X. 10. 1001 "INBOX - SEMOGA PEMBICARAAN KITA BERMANFAAT"
016.10.1001 - INBOX ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ - MUJAHADAH KHUSUS KECERDASAN DLL.Percakapan dimulai 5 Juni 2013, SEMOGA BERMANFAAT ! AMIIN !.
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
05/06/2013 16:58
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
asalamu'alaikum wr.wb
begini pak dim tolong orang yang mebuat status yang isinya saling mengadu dan memecah belah di forum diskusi bersama solawat wahidiyah supaya dikeluarkan saja biar tidak salah faham
sekian
wasalamu'alaikum.wr.wb.
Ahmad Dimyathi
05/06/2013 19:01
Ahmad Dimyathi
WA'ALAIKUM SALAM WR. WB. UDAH ADA YG SY KLUARIN, BANYAK YG DAN SY HAPUS.....YG SEKIRA GAK MANFAAT.......PELAN2..... IKHLAS DAN BIJAKSANA..... BANTUAN MUJAHADAHNYA AJA SY MINTA......SMOGA BERMANFAAT.....AMIIN...
MKSIH JAZAA KUMULLOH... SELAMAT BERJUANG FAFIRRUU ILALLOH.....
16 Juni 2013
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
16/06/2013 12:39
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
asalamu'alaikum pak dim saudara saya punya hutang tp tk sanggub membayarnya saya ingin tanya apakah ada mujahadah untuk hal itu sekian wasalamukalaikum wr.wb
17 Juni 2013
Ahmad Dimyathi
17/06/2013 11:44
Ahmad Dimyathi
WA'ALAIKUM SALAM WR. WB. ADA....., MAU MELAKSANAKAN MUJAHADAH KHUSUS.....???
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
17/06/2013 13:54
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
iya pak dim, mengirim nya di pesan saja
Ahmad Dimyathi
17/06/2013 15:31
Ahmad Dimyathi
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
MUJAHADAH KHUSUS UNTUK KECERDASAN ( Waliyulloh yang Intelektual dan Intelektual yang Waliyulloh). JUGA BERFAEDAH UNTUK HAJAD APA AJA...... !.
BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM.
Dalam rangka membantu program "MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA" Hadrotul Mukarrom Mbah KH. Abdul Madjid Ma'ruf Mu'allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA, Al-Ghouts Fii Zamanihi juga Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid RA - Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Almunadhoroh, memberikan tuntunan MUJAHADAH KHUSUS KECERDASAN, YANG BERFAEDAH UNTUK Memohon Kecerdasan Akal fikiran (AHLI PIKIR), Ketinggian Budi (AHLAQUL KARIIMAH) dan Ilmu Yang Bermanfaat, Maslahah dan Barokah. JUGA UNTUK MEMOHON HAJAT LAIN, APA AJA...., seperti soal kesehatan, keamanan, ketentraman, perdagangan, dsb. termasuk untuk MENANGANI ORANG YANG BELUM MEMPUNYAI KETURUNAN, JUGA UNTUK MENCARI JODOH YANG BAIK, DAN juga untuk MENGETAHUI KEADAAN AHLI KLUARGANYA DI ALAM KUBUR DAN TUK MENOLONGNYA/MENDOAKANNYA, JUGA BERFAEDAH UNTUK SOAL EKONOMI/BANYAK HUTANG.... DLL.,
MUJAHADAH KHUSUS TERSEBUT TELAH DIIJAZAHKAN SECARA MUTLAK/UMUM OLEH BELIAU MBAH YAHI QS WA RA DAN JUGA OLEH KANJENG ROMO YAHI RA, silahkan tuk mengamalkan dan menyiarkan...., sbb. :
01. Sediakan air dalam gelas/botol atau bejana lainnya;
02. a. Bacalah surat Al-Fatihah 3x atau 7x , khususkan/hadiyahkan kepada Beliau Rosululloh SAW., lalu ;
b. Mohonlah syafaat/maturlah kepada Beliau Rosululloh SAW dengan kalimat sebagai berikut : "YAA ROSUULALLOH, SYAFAATILAH KAMI YANG SENANTIASA BERLUMURAN DOSA DAN BERLARUT-LARUT DALAM KEDHOLIMAN INI, MOHONKANLAH KAMI KEPADA ALLOH SWT, AGAR KAMI SEKELUARGA DIBERI AMPUNAN, HIDAYAH DAN TAUFIQ ALLOH SWT yang sempurna, rizki yang mudah, luas dan barokah serta memperoleh kejernihan hati, kecerdasan akal fikiran, ketinggian budi dan ilmu yang bermanfaat, dan dikaruniai ALLOH SWT nikmat yang sempurna, makrifat/kesadaran yang sempurna, mahabbah dan keridloaan yang sempurna pula Yaa Rosuulalloh, serta MOHONKALAH KAMI KEPADA ALLOH SWT agar HAJAT KAMI...............................(SEBUTKAN/TAMBAHLAH MATURNYA SESUAI DENGAN APA HAJATNYA....!), SEGERA DIIJABAH OLEH ALLOH SWT !. AMIIN !.;
c.Lalu bacalah : "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" selama + - 30 menit.
d.Sesudah itu, ulangi lagi mohon syafaat /matur kepada Beliau Rosululloh SAW seperti tersebut diatas. Lalu....
e. Bacalah surat Al-Faatihah 1x, kemudian tiupkan 3x pada air tesebut !.
