sembahyang saja, mujahadah saja dan sebagainya, tidak mau bekerja, lalu merasa orang baik, dihormati orang lain. Jadi sesungguhnya latar belakangnya ingin dihormati.

      “ Wa iroodatuka al asbaaba ma’a iqoomatillaahi iyyaaka fit-tajrid inhithootun ‘anil himmatil ‘alliyyati”. Ingin bekerja kepicut kepingin usaha ini, itu padahal dia didudukan Tuhan dalam maqom tajrid, itu namanya orang yang sudah diangkat pada kedudukan tinggi, lalu mlorot atau menjerus kebawah. Diantara laamatnya ditajrid yaitu rizkinya gampang, gampang min haisu layahtasib. Gampang tidak diduga-duga tidak gampang kangelan, diwaktu sepi dia ridloi. Tidak mengharapkan bantuan atau penberian orang lain. Pokoknya dia ridloi kepada Tuhan. Itu setenganh dari pada alamatnya tajrid. Dikatakan mlorot,sebab dia sudah diangkat oleh tuhan, sudah dijangkung oleh Tuhan, dicukupi kebutuhan lahiiyahnya supaya tekun ubudiyyah kepada Tuhan, kok kalau ingin terjun ketengah-tengah masyarakat yang pada umumnya di dalam masyarakat itu banyak hal-hal yang berbahaya, seperti penyelewengan, dekadensi moral dan sebagainya. Lebih-lebih pada masa akhir- akhir ini makin merajalela di segala bidang. Kesukaran-kesukaran dan kesulitan dalam segala bidang. Artinya soal ekonomi selalu seret, macet banyak penyelewengan, penipuan dan pemalsuan dan sebagainya otomatis orang yang terjun dalam lumpur menjadi bletok, berlumuran kotoran lumpur. Itu makanya dikatan melorot atau merosot dari kedudukan yang tinggi.

      Orang yang ingi tajrid atau ingin terjun kedunia usaha dan sebagainya itu , tidak lain maksunya utuk mendapatkan kemajuan. Tapi sekalipun bagaiman usahanya, semua itu adalah di tangan Tuhan. Sekalipun bagaimana juga ia mengerahkan segala segala kemampuan yang ada padanya, bagaimanapun ia mengorbankan apa yang dia harus korbankan, tapi kalau belum dikodar oleh Tuhan, pasti tidak dapat menjebol kodarnya Tuhan. Disamping itu, istilah “ngoyo” seperti itu, lebih-lebih kalau tidak tepat, itu terkecam !, terkecam !.

      “Sawabiqul Himam” atau himmah yang dimaksudkan disini adalah “Jiwa”, jiwa yang berkobar-kobar, jiwa yang mempunyai kekuatan atau tenaga dalam yang dapat mencipta apa yang di kehendi. Apa yang diinginkan terwujud. Atau jiwa “kun” misalnya. Yaitu kekuatan jiwa yang dapat mewujudkan pada apa yang dikehendaki tampa mengharapkan dari bantuan lain atau sebab-sebab lain, kecuali hanya dari kekuatan jiwa itu sendiri. Seperti pada orang Wali umpamanya terkenal dengan sebutan “karomah”, dan pada selainya disebut sihir, atau kekuatan-kekuatan lain, itulah yang disebut “Sawabiqul Himam”.

      Kalau begitu apa gunanya usaha dan ikhtiat kalau memang sudah diqodar ini adalah ahli surga, itu ahli neraka, dia kaya dia mlarat da sebagainya, itu diridloi Tuhan, itu tidak diridloi Tuhan dan sebagainya. Itu bidang lain. Biadng lain. Ya betul dipasti atau dikodar kaya, dikodar mlarat atau bahagia atau sengsara, tapi bidang kodar harus kita isi dan bidang lain juga harus diisi.

