Saturday, February 22, 2014

007.02.373 - NUR ILAHI - (Pengajian Kitab Al- Hikam dan Kuliah Wahidiyah Ahad Pagi - oleh Hadrotul Mukarrom Mbah KH. Abdul Madjid Ma'roef - Mu'allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA, Alghouts Fii Zamanihi).

YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
II. 02. 373 "PENGAJIAN ALHIKAM DAN KULIAH WAHIDIYAH AHAD PAGI"

007.02.373 - NUR ILAHI - (Pengajian Kitab Al- Hikam dan Kuliah Wahidiyah Ahad Pagi - oleh Hadrotul Mukarrom Mbah KH. Abdul Madjid Ma'roef - Mu'allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA, Alghouts Fii Zamanihi).

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
( اْلاَنْوَاَرُ مَطَايَا الْقُلوبِ وَاْلاَسْرِارِ )

“NUR ILAHI”, yaitu NUR-cahaya yang diberikan Alloh kedalam hati, nur maknawi, atau rasa dalam hati, yang biasanya sebagai hasil dari zikir atau riyadhoh atau mujahadah-mujahadah, rasa atau perasaan dalam hati yang mengarah kepada hal-hal yang baik, yang menggerakkan kepada soal-soal yang diridhoi oleh Alloh, yang menggerakkan kepada perbuatan-perbuatan yang membuahkan manfaat bagi lain orang dan umat dan masyarakat, pokoknya gerak hati yang mengarah kepada Alloh SWT. Nur Ilahi seperti itu merupakan “kendaraan hati” yang nengantar kepada yang dituju oleh hati, yaitu masuk kedalam istana kesadaran dan dekat kepada Tuhan.
“MATHOOYAL-QULUUB WAL ASROOR” - kendaraannya hati dan kendaraan bermacam-macam rahasia, yaitu batinnya hati.

اَلنُّوْرُ جُنْدُ الْقَلْبِ كَمَا اَنَّ الظُّلْمَةَ جُنْدُ النَّفْسِ

“NUR” adalah merupakan pasukan tentaranya hati yang menghantarkan kepada apa-apa yang dimaksud atau yang dituju oleh hati. Tujuan hati yang sebenar-benarnya, yang asli adalah sadar kepada Tuhan. Bentuk-bentuk lain yang bermacam-macam itu seharusnya hanya sebagai batu loncatan untuk menuju kepada Tuhan. Hati yang tidak menuju kepada Tuhan, hati yang hanya berputar-putar mondar-mandir didalam hal-hal selain Tuhan, adalah hati yang tidak normal. Hal yang abnormal, Hati yang sudah keluar dari keasliannya. Sekali lagi hati yang normal yang asli, tujuan dan acaranya hanya kepada Tuhan !.

“NUR” adalah balatentaranya hati, seperti halnya “gelap” atau kegelapan adalah pasukannya nafsu. Kegelapan adalah tabiat hamba. Hati yang dalam kegelapan yaitu hati yang dikuasai oleh nafsu. Nafsu ingin atau mengajak berbuat begini begitu perbuatan-perbuatan yang terlarang, perbuatan-perbuatan yang tidak diridloi Tuhan, perbuatan-perbuatan yang merugikan. Hanya mau cari kepuasan nafsu belaka !. Yang penting puas. Itu nafsu Tidak peduli bagaimana akibatnya!.

فَاِذَا اَرَدَ اللهُ اَنْ يَنْصُرَ عَبْدَهُ اَمَدَّهُ بِجُنُوْدِ اْلاَنْوَارِ وَقَطَعَ عَنْهُ مَدَدَ الـظُّلْمِ وَاْلاَغْيَارِ

(Maka jika Alloh menghendaki menolong hamba-NYA, Alloh memelihara si hamba itu dengan Tentara-Nur mdan Alloh melindunginya dari serangan kegelapan dan dari pengaruh lain-lain).