03. MINUMLAH AIR ITU PADA KEESOKAN HARINYA SEBELUM/SEKITAR MATAHARI TERBIT DAN SEBELUM MAKAN/MINUM APAPUN (kalau berpuasa di waktu saur), KETIKA AKAN MINUM BACALAH : BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM DAN YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH 3x atau 7x.
04. Lakukanlah hal tersebut tiap sore/malam selama 40 hari berturut-turut. Tiap hari paling sedikit 1x rambahan.
05. KETERANGAN :
A. Bagi mereka yang (oleh sesuatu hal, misalnya non muslim) belum mungkin melakunan Mujahadah secara lengkap seperti tuntunan angka 02 di atas, diperkenankan langsung saja membaca YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH selama +- 30 menit.
B. Mujahadah ini boleh dipergunakan untuk memohon hajat lain, seperti soal kesehatan, keamanan, ketentraman, tuk kesembuhan anak/orang nakal/bandel, perdagangan (mohon berkah, slamet dan laris dagangannya), dan hajat apa saja yang lain, yang bermanfaat !. Bagi mereka yang mempunyai hajat/kepentingan yang sangat mendesak dan penting sekali, lakukanlah Mujahadah seperti angka 02 di atas berulang kali dan tambahkanlah maturnya kepada Beliau ROSULULLOH SAW sesuai dengan hajatnya, atau perbanyaklah/lipat gandakan bacaan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH tersebut, misalnya dibaca 5000x, 10.000x, 11.000x, atau 1 jam, 2 jam, 3 jam dst.
C. DAN BOLEH DITAMBAH DENGAN AUROD MUJAHADAH sebagai berikut : (dibaca setelah selesai membaca YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH +- 30 menit dan Al-Fatihah 1x, setelah itu dilanjutkan sbb. :......).
01. Bacalah surat Al-Fatihah 3x atau 7x, khususkan/hadiyahkan kepada GHOUTSU HAADZAZZAMAN WA A'WAANIHI WA SAAIRI AULIYAAILLAHI RODLIYALLOHU TA'ALA 'ANHUM, lalu...;
02. Mohonlah barokah, karomah dan nadhroh/maturlah kepada Beliau Ghoutsu Hadzazzaman RA dengan kalimat sebagai berikut :
"YAA AYYUHAL GHOUTS, BERILAH KAMI SENANTIASA BAROKAH, KAROMAH DAN NADHRO PANJENENGAN, KAMI INI YANG SENANTIASA BERLUMURAN DOSA DAN BERLARUT-LARUT DALAM KEDHOLIMAN, SUNGGUH KAMI MOHON AMPUNAN PANJENENGAN DAN MOHONKANLAH KAMI KEPADA ALLOH SWT WA BIJAAHI SAYYIDINA MUHAMMADIN SAW, AGAR KAMI SEKELUARGA DIBERI AMPUNAN, HIDAYAH DAN TAUFIQ ALLOH SWT yang sempurna, rizki yang mudah, luas dan barokah serta memperoleh kejernihan hati, kecerdasan akal fikiran, ketinggian budi dan ilmu yang bermanfaat, dan dikaruniai ALLOH SWT nikmat yang sempurna, makrifat/kesadaran yang sempurna, mahabbah dan keridloaan yang sempurna pula YAA AYYUHAL GHOUTS, serta MOHONKALAH KAMI KEPADA ALLOH SWT WA BIJAAHI SAYYIDINAA MUHAMMADIN SAW, agar hajat kami...............................(SEBUTKAN/TAMBAHLAH MATURNYA SESUAI DENGAN APA HAJATNYA....!) diijabah dan dikabulkan oleh Alloh SWT, Amiin !!!.;
03.Lalu bacalah : "YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS" selama + - 30 menit. Sesudah itu ulangi lagi mohon barokah, karomah dan nadhroh/maturlah kepada Beliau Ghoutsu Hadzazzaman RA dengan kalimat seperti tersebut diatas. Lalu....
04. Bacalah surat Al-Faatihah 1x, kemudian tiupkan 3x pada air tesebut !.
D. BAGI YANG MEMPUNYAI HAJAT/KEPENTINGAN YANG SANGAT PENTING DAN MENDESAK bacaan YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS perbanyaklah/lipat gandakan membacanya misalnya 5000x, 10.000x, 11.000x, atau 1 jam 2 jam dst.
E. DISAMPING CARA-CARA SEPERTI TERSEBUT DIATAS mulai DARI AWWAL, dimana ingat, kapanpun dan dimanapun berada, terutama dalam HATI, setiap naik turunnya nafas bacalah selalu YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH, ATAU YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS ATAU FAFIRRUU ILALLOH, dengan berusaha senantiasa menerapkan Ajaran Wahidiyah LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL, LIL GHOUTS BIL GHOUTS DAN YUKTI KULLA DZII HAQQIN HAQQOH, TAQDIIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA' FAL ANFA' !.