      Jadi “Yukti Kulla zii haqqin haqqoh”. Mengisi segala bidang. Bidang kodar, itu setengah dari pada bidang yang prinsip yang pokok. Malah termasuk rukun iman. Arkanul iman sittatun. Rukuniman ada enam. Yang terakhir ” wa bilqodari” harus iman dan yakin kepada qodar. Artinya segala makhluq semuanya tidak ada yang ketinggalan sebiji atompun,itu semuanya sudah di qodar oleh Tuhan.Sudah direncanakan istilah pembangunan.Baik itu jelek,baik itu buruk maupun itu baik.Ini keyakinan atau iman.Dan harus diisi,itu keyakinan !.Adapun menjauhi perkara jelek dan mengusahakan perkara yang baik,itu bidang lain.Jangan kita campur adukkan,dan semua bidang-bidang harus kita isi !.Jadi kalau ada yang mengatakan.Apa artinya kita usaha,kalau memang sudah diqodar Tuhan,lha ini namanya nyampur adukkan bidang-bidang tadi.

      Kita ingat cerita dadjal di akhir zaman. Dadjal diberi keistimewaan. Dapat menghidupkan orang matoi, dapat mematikan orang hidup, di tangan kanannya ada surga, ditangan kirinya neraka, dia menguasai seluruh dunia. Orang dipaksa supaya mengakui dan menyatakan bahwa dia Tuhan. Itu dadjal, kalu tidak mau mengakui, diberi janji-janji yang baik, dibang-bang, dimasukkan kedalam surganya, tetapi sesungguhnya surganya dadjal itu neraka, dan nerakanya dadjal itu surga. Terbalik, dia dapat menciptakan umpamanya, makanan, atau apa saja. Istilah pedalangan”pinujo teko, pinuwun rawuh”. (apa yang dipingini datang) atau “kunfayakun”. Dadjal dapat. Dia diberi keistimewaan begitu. Hubungan dengan pengajian tadi, dus, orang yang diberi kekuatan jiwa atau kekuatan gaib atau tenaga dalam yang luar biasa, apalagi kekuatan lahir yang seberapa,itu semua tidak dapat membedah qodar.Tidak dapat merubah qodar.Kalau di qodar mlarat,tetap mlarat,di qodar kaya tetap kaya,dipasti mati pasti mati,dan sebagainya. Disamping itu,orang yang diberi keistimewaan seperti tadi kok pasti orang baik.

      Belum tentu. Nabi Isa AS dapat menghidupkan orang mati. Seorang Nabi. Dilain pihak dadjal diberi seperti itu juga. Jadi tidak bisa dipakai ukuran baik atau tidaknya orang. Yang dapat dipakai patokan,yang anti selip,istilah Wahidiyah yaitu orang yang LILLAH BILLAH,LIRROSUL BIRROSUL. Ini anti selip. Tapi ya mungkin pengalaman seseorang,nampaknya seperti iya-iya ‘o,tapi sesungguhnya ada latar belakangnya linafsi binafsi. Mungkin,oleh karena itu perlu sekali adanya senantiasa koreksi pribadi apakah sungguh-sungguh sudah tepat LILLAH BILLAHkah atau sebaliknya LINAFSI BINAFSI !. Maka dari itu sekali lagi perlu kita koreksi diri senjlimet-jlimet. Seteliti-telitinya. Istilah orang menyaring atau orang mengayak tepung disaring sekali,disaring lagi,disaring lagi,harus disaring lagi dan seterusnya. Sudah lembut,harus disaring lagi agar tambah lebih lembut lagi. Sebab mungkin masih ada kotoran,itu perlu !.

      Arab hal 28

      (Mengabdilah kepada Tuhanmu,memper Tuhanlah kepada Tuhanmu sampai mati).
      Artinya terus jangan sampai mandeg ditengah jalan.Sekalipun bagaimana lembutnya atau tingginya. Itu masih mungkin sekali ada kotorannya atau kurang tepat. Karena itu perlu sekali adanya senantiasa koreksi yang makin meningkat makin meningkat. Ya mudah-mudahan para hadirin hadirot pengajian mingguan ini diridloi Alloh wa Rosulihi SAW. Qodar,kepastian. Orang yang yakin kepada qodar,yang itu sudah seharusnya,sebab itu setengah dari pada rukun iman,itu otomatis membuahkan keadaan yang baik. Kalau orang ingat kepada qodar,dia diwaktu dalam keadaan seret ekonominya dia tidak putus asa,tidak menjadi gelap mata. Dia senantiasa ridlo. Kalau orang yang ingin diridloi Tuhan,diantaranya harus ridlo kepada Tuhan.