Orang yang ditolong oleh Tuhan otomatis hatinya diterangi dengan Nur - Cahaya. Sehingga dia tahu benar dan menyadari bahwa ini dikecam tidak diridhoi Tuhan, itu baik, diridhoi Tuhan dan bermanfaat. Sehingga dia tahu dengan sesungguhnya tahu dan menyadari bahwa ini haq - benar, itu salah - bata. Alloh SWT melindungi orang-orang yang dikehendaki-NYA. Jadi dari perkara-1 perkara yang gelap. Dihindarkan dari pengaruh-pengaruh negatif yang menimbulkan kegelapan dalam hati.

Banyak terjadi dalam pengalaman sehari-hari bahwa seseorang pada suatu waktu bermaksud melakukan perbuatan atau pekerjaan-pekerjaan bak yang diridloi Alloh dan bermanfaat. Tetapi karena situasi atau karena sesuatu hal maka pekerjaan-pekerjaan yang baik yang akan dilakukannya itu tidak jadi dilaksanakan. Malah, ada yang saling gonto istilah bahasa Jawa, ganti acara pindah tujuan. Ini namanya dia terkena pengaruh-pengaruh negatif dari nafsunya Dia dikepung oleh tentara nafsu, yaitu kegelapan. Dia dikalahkan oleh nafsunya Ini mungkin dan bahkan sering kali terjadi dalam pengalaman batin seseorang Akan tetapi jika Alloh SWT menghendaki menolongnya, otomatis dia dilindung dari pengaruh negatif dari nafsunya tadi. Dia dapat mengalahkan nafsunya dengan izin Alloh SWT. Sehingga dia berhasil melaksanakan pekerjaan-pekerjaan baik yang bermanfaat yang dia maksudkan semula. Inilah yang digambarkan disini bahwa dia mendapat pertolongan Alloh dengan “JUNUUDUL-ANWAAR” -tentaranya Nur-Cahaya.

Sedangkan orang yang tidak mendapatkan pertolongan dari Tuhan, tidak menerima “JUNUUDUL-ANWAAR”, sekalipun dia tahu ini baik, itu buruk, akan tetapi dia tidak berhasil melakukan perkara yang baik tadi, tidak mampu menghindarkan diri dari hal-hal yang buruk yang diketahuinya tadi. Dia punya karep atau tujuan baik, akan tetapi mandeg terhenti ditengah jalan. Kalah oleh pengaruh-pengaruh nafsunya.

Untuk mengatasi keadaan-keadaan tersebut diatas, ya harus usaha. harus senantiasa mawas diri dalam segala hal !. Harus senantiasa berdepe-depe memohon kepada Alloh SWT !. Memperbanyak mujahadah-mujahadah ! Selalu menyadari bahwa dirinya “DHOLUUMUN – KAFFAAR”- penuh kegelapan,' ‘dholim dan tertutup rapat dari rohmat Alloh Ta’ala!. Harus senantiasa menguatkan himmah dan kemauannya !. Ajakan nafsu dalam bentuk apapun harus dihindari, jangan diturutkan !

اَلنُّوْرُ لَهُ الْكَشْفُ وَالْبَصِيْرَةُ لَهَا الْحُكْمُ وَاْلقَلْبُ لَهُ اْلاِقْبَالُ وَاْلاِدْبَارُ

“NUR” atau cahaya dalam hati mempunyai daya yang dapat membuka tabir “kasyfu”, sehingga dapat diketahui manfaat tho’at dan keburukannya maksiat. Dapatnya tahu itupun merupakan nur juga. Adapun “BASHIIROH”, bashiiroh = pandangan atau penglihatan batin, adalah yang melihat dan menentukan atau menetapkan. Menetapkan itu baik, ini buruk dan sebagainya. Sekalipun ada “Nur” atau bashiirohnya tidak memandang ya tidak mengetahui. Begitu juga sekalipun Sashiirohnya memandang, jika tidak ada “Nur”- cahaya yang menerangi, juga tidak kelihatan hal-hal yang baik dan perkara yang buruk. “WAL QOLBU LAHUL IQBAAL WAL IDBAAR” - dan hati mempunyai kebebasan bergerak dan berubah-rubah. Terkadang menghadap dan terkadang membelakangi (mungkur). Terkadang ada perhatian, dan terkadang menganggap sepi, acuh tak acuh.