F. Hadrotul Mukarrom Mbah KH. Abdul Madjid Ma'ruf Mu'allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA, Al-Ghouts Fii Zamanihi juga Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid RA - Pengasuh Perjuangan Wahidiyah saat ini, memberikan tuntunan MUJAHADAH KHUSUS KECERDASAN INI. Mujahadah tersebut boleh dilakukan oleh siapa saja tanpa pandang bulu, bahkan dianjurkan untuk disebarluaskan dengan ikhlas dan bijaksana. Boleh dilakukan sendiri-sendiri, tetapi lebih utama apabila berjamaah seisi rumah (sekeluarga). Usahakan anak-anak kita semua melakukan Mujahadah Kecerdasan tersebut, bahkan anak-anak kecil/bayipun diikut sertakan di tempat Mujahadah selama Mujahadah berlangsung, dan berikan minum 1 atau 2 tetes.
G. Lakukanlah Mujahadah ini dengan bersungguh-sungguh dan penuh keyakinan !.
H. Niatlah semata-mata beribadah kepada Alloh dengan ikhlas (LILLAH) dan mengikuti jejak tuntunan Rosululloh SAW (LIRROSUL), serta makmum dibelakang Beliau Ghoutsu Hadzzaman RA (LIL GHOUTS). Merasalah bahwa kita dapat melakukan ini adalah semata-mata atas titah/pertolongan Alloh SWT (BILLAH), dan sebab syafaat/jasa Rosululloh SAW (BIRROSUL), serta barokah, karomah dan nadhroh Ghoutsu Hadzazzaman RA (BIL GHOUTS).
I. Laporkanlah secara tertulis pengalaman-pengalaman rohani atau alamat ghoib atau rukyah hasanah, baik yang dialami sendiri maupun oleh orang lain dari buahnya MUJAHADAH SHOLAWAT WAHIDIYAH ke Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Kediri Jawa Timur. (Kami juga mohon laporannya tsb, dan boleh di tulis di dinding FB ini, terima kasih dan jazaakumulloh.....!).
Y. DENGAN KEAGUNGAN ALLOH SWT, DAN SYAFAAT TARBIYYAH ROSULULLOH SAW, SERTA BAROKAH KAROMAH NADHROH GHOUTSU HADZAZZAMAN RA, INSYA ALLOH SEGALA APA YANG DIHAJADKAN BERHASIL DIIJABAH OLEH ALLOH SWT, AMIIN ! ...SELAMAT BERMUJAHADAH, SEMOGA DIRIDLOI OLEH ALLOH SWT WA ROSUULIHI SAW WA GHOUTSU HADZAZZAMAN RA. AMIIN !
21:25
Anang The-Pionmaster
mantur suwun sanget/ terima kasih banyak pak atas penjelasannya, sangat bermanfaat untuk diri pribadi dan semoga ini bisa saya siarkan, amiiin...
contoh maturnya itu seperti yang ada di mujahadah kecerdasan itu ya pak...
TERIMA KASIH DAN JAZAA KUMULLOHU KHOIROOTI WA SA'AADAATID DUN-YA WAL AAKHIROH. AMIIN
Senin
06:33
Ahmad Dimyathi
YA BETUL...
Ahmad Dimyathi
17/06/2013 15:32
Ahmad Dimyathi
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
MUJAHADAH KHUSUS UNTUK KECERDASAN ( Waliyulloh yang Intelektual dan Intelektual yang Waliyulloh). JUGA BERFAEDAH UNTUK HAJAD APA AJA...... !.
BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM.
Dalam rangka membantu program "MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA" Hadrotul Mukarrom Mbah KH. Abdul Madjid Ma'ruf Mu'allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA, Al-Ghouts Fii Zamanihi juga Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid RA - Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Almunadhoroh, memberikan tuntunan MUJAHADAH KHUSUS KECERDASAN, YANG BERFAEDAH UNTUK Memohon Kecerdasan Akal fikiran (AHLI PIKIR), Ketinggian Budi (AHLAQUL KARIIMAH) dan Ilmu Yang Bermanfaat, Maslahah dan Barokah. JUGA UNTUK MEMOHON HAJAT LAIN, APA AJA...., seperti soal kesehatan, keamanan, ketentraman, perdagangan, dsb. termasuk untuk MENANGANI ORANG YANG BELUM MEMPUNYAI KETURUNAN, JUGA UNTUK MENCARI JODOH YANG BAIK, DAN juga untuk MENGETAHUI KEADAAN AHLI KLUARGANYA DI ALAM KUBUR DAN TUK MENOLONGNYA/MENDOAKANNYA, JUGA BERFAEDAH UNTUK SOAL EKONOMI/BANYAK HUTANG.... DLL.,
MUJAHADAH KHUSUS TERSEBUT TELAH DIIJAZAHKAN SECARA MUTLAK/UMUM OLEH BELIAU MBAH YAHI QS WA RA DAN JUGA OLEH KANJENG ROMO YAHI RA, silahkan tuk mengamalkan dan menyiarkan...., sbb. :
01. Sediakan air dalam gelas/botol atau bejana lainnya;
02. a. Bacalah surat Al-Fatihah 3x atau 7x , khususkan/hadiyahkan kepada Beliau Rosululloh SAW., lalu ;
b. Mohonlah syafaat/maturlah kepada Beliau Rosululloh SAW dengan kalimat sebagai berikut : "YAA ROSUULALLOH, SYAFAATILAH KAMI YANG SENANTIASA BERLUMURAN DOSA DAN BERLARUT-LARUT DALAM KEDHOLIMAN INI, MOHONKANLAH KAMI KEPADA ALLOH SWT, AGAR KAMI SEKELUARGA DIBERI AMPUNAN, HIDAYAH DAN TAUFIQ ALLOH SWT yang sempurna, rizki yang mudah, luas dan barokah serta memperoleh kejernihan hati, kecerdasan akal fikiran, ketinggian budi dan ilmu yang bermanfaat, dan dikaruniai ALLOH SWT nikmat yang sempurna, makrifat/kesadaran yang sempurna, mahabbah dan keridloaan yang sempurna pula Yaa Rosuulalloh, serta MOHONKALAH KAMI KEPADA ALLOH SWT agar HAJAT KAMI...............................(SEBUTKAN/TAMBAHLAH MATURNYA SESUAI DENGAN APA HAJATNYA....!), SEGERA DIIJABAH OLEH ALLOH SWT !. AMIIN !.;
c.Lalu bacalah : "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" selama + - 30 menit.