      (Dan keridloan Alloh adalah yang lebih besar,itu adalah keberuntungan yang besar).
      Padahal di akhirat yang paling besar adalah keridloan Alloh. Dus kalu orang menyadari kepada qodarnya Tuhan, pasti ridlo kepada Tuhan,diwaktu seret atau menghadapi kesulitan terutama,atau menghadapi soal yang tidak di inginkan. Lagi pula dia tidak ngongso-ngongso kalau memang tidak di qodar Tuhan tentu tidak berhasil,dan sebagainya. Banyak kebaikan-kebaikan dari adanya sadar kepada qodar. Selain itu orang yang menyadari qodarnya Tuhan tidak akan iri hati kepada orang lain yang lancar ekonominya misalnya. Dus banyak manfaatnya. Banyak sekali manfaat yang menunjang ketenangan batin,ketentraman jiwa manusia. Karena itu iman kepada qodar adalah setengah dari pada bidang yang harus ditingkatkan dan harus dipupuk. Disamping mengisi bidang-bidang lain.

      Kembali pengajian, “sawaabiqul himam laa tahriqu aswaarol aqdaari”. Himah, semangat yang berkobar-kobar yang mendahului yang menerobos,yang dimaksud semangat berkobar-kobar yang mendahului yaitu kekuatan jiwa,mencipta apa yang akan dicipta dan kenyataan seketika. Misalnya seperti ada dongengan,zaman kuno ada masjid tiban, kalau itu memang betul-betul ciptaan.sebab mungkin suatu ciptaan,dengan ““sawaabiqul himam” istilah disini, itu mungkin persiapannya tidak diketahui orang,lalu tahu-tahu jadi. Itu mungkin. Hal – hal seperti kekuatan jiwa itu tadi bagaimanapun tidak bisa merubah qodar. Bahkan kekuatan jiwa itu sendiri juga dari qodar. Artinya,dia tidak punya kehendak mencipta kalau tudak di qodar oleh Tuhan. Seperti juga soal ikhtiar,berjuang,usaha,itu juga di qodar. Karena,dia tidak akan usaha kalau tidak di qodar usaha. Dus pokoknya semua makhluk,dhohiron wa bathinan,semuanya termasuk didalam qodar. Sudah direncanakan oleh si pembangun,istilah pembangunan. Sudah ada suratan atau tulisan di Loh Mahfudz .

      Loh Mahfudz itu,semacam papan rencana makhluk sari pertama sampai penghabisan,semuanya termasuk didalamnya.Tulisan yang didalam Loh Mahfudz masih bisa dirubah.Tapi yang asli,itu yang permanen,tidak bisa dirubah.Qodar itu da yang mu’allaq,yaitu yang masih bisa dirubah,dan ada qodar mubrom atau mhkam yang sudah tetap tidak bisa dirubah dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.Qodar mu’allaq bisa ditawar.Artinya sudah diusahakan dapat dirubah.Adapun qodar mubrom,itu tetap tidak bisa diusahakan.

      Dus soal qodar,iman atau menyadari qodar,itu setengnah dari pada ruklunya iman.Artinya,kalau orang tidak percaya bahwa segala sesuatu sudah diqodar seratus persen oleh Alloh SWT.Kok tidak percaya ini,itu namanya tidak iman kepada Alloh SWT.Ya mudah-mudahan iman atau keyakianan kita semua,keseluruhannya dibarengi selamat dunia akhirat !. Atau mudah-mudahan kulo panjenengan diparingi iman yang sempurna !,atau keyakinan yang sempurna !. Mudah-mudahan,yang diridloi Alloh SWT !.

      Arab hal 30

      Bebaskan dirimu dari tabdir. Tadbir sama dengan mengatur,enakan-istirahatkan dirimu dari untuk untuk mengatur dirimu. Bidang ekonomi atau bidang lain-lain. Soal sandang,soal pangan,soal papan dan lain-lain. Jangan kamu atur sendiri,jangan merepotkan diri kangelan ngatur semuanya itu,sebab hal-hal yang sudah ada yang kompenten mengurusnya,kamu jangan campur tangan. Hal-hal yang sudah di urus dan sudah dirampungkan orang lain,jangan campur-campur !. Bidangmu,kewajibanmu masih banyak yang harus dikerjakan.
      Dus mudahnya tabdir itu mengatur. Misalnya soal ekonomi,soal makan,itu sudah diatur dan di urus oleh Tuhan.