فَإِذَا كُشِفَ لَهَا عَنْ حُسْنِ الطَّاعَةِ وَقُبْحِ الْمَعْصِيَةِ أَقْبَلَ الْقَلْبُ عَلَى الطَّاعَةِ وَاَحَبَّهَا فَتَتَّبِعُهُ الْجَوَارِ اَوْ اَدْبَرَ عَنِ الْمَعْصِيَةِ فَلاَ تَتَلَبَّسُ بِهَا الْجَوَارِأ....

Jadi, jika “bashiiroh” meiihat dan mengetahui baiknya tho’at dan jeleknya maksiat, maka hati menjadi madep dan menaruh perhatian kepada tho’at. Ada sambutan dari hati. Hati mengalami suatu situasi memandang baiknya tho’at, maka anggota lahirnya pun mengikuti situasi itu atau hati lalu memerintah anggota lahir untuk mengerjakan apa yang menjadi gerak hati.yaitu menghendaki tho’at dan menjahui soal-soal yang dikecam atau maksiat.

وَيُحْتَمِلُ أَنَّ الْمَعْنَى أَنَّ النُّوْرَ لَهُ الْكَشْفُ عَنِ الْمُغَيَّبَاتِ كَأَسْرَارِ الْقَدْرِ ....

Pengertian lain ialah, bahwa “NUR” mempunyai daya membuka barang ghoib. Perkara-perkara yang ghoib menjadi kelihatan karena adanya “NUR” atau cahaya. Selanjutnya “BASHIROH” atau pengelihatan hatilah yang meraba sehingga dapat tahu itu putih, ini merah dan sebagainya. Sehingga tahu soal-soal yang akan terjadi. “Weruh sakdurunging winarah” - kata dalam bahasa Jawa.

ثُمَّ هَذَا الْكَشْفُ وَاْلاِدْرَاكُ قَدْ لاَيَكُوْنَانِ تاَمَّيْنِ ...

Hasil penglihatan hati “kasyfu” dan “idrok” itu terkadang tidak jelas dengan sempurna. Hanya remeng-remeng, samar-samar. Ini antara lain tergantung kepada sehat dan tidaknya “mata hati” ketika memandang. Maka dari itu jika kita dikaruniai dapat melihat perkara-perkara ghoib, harus lebih berhati-hati!. Perkara yang manfaat misalnya. Apabila kita dikaruniai mengetahui perkara-perkara yang manfaat, harus lebih berhati-hati, harus dikaji yang seluas- luasnya !. Begitu juga ketika kelihatan perkara-perkara yang kurang atau tidak manfaat. Harus diteliti yang sungguh-sungguh. Sebab mungkin, apa yang kelihatan manfaat, itu pada hal sesungguhnya tidak manfaat. Dan apa yang kelihatan tidak manfaat, ternyata justru itu manfaat. Harus lebih berhati-hati !. Jangan begitu saja mengikuti apa yang terlihat dalam pandangan hati kita !. Sebab mungkin “hati kita” pada waktu itu tidak atau kurang sehat, sehingga memperoleh gambaran-gambaran yang kurang tepat pula. 
Lebih-lebih soal-soal yang menyangkut agama. Jika apa yang kelihatan oleh mata hati atau “kasyfu” atau “idrok” itu ternyata berlawanan dengan hukum, tidak boleh diturut!. Dan jika penglihatan batin itu sangat kuat Bagaimana ?. Yah, sekalipun kuat, jika bertentangan dengan hukum agama, harus diselidiki lagi lebih dalam !. Perlu ditanyakan kepada orang yang lebih ahli, yang dapat memberi jawaban masalah ini.
Jadi ringkasannya, dalam menghadapi segala sesuatu hati harus selalu, .......Selalu FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !. Berbuat dengan perbuatan yang diridhoi Alloh SWT wa Rosuulihi saw, dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang terkecam atau yang merugikan orang lain !.