d.Sesudah itu, ulangi lagi mohon syafaat /matur kepada Beliau Rosululloh SAW seperti tersebut diatas. Lalu....
e. Bacalah surat Al-Faatihah 1x, kemudian tiupkan 3x pada air tesebut !.
03. MINUMLAH AIR ITU PADA KEESOKAN HARINYA SEBELUM/SEKITAR MATAHARI TERBIT DAN SEBELUM MAKAN/MINUM APAPUN (kalau berpuasa di waktu saur), KETIKA AKAN MINUM BACALAH : BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM DAN YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH 3x atau 7x.
04. Lakukanlah hal tersebut tiap sore/malam selama 40 hari berturut-turut. Tiap hari paling sedikit 1x rambahan.
05. KETERANGAN :
A. Bagi mereka yang (oleh sesuatu hal, misalnya non muslim) belum mungkin melakunan Mujahadah secara lengkap seperti tuntunan angka 02 di atas, diperkenankan langsung saja membaca YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH selama +- 30 menit.
B. Mujahadah ini boleh dipergunakan untuk memohon hajat lain, seperti soal kesehatan, keamanan, ketentraman, tuk kesembuhan anak/orang nakal/bandel, perdagangan (mohon berkah, slamet dan laris dagangannya), dan hajat apa saja yang lain, yang bermanfaat !. Bagi mereka yang mempunyai hajat/kepentingan yang sangat mendesak dan penting sekali, lakukanlah Mujahadah seperti angka 02 di atas berulang kali dan tambahkanlah maturnya kepada Beliau ROSULULLOH SAW sesuai dengan hajatnya, atau perbanyaklah/lipat gandakan bacaan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH tersebut, misalnya dibaca 5000x, 10.000x, 11.000x, atau 1 jam, 2 jam, 3 jam dst.
C. DAN BOLEH DITAMBAH DENGAN AUROD MUJAHADAH sebagai berikut : (dibaca setelah selesai membaca YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH +- 30 menit dan Al-Fatihah 1x, setelah itu dilanjutkan sbb. :......).
01. Bacalah surat Al-Fatihah 3x atau 7x, khususkan/hadiyahkan kepada GHOUTSU HAADZAZZAMAN WA A'WAANIHI WA SAAIRI AULIYAAILLAHI RODLIYALLOHU TA'ALA 'ANHUM, lalu...;
02. Mohonlah barokah, karomah dan nadhroh/maturlah kepada Beliau Ghoutsu Hadzazzaman RA dengan kalimat sebagai berikut :
"YAA AYYUHAL GHOUTS, BERILAH KAMI SENANTIASA BAROKAH, KAROMAH DAN NADHRO PANJENENGAN, KAMI INI YANG SENANTIASA BERLUMURAN DOSA DAN BERLARUT-LARUT DALAM KEDHOLIMAN, SUNGGUH KAMI MOHON AMPUNAN PANJENENGAN DAN MOHONKANLAH KAMI KEPADA ALLOH SWT WA BIJAAHI SAYYIDINA MUHAMMADIN SAW, AGAR KAMI SEKELUARGA DIBERI AMPUNAN, HIDAYAH DAN TAUFIQ ALLOH SWT yang sempurna, rizki yang mudah, luas dan barokah serta memperoleh kejernihan hati, kecerdasan akal fikiran, ketinggian budi dan ilmu yang bermanfaat, dan dikaruniai ALLOH SWT nikmat yang sempurna, makrifat/kesadaran yang sempurna, mahabbah dan keridloaan yang sempurna pula YAA AYYUHAL GHOUTS, serta MOHONKALAH KAMI KEPADA ALLOH SWT WA BIJAAHI SAYYIDINAA MUHAMMADIN SAW, agar hajat kami...............................(SEBUTKAN/TAMBAHLAH MATURNYA SESUAI DENGAN APA HAJATNYA....!) diijabah dan dikabulkan oleh Alloh SWT, Amiin !!!.;
03.Lalu bacalah : "YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS" selama + - 30 menit. Sesudah itu ulangi lagi mohon barokah, karomah dan nadhroh/maturlah kepada Beliau Ghoutsu Hadzazzaman RA dengan kalimat seperti tersebut diatas. Lalu....