      Arab hal 30

      ( Dan tidak ada satu binatangpun di bumi (termasuk manusia).Melainkan Tuhan yang memberi rejeki,dan Tuhan Maha Mengetahuio tempat tinggalnya dan tempat berlindungnya).

      ”DAABBAH” = barang hidup yang ada di bumi. Mestinya ya yang ada di bumi juga yang ada di lainnya bumi. Itu semua “Illa ‘alallohi rizquha” tidak ada selain Alloh yang menanggung rizkinya. Jadi kalu rizkinya sudah di tanggung Tuhan,dicukupi Tuhan,kok ikut cawe-cawe soal yang sudah dicukupi,itu pertama,tidak ada gunanya,sebab dia masih ada tugas dan kewajiban lain. Kedua,itu namanya menggasab haknya lain,kompentensi lain,yaitu haknya Tuhan.
      Tuhan,Tuhan yang mencukupi,kok campur-campur.

      Dus semua makhluk yang hidup soal rejekinya sudah di cukupi oleh Tuhan. Jadi manusia tidak perlu memikirkan soal rezeki.

      Yang di tanggung oleh Alloh SWT rizki,ada dua. Yaitu rizki primer yaitu rizki yang tidak ada itu,tidak bisa hidup. Ini yang di tanggung Tuhan,terbatas,adapun lainnya,itu tidak di tanggung Tuhan. Umumnya mengenai banyak dan sedikitnya yang di butuhkan manusia,relatif. Sekian kurang,sekian kurang. Tidak ada batasnya,yang di tanggung Tuhan,yaitu rizki yang kalau tidak mendapat rizki itu tidak bisa hidup. Umpamanya satu gelas air. Kalau tidak satu gelas ini tidak bisa hidup mati. Ya satu gelas ini di tanggung. Jadi terbatas sekali. Adapun lainnya,yang berlebih,lebih-lebih yang sampai berlimpah-limpah,tidak di tanggung Tuhan. Lalu selain itu, mengatur atau mengusahakan atau memperhatikan apa-apa yang sudah di tanggung. Itu namanya buang-buang waktu dan tenaga. Tidak boleh. Maksudnya tidak boleh itu, tidak didasari LILLAH BILLAH. Kalau didasri LILLAH BILLAH, itu sih bukan memperhatikan lagi, tapi melaksanakan perintah LILLAH !, Jadi jangan sampai salah menafsirkan. Memperhatikan dengan LILLAH BILLAH. Ini yang memperhatikan ini Tuhan. BILLAH !, jadi hanya ujud lahirnya saja yang memperhatikan,sedang sesungguhnya yang memperhatikan itu Alloh. BILLAH. Disamping itu,dengan dasar niat LILLAH melaksanakan perintah. Bukan di dorong oleh keinginan atau kebutuhan nafsunya.

      Jadi kalau begitu,baik itu rizki yang di tanggung Tuhan yang terbatas tadi,atau rizki yang tidak di tanggung,yang tidak terbatas,mengusahakan itu,memikirkan atau memperhatikannya kalau tidak didasari LILLAH BILLAH,itu terkecam. Tapi kalau didasri LILLAH BILLAH,dengan sendirinya sudah tidak menjadi persoalan lagi.
      Rizki yang bertumpuk-tumpuk,yang melampaui batas,keterlaluan,ini sekalipun dengan niat LILLAH,tidak boleh sebab itu isrof namanya dalam bahasa arab. Melampaui batas atau belebih-lebihan.yah,harus sekadarnya. Jangan sampai menyolok kekayaan. Pada hal di tengah-tengah masyarakat masih banyak yang miskin kelaparan. Jadi orang ayng sudah banyak rizkinya,sangat menyolok,kok masih mempeng,ini mempengnya tidak bolleh di dasari LILLAH,sebab isrof dan isrof itu dilarang Tuhan dan perkara yang dilarang tidak boleh di dasari LILLAH. Su’ul adab !. Jelas itu nanti hanya untuk numpuk buat pribadinya sendiri saja. Kalau memang dasar LILLAH,mestinya hasil yang berlebih itu harus digunakan untuk menolong kepada siapa saja yang wajar ditulung. Dan untuk membiayai apa-apa yang harus dan patut dibiayai. Jadi soal LILLAH,itu terbatas hanya buat soal-soal yang diridloi Alloh wa Rosulihi SAW.