لاَتُفَرِّحْكَ الطَّاعَةُ لأَِنَّهَا بَرَزَتْ مِنْكَ وَافْرَحْ بِهَا ِلأَنَّهَا بَرَزَتْ مِنَ اللهِ إِلَيْكَ...

Jangan bungah, jangan gembira, jangan bangga karena adanya tho’at yang dikerjakan, tetapi banggalah, gembiralah atas tho’at tadi yang tho’at itu adalah fadhol atau pertolongan dari Alloh SWT kepadamu !.
Barang siapa yang gembira ketika dapat mengerjakan tho’at begitu saja, tidak gembira karena mendapat pertolongan Alloh, itu namanya LINNAFSI BINNAFSI !. Seharusnya gembira karena mendapat fadhol pertolongan Alloh SWT sehingga dapat menjalankan tho’at !. Jadi orang gembira hanya karena dapat berbuat baik, itu namanya LINNAFSI BINNAFSI. Harus diteruskan kepada Tuhan asal datangnya berbuat baik itu!.
Istilah lain, orang yang gembira karena merasa dapat berbuat baik atau mengerjakan tho’at, dinamakan “ujub”. Ujub = merasa mempunyai kebaikan. Ini sangat dilarang karena dapat menghapus segala amal-amal ibadah. Menjadi sebabnya amal ibadah ditolak oleh Tuhan.
Jadi harus selalu memandang kepada fadholnya Tuhan. BILLAH mudahnya!. Jadi berarti syukur tidak lain pengetrapannya ialah BILLAH disamping LILLAH !.

قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَالِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ ( يونوس : ٥٨ )

Ini firman Tuhan. “Katakanlah wahai Mohammad, bahwa sebab fadhol dari Alloh dan rohmat-NYA maka dengan itu sampaikanlah kepada ummat agar mereka bergembira, yang demikian itu lebih baik dari apa-apa yang mereka kumpulkan berupa tho’at, materi atau moril yang engkau aku karyamu sendiri.

Jadi dikaruniai dapat mengerjakan tho’at, itu adalah fadholnya Alloh SWT yang besar sekali. Harus gembira dan syukur karena itu !. Tapi kalau gembira hanya karena wujudnya bisa melakukan tho’at begitu saja, ini yaitu tadi, LINNAFSI BINNAFSI dan pasti ujub dalam tho’at atau ibadah itu !. “WA ILA ROBBIKAL MUNTAHA !”. Harus terus diarahkan kepada Tuhan !. Notog kepada Tuhan.
Sekalipun kurang sempurna didalam ibadah, tapi sesungguhnya asal betul-betul LILLAH BILLAH otomatis sempurna, LILLAH sudah mencakup meliputi lahiriyah dan batiniyah. LILLAH syari’at. “ASYSYARII ‘ATU AN TA’AMALA LILLAH”. Yang disebut syari’at-syari’at agama, yaitu sekiranya berbuat dengan ikhlas LILLAHI TA’ALA. Baik perbuatan lahiriyah maupun batiniyah. Dan BILLAH adalah bidang haqiqot. Maka apabila beramal dengan LILLAH BILLAH otomatis diridhoi oleh Alloh SWT. LILLAH BILLAH sekalipun hanya dua patah kata tetapi meliputi dan mencakup keseluruhan, lahir batin dunia akhirot, dalam segala bidang. Sebab merupakan realisasi dari dua syahadah “ASYHADU AN LAAILAAHAILLALLOH ASYHADU ANNA MOHAMMADAR-ROSUULULLOH”.

