Sunday, February 9, 2014

001.16.077 KISAH BRANDAL LOKAJAYA MENUJU JALAN SUFI ATAU PENGAMAL TASAWUF


XVI. 16. O77 "CERPEN, ASAH ASUH ASIH"

Kurang lebih 1450 M, sebuah kisah seorang putra dari Adipati Tuban namanya Raden Syahid dengan nama terkenal sebagai Kanjeng Sunan Kali Jaga. Ia melihat dengan mata kepala sendiri bahwa para pejabat istana itu ternyata suka menindas rakyat dengan pajak-pajak yang tinggi dan iuran-iuran lain yang tidak masuk akal.

Rakyat yang tidak mampu membayar pajak dihukum, dihajar dan kadang-kadang diserobot tanah miliknya. Hukum hanya diperuntukan bagi rakyat kecil. Para pejabat negara, baik di Majapahit sebagai pusat kerajaan, maupun didaerah Tuban selalu kebal hukum, meski mereka melakukan pelanggaran besar.

Sejak saat itu menjadi kepala perampok dan ganti nama Brandal Lokajaya bersama pengikutnya barunya menguasai hutan Jatiwangi, sekitar daerah Kudus dan Pati, Jawa Tengah. Targetnya para pejabat kaya.

Ternyata Brandal Lokajaya yang cerdik dan ahli strategi ini selalu membagikan hasil rampokannya kepada anak buahnya dengan adil dan diam-diam membagi habis harta curiannya kepada penduduk kampung yang sangat miskin.

Suatu ketika ada seorang bersorban dan berperawakan tinggi besar, berhidung mancung dan berkulit putih bersih. Pakaiannya berbeda dengan orang jawa pada umumnya dengan memegang sebuah tongkat dari emas. Beliau adalah Kanjeng Sunan Bonan seorang sufi pengarang suluk sebagai jalan ma'rifat.

“Berhenti !! Harta atau nyawa !!”, hardik Lokajaya.

Orang tua ini dengan tenang dan tetap tersenyum pun berkata, “Aku tak punya apa-apa, Lihat aku tidak membawa harta apapun, hanya tongkat penopang tubuh”.

“Jangan banyak tingkah orang tua ! aku tak punya banyak waktu. Serahkan tongkat emasmu itu !” tekan Lokajaya sambil memberi aba-aba kepada kawanannya.

“Emas ? kalau sekedar mencari emas, kenapa harus menghilangkan nyawa hamba Alloh ? lagi pula aku tak punya emas, ini tongkat kayu biasa, dan kalau kau mencari emas lihatlah dibebatuan itu ada tumbuhan kolang kaling berdaun emas”. Kata orang tua itu yang ternyata tongkatnya adalah hanya sebuah tongkat kayu biasa dan menunjukkan dengan tongkat kayu biasa itu ke arah daun kolang-kaling.

Seketika daun kolang kaling itu berubah menjadi emas !! Berandal Lokajaya pun terkesima bukan kepalang.

Saat daun daun emas sudah di tangan mereka tiba-tiba kembali menjadi daun seperti biasa. Karena merasa tertipu Berandal Lokajaya pun berang dan menyerang orang tua itu.

Kemudian dengan kesaktiannya orang tua itu berubah menjadi lima orang yang serupa dan semuanya asli.Hingga akhirnya mereka berlima mengepung dan menghadang Lokajaya. Dan akhirnya Lokajaya menyerah kalah dan ingin berguru kepadanya.

“Aku Sunan Bonang. Hanya orang yang sungguh-sungguh yang bisa menjadi muridku. Kamu harus bersuci dulu dari dosa-dosamu agar mendapat ampunan Allah SWT. Apakah kamu bersedia?”

“Baik kanjeng Guru , Bagaimana caranya bertobat agar mendapat ampunan-Nya?“

“Bukankah pertama kali kamu menginginkan tongkat? Nah sekarang, bacalah kitabku ini sebagai sarana taubatmu. Bersihkan tubuhmu dan hatimu dari perbuatan maksiat, dirikanlah musholla di sini dan bertirakatlah, Kalau aku belum datang, kamu tidak boleh meninggalkan tempat ini, Mudah-mudahan Alloh memberimu petunjuk”

“Aku punya firasat, engkau adalah manusia yang sangat dibutuhkan oleh kawula alit di tanah jawa ini. Dan itulah jalan pengampunan tobatmu berikutnya. Kamu sudah banyak dosa, Lokajaya. Tapi engkau akan diampuni, setelah menjalani lelaku suci dan pakailah nama “Syekh Malaya”. Malaya artinya berkelana. Sedangkan syekh itu sebutan bagi orang yang mempunyai ilmu untuk menyiarkan agama-Nya dan dikasihi Allah”

“Tunjukkanlah kepada saya lebih jelas, Guru” jawab Lokajaya alias Syekh Malaya.

Anakku, Malaya hayatilah tongkat kayu gurdha ini. Ajaran ini sangat keras, kamu boleh mundur jika kamu mau. Tapi hanya inilah titianmu mencapai keridhoan-Nya. Hidup ini tiada lain mendapat ridho Alloh SWT. Lakukan ibadah siang dan malam, jangan putus dzikirmu. Saatnya engkau membersihkan hati yang tercela dan membersihkan pribadimu dari Selain Alloh SWT”

“Baik, guru Sendika dhawuh”. Jawab Syekh Malaya.

Makna dari kayu gurdha adalah sebagai berikut:

Kayu berasal dari kata “Hayu” artinya Yang Maha Hidup. Gurdha berasal dari kata “Ridho” artinya mendapat perkenaan dari Allah SWT.

Intinya dari kata-kata itu kematian kehidupan dan ibadah bukanlah untuk mencari pahala, surga ataupun imbalan lainnya namun untuk mencari ke-ridho-an-Nya.
Suka ·  · Bagikan · 2 Desember 2013 pukul 7:53 ·
Cinta Sepenuh Hati, Raden Batulawang, Heri Cahyono dan 32 lainnya menyukai ini.
2 berbagi

Majid Arpul Sangat bermanfaat pak...
2 Desember 2013 pukul 7:58 · Batal Suka · 1

Prajuriet Putieh Trimakasih pak yai..

No comments:

Post a Comment