04. Bacalah surat Al-Faatihah 1x, kemudian tiupkan 3x pada air tesebut !.
D. BAGI YANG MEMPUNYAI HAJAT/KEPENTINGAN YANG SANGAT PENTING DAN MENDESAK bacaan YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS perbanyaklah/lipat gandakan membacanya misalnya 5000x, 10.000x, 11.000x, atau 1 jam 2 jam dst.
E. DISAMPING CARA-CARA SEPERTI TERSEBUT DIATAS mulai DARI AWWAL, dimana ingat, kapanpun dan dimanapun berada, terutama dalam HATI, setiap naik turunnya nafas bacalah selalu YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH, ATAU YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS ATAU FAFIRRUU ILALLOH, dengan berusaha senantiasa menerapkan Ajaran Wahidiyah LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL, LIL GHOUTS BIL GHOUTS DAN YUKTI KULLA DZII HAQQIN HAQQOH, TAQDIIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA' FAL ANFA' !.
F. Hadrotul Mukarrom Mbah KH. Abdul Madjid Ma'ruf Mu'allif Sholawat Wahidiyah QS wa RA, Al-Ghouts Fii Zamanihi juga Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid RA - Pengasuh Perjuangan Wahidiyah saat ini, memberikan tuntunan MUJAHADAH KHUSUS KECERDASAN INI. Mujahadah tersebut boleh dilakukan oleh siapa saja tanpa pandang bulu, bahkan dianjurkan untuk disebarluaskan dengan ikhlas dan bijaksana. Boleh dilakukan sendiri-sendiri, tetapi lebih utama apabila berjamaah seisi rumah (sekeluarga). Usahakan anak-anak kita semua melakukan Mujahadah Kecerdasan tersebut, bahkan anak-anak kecil/bayipun diikut sertakan di tempat Mujahadah selama Mujahadah berlangsung, dan berikan minum 1 atau 2 tetes.
G. Lakukanlah Mujahadah ini dengan bersungguh-sungguh dan penuh keyakinan !.
H. Niatlah semata-mata beribadah kepada Alloh dengan ikhlas (LILLAH) dan mengikuti jejak tuntunan Rosululloh SAW (LIRROSUL), serta makmum dibelakang Beliau Ghoutsu Hadzzaman RA (LIL GHOUTS). Merasalah bahwa kita dapat melakukan ini adalah semata-mata atas titah/pertolongan Alloh SWT (BILLAH), dan sebab syafaat/jasa Rosululloh SAW (BIRROSUL), serta barokah, karomah dan nadhroh Ghoutsu Hadzazzaman RA (BIL GHOUTS).
I. Laporkanlah secara tertulis pengalaman-pengalaman rohani atau alamat ghoib atau rukyah hasanah, baik yang dialami sendiri maupun oleh orang lain dari buahnya MUJAHADAH SHOLAWAT WAHIDIYAH ke Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Kediri Jawa Timur. (Kami juga mohon laporannya tsb, dan boleh di tulis di dinding FB ini, terima kasih dan jazaakumulloh.....!).
Y. DENGAN KEAGUNGAN ALLOH SWT, DAN SYAFAAT TARBIYYAH ROSULULLOH SAW, SERTA BAROKAH KAROMAH NADHROH GHOUTSU HADZAZZAMAN RA, INSYA ALLOH SEGALA APA YANG DIHAJADKAN BERHASIL DIIJABAH OLEH ALLOH SWT, AMIIN ! ...SELAMAT BERMUJAHADAH, SEMOGA DIRIDLOI OLEH ALLOH SWT WA ROSUULIHI SAW WA GHOUTSU HADZAZZAMAN RA. AMIIN !
21:25
Anang The-Pionmaster
mantur suwun sanget/ terima kasih banyak pak atas penjelasannya, sangat bermanfaat untuk diri pribadi dan semoga ini bisa saya siarkan, amiiin...
contoh maturnya itu seperti yang ada di mujahadah kecerdasan itu ya pak...
TERIMA KASIH DAN JAZAA KUMULLOHU KHOIROOTI WA SA'AADAATID DUN-YA WAL AAKHIROH. AMIIN
Senin
06:33
Ahmad Dimyathi
YA BETUL...
27 Juni 2013
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
27/06/2013 19:23
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
saya mau nanya pak dim apa hukumnya bila kita mengucapkan takbir seperti hari raya tapi waktunya tidak hari raya
saya mau nanya pak dim apa hukumnya bila kita mengucapkan takbir seperti hari raya tapi waktunya tidak hari raya
Ahmad Dimyathi
27/06/2013 21:56
Ahmad Dimyathi
HUKUMNYA MAKRUH............