Para hadirin hadirot, mudah-mudahan pengajian pagi ini diridhoi oleh Alloh wa Rosuulihi saw dan membuahkan manfaat yang sebanyak-banyaknya !. Mudah - mudahan didalam kita mengetrapkan apa yang sudah kita bahas tadi benar-benar diridhoi Alloh SWT !. Ya itu kita senantiasa mendapat fardhol dari Alloh SWT sehingga dapat memanfaatkan dan mengalahkan nafsu kita masing-masing, sehingga kita dapat melaksanakan apa-apa yang diridhoi Alloh wa Rosuulihi saw, yang memanfaati kepada ummat dan masyarakat dhohirron aathinan !. Kalau hanya manfaat lahir saja, manfaat materi saja, batin tidak manfaatnya, ini sesungguhnya tidak manfaat. Sesungguhnya malah merugikan. Seperti yang disabdakan Syekh Abdus - Salam bin Masyisy :

مَنْ دَلَّكَ عَلَى الدُّنْيَا فَقَدْ غَشَّاكَ

Orang yang memberi petunjuk kepadamu, bahkan memberi sekalipun, soal dunia, berarti ini orang yang menipumu. Menjerumuskan kepadamu. Menjerumuskan ?. Sebab dengan diberi uang atau materi atau diberi petunjuk soal ekonomi sehingga dapat memperoleh keuntungan-keuntungan materi, ini lalu digunakan untuk menuruti nafsunya belaka. Jadi kalau begitu, si pemberi tadi bukan menguntungkan melainkan merugikan !. Inilah bahayanya. “MAN DALLAKA’ ALAD-DUNYA FAQOD GHOSYSYAAKA”. Orang yang menunjukkan engkau tentang dunia adalah sesungguhnya dia telah menipu menjerumuskan dirimu. Sebelum mendapat petunjuk soal dunia, orang tidak begitu mudah menuruti nafsunya. Tetapi setelah dapat mencari dunia dengan mudah karena adanya petunjuk tadi, dia lalu berlarut-larut ngujo nuruti kepuasan nafsunya. Ini tertipu namanya.
Itulah suatu contoh hal-hal yang hanya memanfaati soal dunia atau materi saja. Maka, manfaat harus batin. Manfaat dunia dan manfaat akhirot!. Lahiriyah diberi petunjuk soal materi, soal dunia, dan batiniah diberi soal kesadaran kepada Alloh SWT sehingga dia dapat menggunakan materi itu bukan untuk memuaskan nafsu saja, melainkan menggunakannya untuk FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW.
Sekalipun hanya soal makan misalnya. Seseorang “Aku makan karena lapar”. Ini berarti hanya nuruti pada nafsunya. Yang seorang lagi “aku makan demi menurut perintah Alloh, ibadah kepada Alloh LILLAH”. Dan merasa BILLAH, tidak merasa dirinya ada kemampuan makan. Sekalipun sama-sama makan, tetapi antara keduanya ada perbedaan nilai yang jauh sekali. Yang pertama nuruti atau ngujo nafsu, dan yang kedua betul-betul ibadah kepada Alloh, dan bebas dari imprialis nafsunya. Yang pertama terjerumus kedalam jurang jahanam, dan yang kedua tadi, diridhoi Alloh wa Rosuulihi saw. Pada kelihatannya perbedaan hanya saklapan. Tetapi sesungguhnya berbeda!. Yah, memang begitulah, segala sesuatu itu makin halus makin besar akibatnya. Jika untung ya untung besar, tetapi jika rugi, juga rugi yang sangat besar sekali. Suatu contoh lagi, soal menghormati kepada tamu misalnya. Yang : menghormat tamunya dengan sungguh-sungguh ikhlas LILLAHI TA’ALA. Yang lain menghormat tamunya ada pamrih. Pamrih begini begitu. Atau karena biar bisa menguasai si tamu misalnya. Sekalipun pada lahirnya kelihatan sama-sama menghormat, tetapi ada perbedaan yang menyolok sekali. Yang pertama, yang menghormat dengan ikhlas LILAHI TA’ALA, adalah terpuji dan diridhoi Alloh wa Rosuulihi saw. Yang kedua, menghormat tamu karena menguasai orangnya, menguasai hartanya, atau menguasai pengaruhnya dll. Adalah sangat terkecam dan sangat membahayakan. Membahayakan bagi orang lain atau ummat masyarakat.