      Soal mengatur atau mengusahakan,masalah ekonomi misalnya,pertama harus,yang diridloi Alloh wa Rosulihi SAW !. Dan jangan sampai merugikan pihak lain. Kedua harus,di dasari disamping BILLAH yaitu LILLAH !. Kalau sungguh-sungguh didasari LILLAH disamping BILLAH,ini bukan nama memperhatikan,sebab dasar BILLAH, jadi bukan dia yang memperhatikan. Dan kedua LILLAH,dus tidak berarti memperhatikan melainkan melaksanakan perintah :

      Dawuhnya Syekh Sahal At-Tustari :
      Arab hal 32
      ( Barang siapa mengecam usaha,berarti mengecam sunnatu Rosulillah SAW ).

      Arab hal 33
      ( Dan barang siapa yang mengecam tawakkal menyerah bongkokan pada Tuhan,berarti mengecam iman,mengecam soal iman ).

      Memang sudah di qodar begitu begini,di kecam. Ini sama saja mengecam iman. Soal ikhtiar misalnya. Orang kok hanya usaha saja,tidak mau tawakkal tidak mau pasrah saja kepada Tuhan,mengecam begini sama halnya dengan mengecam sunnah syare’at Rosululloh SAW. Menyalahi sunnah atau ajaran yang dibawa Rosululloh SAW. Syare’at. Begitu juga barang siapa yang mengecam tawakkal tidak mau usaha tidak mau ikhtiar umpamanya,ini namaya mengecam atau meninggalkan iman.

      Jadi kedua-duanya harus di isi. Mengisi bidang syare’at,uasaha,beramal,bekerja,tapi dalam pada itu harus yakin,iman. Bahwa segala sesuatu Tuhan yang menciptakan,yang menciptakan,yang menentukan. Bukan karena amalku,bukan karena usahaku. Bahkan amalku,usahaku ini hanya BILLAH,Tuhan yang menciptakan. Harus begitu. Ada istilah :

      Arab hal 33
      Berkata Abu Said al Khorroj.
      Tawakkal itu “Idltirob”-bergerak,anti diam ongkang-ongkang dengkul. Tapi “Wa sukuunun bilaa idltirobin”diam anti bergerak. Artinya,lahiriyahnya harus bergerak,usaha,jangan pasif,tapi hatinya tenteram,tenang dan yakin kepada Tuhan. “Bilaa idltirobin”-tidak goyang,tidak mamang,tidak bingung,ya mudah-mudahan para hadirin hadirot,kita di karuniai “idltirobun bilaa sukuun” wa “sukuunun bilaa idltirob” !. Bergerak,aktif,anti diam. Tapi hatinya tenang,diam tenteram,tidak goyang,anteng. Yakin seyakin-yakinnya kepada Alloh wa Rosulihi SAW.

      Atau ada istilah lain,tapi ini soal kesadaran. Yaitu : “AL ‘AARIF KAAINUN BAAINUN” orang yang sadar kepada Alloh,itu lahirnya di tengah-tengah masyarakat, “KAAINUN”. Ta.pi batinnya “BAAINUN” jauh dari masyarakat. Hatinya senantiasa dihadapan Alloh wa Rosulihi SAW. Ya mudah-mudahan kita dikaruniai seperti itu dan terus meningkatkan kesadaran itu. Itu tadi setengah dari pada keadaan Rosululloh SAW,jadi lahirnya berada ditengah-tengah masyarakat berjuang untuk masyarakat,tapi batinnya senantiasa hudlur,senantiasa tawakkal,senantiasa berdepe-depe kepada Alloh SWT.

      Para hadirin hadirot,ya mudah-mudahan pengajian pagi ini benar-benar di ridloi Alloh wa Rosulihi SAW. Dan mudah-mudahan kita dikaruniai dapat mengetrapkan yang setepat-tepatnya !. Lebih-lebih hubungan dengan perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosulillahi SAW. Amiin !, Amiin !, Amiin !.

No comments:

Post a Comment