Ahmad Dimyathi
27/06/2013 21:57
Ahmad Dimyathi
Adapun masalah tuntunan mengumandangkan takbir dalam hal ini kami jelaskan dulu tentang jenis-jenis takbir, bahwa takbir terdiri dari 2 jenis yaitu takbir mutlak (bebas) dan takbir muqayyad (terikat). Takbir mutlak menurut pendapat yang rajih (kuat), disyaratkan pada dua malam hari raya sampai selesai khutbah demikian juga disyaratkan di 10 hari pertama bulan Zulhijah sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Qudamah di dalam Al Mughni, (3/256) berkenaan takbir di malam dua hari raya dimulai dari melihat hilal bulan Syawal (jika memungkinkan dan jika tidak maka dimulai dari sampai berita ‘Ied melalui cara yang benar atau dengan terbenamnya matahari tanggal 30 Ramadhan), sedangkan pada malam ‘Idul Adha mulai dari terbenamnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah, sebagaimana Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menegaskannya, “Pendapat yang rajih (lebih kuat) dalam masalah takbir yang menjadi amalan mayoritas salaf dan ahli fikih dari kalangan sahabat dan para imam adalah bertakbir dari fajar hari Arafah sampai akhir hari tasyrik setelah shalat, disyaratkan bagi setiap orang mengeraskan takbirnya ketika keluar dari shalat ‘Ied dan inilah kesepakatan dari 4 imam mazhab. Adapun takbir Idul Fitri dimulai dari melihat hilal dan berakhir dengan selesainya ‘Ied yaitu selesainya imam dari khutbah menurut pendapat yang benar.” (Lihat Majmu Fatawa, XXIV/220-221)
Dari artikel 'Soal Jawab: Tuntunan Berhari Raya dan Takbiran — Muslim.Or.Id'
7 Oktober 2013
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
07/10/2013 21:29
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
Asalamu'alaikum pak yai dim mohon pertanyaan saya diberi penjelasan biar saya bisa menjawab pertanyaan dari teman saya ini
"Temen saya aq kirimi
gambar ya sayyidi ya
rosulluloh ,,,tp ia njawab
Drajat Rosul dg Drajat Allah
lbih Mulia drajat-Nya , bleh
kau mngagungkan asma
Rosul ttapi sbaiknya kau
lbih kmbli mmuji kpd yg
lbih Al-Haq . INGAT DIA
LBIH DEKAT DRI PDA URAT
LEHERMU . KAU HIDUP
KARNANYA BUKAN KARNA
RASULMU
ini harus gimana tolong pak yai penjelasanya dan jawabanya
8 Oktober 2013
Ahmad Dimyathi
08/10/2013 08:11
Ahmad Dimyathi
WA'ALAIKUM SALAM WR. WB. FAFIRRUU ILALLOH !. JAWAB AJA : ITU BETUL...., KAMI MENGAGUNGKAN ASMA ROSUL-NYA SEMATA-MATA MELAKSANAKAN PERINTAH ALLOH SWT...., DLM ALQUR'AN DAN ALHADITS BANYAK DIPERINTAHKAN-NYA...
Ahmad Dimyathi
08/10/2013 08:17
Ahmad Dimyathi
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Dasar Pengamalan Nida’ “Yaa Sayyidii Yaa Rasulullah”
Mengamalkan dzikrullah dengan kalimat nida’ “Yaa Sayyidii Yaa Rasulullah” merupakan pelaksanaan tuntunan Rasulullah Saw.
1. Allah Swt melarang meninggikan suara dihadapan Rasulullah Saw.
Dalam al-Qur’an, Allah Swt ketika memanggil Rasulullah Saw dengan panggilan kehormatan, misalnya : يَأَيُّهَا النَبِيُّ = wahai Nabi, يأَيُّهَا الرَسُولُ = wahai Rasul, يَأَيُّهَا المُدَثِّرُ = wahai orang yang berselimut (menggigil karena takut kepada Allah). Sedangkan kepada nabi yang lain, Allah Swt memanggil dengan namanya saja. Misalnya, wahai Ibrahim, wahai Musa, wahai Isa, wahai Nuh, wahai Adam.
Allah Swt yang memiliki sifat serba Maha saja, memanggil Rasul-Nya dengan panggilan kehormatan, apalagi ummat yang mengikuti sunnahnya. Bahkan memanggil (nida’) kepada Rasulullah Saw dengan suara keras (sombong), tanpa disertai penggilan kehormatan dan keagungan, merupakan sikap yang dapat merusakkan amal kebaikan Hal ini tercermin dalam :
a). Firman Allah, Qs. an-Nur/ 63 dan al-Hujurat/ 2-3 :
لاَتَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا : Janganlah kamu semua menjadikan panggilan kepada Rasul diantara kamu, sebagaimana kamu memanggil kepada yang lain.