Itulah gambaran-gambaran mengenai pekerjaan hati. Maka soal menertibkan hati penting sekali kita perhatikan !. Tetapi ini tidak berarti kita boleh mengesampingkan soal pekerjaan-pekerjaan lahiriyah !. Lahiriyah harus pula kita kerjakan sebaik mungkin menurut yang semestinya dan setepat-tepatnya, dan soal batiniyah atau hati harus kita atur yang sebaik mungkin !.
Pendek kata kita harus menguasai segala bidang !. Harus “YUKTI KULLA DZII HAQQIN HAQQOH”!. Sekalipun perkara kecil atau remeh !.
Ada suatu dawuh kata-kata yang maksudnya kurang lebih :

اِنَّ اللهَ تَعَلَى خَبَاءَ ثَلاَثَةَ أَشْيَاءَ فِىْ ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ

“INNALLOHA TA’ALA KHOBA-A TSALAATSATA ASYYAA-A FII TSALAATSATI MAWAADLI’A”.
(Sesungguhnya Alloh Ta’ala menempatkan, maksudnya merahasiakan tiga perkara didalam tiga tempat), satu yaitu, menempatkan ridho-NYA didalam ibadah, oleh karena itu: 

فَلاَ تَسْتَحْقِرْ طَاعَةً اَىْ وَلَوْ صَغِيْرَةً

“FALAA TASTAHQIR THO'ATAN Al WALAU SHOGHIIROTAN”!. Jangan menganggap remeh kepada tho’at, sekalipun betapa kecilnya !. Sebab mungkin didalam tho’at yang ringan sekalipun, sekalipun hanya sunnat yang tipis sekali, mungkin disitu Alloh Ta’ala meletakkan RIDHO-NYA !. Ada lagi yaitu Alloh Ta’ala meletakkan atau merahasiakan BENDU-NYA didalam maksiat. Oleh karena itu jangan sekali-kali menganggap enteng kepada maksiat sekalipun maksiat kecil!. Mungkin sekalipun maksiat kecil, dapat menjadi sebab BENDU-NYA Alloh Ta’ala!.

Banyak cerita-cerita dalam sejarah tentang Tho’at kecil menjadi sebabnya Alloh Ta’ala meridhoinya. Antara lain Sayyidinaa Umar Ibnul Khottob rodhiyallohu ‘anhu. Pada suatu waktu melihat anak kecil bermain-main dengan seekor burung kecil. Lalu burung itu dibeli oleh Sayyidina Umar dan kemudian burung itu dilepas dibebaskan. Lha inilah antara lain yang menjadi sebabnya Sayyidina Umar selamat dari kuburnya. Pada hal ini soal sepele kelihatannya. Ada lagi. Yaitu Imam Ghozali. Imam Ghozali ketika sedang mengarang ada seekor lalat meminum tinta yang dipakai menulis karangannya. Beliau kemudia berhenti mengarang. Kasihan ada lalat sedang minum tintanya Inilah juga antara lain menjadi sebabnya Imam Ghozali diselamatkan oleh Alloh SWT.