يَأَيُّهَا الذِيْنَ أَمَنُوا لاَتَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوقَ صَوْتِ التَبِيِّ وَلاَ تَجْهَرُوا لَهُ بِالقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لاَ تَشْعُرُوْن
َ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suaramu diatas suara Nabi, dan janganlah kalian mengeraskan suara dihadapannya. Sebagaimana kalian dengan lainnya. Salah-salah hal demikian dapat merusak amalmu, sedangkan kamu tidak menyadarinya.
إِنَّ الذِيْنَ يَغُضًّونَ أَصْوَاتَهُُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ اُولَئِكَ الذِيْن امْتَحَنَ اللهُ قُلُوْبَهُمْ لِلتَقْوَى, لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيْمٌ
Sesungguhnya orang yang merendahkan suara dihadapan Rasulullah, merekalah orang yang telah diuji ketaqwaannya oleh Allah. Kepada mereka ampunan dan pahala yang agung.
2. ٍSecara ruhani Rasulullah Saw adalah Pimpinan Mahluk
a). Kata sayyid (pimpinan) memiliki makna ganda: hakikat (semestinya) hanya boleh ditujukan kepada Allah Swt, dan majaz (kiasan) yang dapat ditujukan kepada mahluk yang berhak menyandangnya.
Makna hakikat. Dalam hadis riwayat Imam Nasa, dijelaskan bahwa sahabat Mathraf Ra berkata : bahwa para sahabat berkata kepada Rasulullah Saw :
أَنْتَ سَيِّدُنَا, قَال : السَيِّدُ اللهُ: Paduka adalah pimpinan kita. Jawab Rasulullah Saw : Pimpinan adalah Allah. (kitab Amalul Yaum wal Lailah, nomer hadis : 248).
Sekelompok orang berkata kepada Rasulullah Saw :
يَامُحَمَّد أَنتَ سَيِّدُنَا وَابْنُ سَيِّنَا أَنْتَ خَيْرُنَا وَابْنُ خَيْرِنَا, قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَأَيُّهَا النَاسُ قُولُوا بِقَولِكُمْ وَلاَتَسْتَهْوِِيَنَّكُمْ الشَيْاطِيْنُ أنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدُ اللهِ, أَنَا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولِهِ, وَمَا أَحَبُّ أَنْ تَرْفَعُونِي التِي أَنْزَلَنِيْهَا اللهُ.
Wahai Muhammad, Engkau adalah pimpinanku dan anak dari pimpinan kami, engkau adalah orang terbaik kami dan anak dari orang terbaik kami. Jawab Rasulullah Saw : Wahai manusia, berkatalah dengan perkataanmu. Dan janganlah terbujuk setan. Aku adalah Muhammad Ibn Abdullah, aku adalah hamba Allah dan untusan-Nya. Aku tidak senang jika kalian meninggikanku diatas kedudukan yang Allah telah menempatkanku padanya. (kitab Amalul Yaum wal Lailah, nomer hadis : 249).
Penghormatan dan pengagungan yang dilarang, jika melebihi batas ketentuan oleh Allah Swt. Misalnya pengagungan dan penghormatan yang mengarah kepada pemahaman bahwa Rasulullah Saw sejajar dengan Allah Swt, apalagi melebihi-Nya. Sebagaimana kecaman Allah kepada kaum nasrani yang menganggap Nabi Isa As sama dengan Allah Swt. Allah Swt berfirman Qs. al-Maidah/ 17 :
لَقَدْ كَفَرَ الذِيْنَ قَالُا إِنَّ اللهَ هُو المَسِيْحُ بْنُ مَرْيَمَ. : Sungguh kafir orang-orang yang menganggap bahwa Allah adalah Isa Ibn Maryam.
Makna majaz. Kata sayyid dapat ditujukan kepada mahluk yang patut menyandangnya.
a. Allah Swt berfirman Qs. Ali Imran/ 39
إِنَّ اللهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَ مُِصَدِّقًا بِكَلِمَةِ مِنَ اللهِ وَسَيِّدًا وَحَصُوْرًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَلِحِيْنَ
Sesungguhnya Allah memberi kebahagiaan kepadamu dengan Yahya yang membenarkan kalimat dari Allah, yang menjadi pmpinan, orang terhormat dan Nabi dari orang yang shalih.
b. Rasulullah Saw bersabda : يَوم الجُمْعَةِ سَيِّدُ الاَيَّامِ : Pimpinan hari adalah hari jum’ah. (HR.Bukhari).
c. Rasulullah Saw bersabda: أَنَا سَيِّدُ العَالَمِيْنَ : Aku adalah pimpinan mahluk alam semesta. (HR.Baihaqi, kitab kasyful khifa’/ al-Ajuluni, nomer hadis 617).
d. Rasulullah Saw : أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ أَدَمِ أَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ أَنَا اَوَّلُ مُشَفَّع : Aku pimpinan anak Adam. Aku orang pertama yang memberi pertolongan. Aku orang pertama yang mendapat pertolongan Allah. (Sunan Abu Daud juz IV, bab syafaat. Dan HR. Bukhari).