Itulah contoh-contoh kejadian, dimana-mana Alloh Ta’ala meletakkan RIDHONYA didalam Tho’at. Oleh karena itu kita jangan sampai menganggap remeh terhadap Tho’at, betapapun kecilnya.
Begitu juga soal maksiat !. Jangan menganggap remeh betapapun kecilnya !. Ada seorang ketika berjalan-jalan memungut sebatang kayu kecil dari pagar tetangganya untuk tusuk gigi. Lha ini ternyata kemudian di alam kubur disiksa sampai berpuluh-puluh tahun akibat perbuatannya mengambil sebatang kayu tusuk gigi dari pagar tetangganya tadi. Banyak yang serupa dengan itu. !. Sekalipun kecil jangan sampai dianggap remeh !. Lebih-lebih yang besar!. Membiarkan lalat minum tinta, sudah begitu buahnya bagi Imam Ghozali. Lebih- lebih memberi kesempatan kepada manusia, lebih-lebih !. Sedangkan menyelamatkan lalat atau burung kecil saja sudah begitu, lebih-lebih menyelamatkan manusia dari cengkraman imprialis nafsunya !. Lebih-lebih !. Lebih -lebih, para hadirin hadirot!.

Namun demikian para hadirin hadirot, kita tidak boleh begitu saja jalan kita !. Kita harus menggunakan fikiran kita !. Kita harus mengunakan pertimbangan-pertimbangan !. Antara lain seperti qo’idah dalam Usulul-fiqhi:

فِىْ الضَّرَرَيْنِ اَخْدُ اَخَفِّهِمَا

“FIDL-DLOROROINIAKHDZU AKHOFFTHIMA”. Ada dua macam kerugian yang kita mau tidak mau harus, dipaksa mengalami salah satu. Menghindar dari tidak mungkin. Karena terpaksa oleh situasi dan kondisi dan lain-lain. Ini kita harus memilih kerugian yang paling kecil, paling ringan !. Rugi 1000 atau 100 ?. Kita harus memilih yang rugi 100 !. “FIDH-DHOROROINI AKHDZU AKHOFFHIMA”. Didalam dua bahaya atau dua kerugian, kita harus memilih yang ringan !. Ini sebenarnya berlaku untuk umum dalam segala bidang. Baik soal ekonomi atau lain-lain apa saja, ini menjadi suatu qo’idah. Dalam menghadapi kerugian atau bahaya, yang mau tidak mau kita pasti mengalaminya, ini kita memilih yang paling ringan !. Selama mampu, otomatis. Adapun tidak mampu, ini lain soal.

Begitu juga dalam keuntungan. Hanya istilahnya yang berbeda. Ada dua keuntungan, yang satu untung banyak, dan yang satu untung sedikit. Untung 1000 dan untung 100, ini harus memilih untung 1000 !. Jadi bisa kita golongkan “TAQDIMUL AHAM”. Mendahulukan yang lebih penting. Atau mengenai kerugian tadi, juga dapat diartikan kedalam “TAQDIMUL AHAM”. Yang lebih penting, lebih yaitu memilih kerugian yang paling ringan, atau memilih keuntungan yang besar. Keuntungan apa saja. Terutama soal kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi saw!.
Ya mudah-mudahan para hadirin hadirot, pengajian pagi ini diridhoi Alloh wa Rosuulihi saw !. Mudah-mudahan membuahkan kemajuan yang sebanyak- banyaknya!.
Tadi sudah saya kemukakan kata Syekh Abdus-Salam bin Masyisyis. Beliau ini adalah gurunya guru dari pengarang kitab Hikam ini. Pengarang kitab ini, Syekh Ibnu ‘Athoillah punya guru yaitu Syekh Ibnu Abbas Al Mursi. Dan Syekh Ibnu Abbas Al Mursi punya guru yaitu Syekh Abil Hasan Asy-Syadzali. Dan Imam Syadzali gurunya adalah Syekh Abdus Salam bin Masyisy. Beliau inilah yang bersabda:

مَنْ دَلَّكَ عَلىَ الدُّنْيَا فَقَدْ غَشَّاكَ

“MAN DALLAKA ‘ALAD-DUNYA FAQOD GHOSYSYSSKA” ......
Barang siapa memberi petunjuk kepadamu soal dunia, maka dia itu sesungguhnya adalah orang yang menjerumuskan dirimu.

وَمَنْ دَلَّكَ عَلىَ الْعَمَلِ فَقَدْ اَتْعَبَكَ

“WAMAN DALLAKA ‘ALAL’ AMAL FAQOD AT’ ABAKA”.
Dan barang siapa yang memberi petunjuk kepadamu soal amal, soal amaliyah,
maka dia itu sesungguhnya orang yang hanya membikin engkau capek, payah,
letih.

وَمَنْ دَلَّكَ عَلَى اللهِ فَقَدْ نَصَّحَكَ

“WAMAN DALLAKA ‘ALALLOHI FAQOD NASHSHOHAKA”.
Dan barang siapa yang menunjukkan kepada Alloh, maka itulah orang yang benar-benar menasehati engkau.

اَلنَّصِيْحَةُ اِرَادَةُ الْخَيْرِ لِلْغَيْرِ

“AN-NASHIIHATU IROODATUL KHOIRI LILGHOIRI”.
Yang dinamakan nasehat, yaitu menghendaki dan otomatis mengusahakannya sekali kebaikan bagi orang lain. Itu nasehat. Ini tidak berarti kita tidak boleh memberi petunjuk soal dunia, soal ekonomi atau soal amal, bukan begitu. Tetapi yang dimaksud disini ialah, disamping kita memberi petunjuk atau memberi jalan soal ekonomi, soal dunia atau soal amaliyah-amaliyah, harus kita arahkan kepada FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !. Harus mengarah kepada kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi saw. Sehingga dunia yang kita nasehatkan atau amaliyah yang kita anjurkan itu dapat dimanfaatkan oleh yang kita beri nasehat untuk kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi saw. Sehingga dunia yang kita nasehatkan itu, sehingga amaliyah-amaliyah yang kita anjurkan itu tidak disalahgunakan untuk nuruti kepuasan imprialis nafsunya. Menyalahgunakan amal kemudian dia merasa bangga dengan amaliyah-amaliyahnya itu. Ujub, takabbur dan sebagainya.

Jadi, disamping memberi soal rizki atau moril, terutama harus diberi juga jiwanya!. Jiwa materi atau moril tidak lain ialah kesadaran kepada Alloh wa Rosuulihi saw !. Sesuatu yang tidak ada jiwanya, berarti bangkai. Adanya Cuma menjijikkan dan baunya mencemarkan lingkungan sekelilingnya.

Para hadirin hadirot, kiranya pengajian pagi ini kita cukupkan sekian saja. Sekali lagi mudah-mudahan diridhoi Alloh wa Rosuulihi saw yang sebanyak-banyaknya, bifadlillahi wabisyafa’ati Rosuuliliahi saw, wabibarokati Ghoutsi Hadzaz Zaman wa A’waanihi wa saairi Ahbaabillahi rodiyallohu Ta’ala ‘anhum, sehingga membuahkan kemajuan yang sebanyak-banyaknya didalam perjuangan “ FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !. Dalam segala bidang batiniyah !. Sedang penyiaran, bidang pemeliharaan, bidang peningkatan bidang dalam dan luar !. Semuanya itu perlu adanya kemajuan !. Lebih-lebih sesudah kita melaksanakan Mujahadah Kubro yang baru lalu, seharusnya kita harus jauh lebih maju dalam segala bidang !. Dalam perjuangan FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW!. Mudah-mudahan diridhoi Alloh Wa Rosuulihi saw, mendapat fadhol, hidayah taufiq yang sebanyak-banyaknya !.

No comments:

Post a Comment