Penjelasan hadis ini, menerangkan bahwa maksud kalimat pada hari kiamat, adalah : Diakhirat yang Allah Swt mutlak sebagai Penguasa Tunggal tetap memfungsikan ketinggian dan keagungan Rasulullah Saw, apalagi didunia. (Kitab Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari).
e. Rasulullah Saw bersabda (saat itu bersama Sayyidina hasan Ibn Ali) :
إِنَّ هَذَا ابْنِي سَيدِّ ٌ: Sesungguhnya anakku ini adalah pimpinan (HR. Nasai/ Amalul Yaum wal Lailah, nh : 256).
f. Rasulullah Saw bersabda :
لاَيَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ عَبْدِي وَأُمَّتِي وَلاَ يَقُل المَمْلُوكُ رَبِّي, وَلَكِنْ لَيَقُل المَالِكُ فَتَايَ وَفَتَاتِي وَالمَمْلُوكُ سَيِّدِي وَسَيِّدَتِي, فَإِنَّكُمْ المَمْلُكُونَ وَالرَبُّ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
Sungguh, janganlah kalian memanggil “abdiku dan ummatku” (kepada bawahan), Dan janganlah memanggil “rabbii”/ Penguasaku/ Tuhanku (kepada atasan). Tetapi, panggillah (kepada bawahan) “remajaku”, dan “sayyidii/ sayyidatii”= pimpinan (kepada atasan). Karena kamu semua dikuasai atau dimiliki oleh Allah. Dan Penguasa adalah Allah Swt. (kitab Amal al-Yaum, nomer hadis 256).
قُومُوا إلَي سَيِّدِكُمْ : Berdirilah (hormatlah) kepada pimpinanmu. (HR. Bukhari dan Muslim).
f. Tidak boleh memberikan gelar sayyid kepada orang munafik.
Rasulullah Saw bersabda : وَلاَتَقُولُوا لِلْمُنَافِقِ سَـيِّدَنَا : janganlah kalian memanggil kepada orang munafiq : “pimpinan kita”. (Kitab Amalul Yaum wal lailah, nomer hadis : 245).
3. Setiap muslim (secara ruhani) dekat dengan Rasulullah Saw.
Semestinya telah banyak ayat al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan tentang kedekatan Rasulullah Saw (secara ruhani) kepada setiap mukmin dari dahulu sampai akhir zaman. Hanya akal dan pemahaman manusia saja yang telah membelakanginya, hingga terperosok kedalam pemahaman yang batal.
a. Allah Swt berfirman, Qs. an-Nisa/ 80 :
مَنْ يُطِع الرَسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَا كَ عَلَيْهِمْ حَقِيْظًا
Barang siapa yang taat kepada Rasul, maka berarti telah taat kepada Allah. Barang siapa yang membelok (dari ketaatan), maka engkau tidak Kami utus untuk mengawasi mereka.
Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang berpaling dari ketaatan (dalam keadaan maksiat), Allah tidak memerintahkan Rasulullah Saw sebagai pemilihara mereka. Mafhum mukhalafah (pemahaman kebalikan), bahwa orang yang dalam ketaatan, Rasulullah Saw diperintah sebagai pemilihara/ penjaga.
Imam Qurthubi menjelaskan makna حَفيِظاً pengawas, dengan :
حَافِظًا وَرَقِيْبًا لآَعْمَالِهمْ - Penjaga dan pengawas terhadap amal perbuatan mereka. (Kitab tafsir al-Qurthubi).
b. Allah Swt berfirman, Qs. al-Fatah/ 8-9 :
اِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبـشّرًا وَنَذيْرًا لتُؤْمِنُوا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ
Wahai Nabi, sesungguhnya Aku (Allah) mengutus Engkau (Muhammad) menjadii saksi, dan sebagai penyampai berita gemgira (penghibur) dan pemberi peringatan. Agar mereka semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Al-Ghauts fi Zamnihi Imam Qurthubi Ra :
وَهُوَ شَاهِدٌ عَلَى أَفْعَالِهِمْ اليَوْمَ وَشَهِيْدٌ عَلَيْهِمْ يَوم َالقِيَامَةِ : Beliau Rasulullah menyaksikan perbuatan manusia pada hari ini dan pada hari kiamat. (tafsir al-Qurthubi)
Al-Ghauts fi Zamanihi Syeh Yusuf an-Nabhani Ra menjelaskan (Sa’adah ad-Daraini, hlm : 461- 62)
وَالشَاهِدُ لاَ بُدَّ أَنْ يَكُوْنَ حَا ضِرًا لِلمَشْهُودِ عَلَيْهِ وَنَاظِرًا لِلمَشْهُودِ بِه ِ فَعُـلِمَ أَنَّهُ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لِئُ كُل العَالمِ وَحَاضرٌ فِي كُل زَمَانٍ
Rasulullah Saw sebagai saksi. Artinya senantiasa hadir serta melihat orang yang disaksikan. Sesungguhnya (jiwa) Rasulullah Saw itu memenuhi alam semasta dan hadir disetiap zaman.
وَبِالجُمْلَةِ وَالتَفْصِيْلِ فَهُوَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِِ وَسَلَّمَ مَوْجُوْدٌ بَيْنَ أَظْهَرِنَا حِسًّا وَمَعْنًى جِسْمًا وَرُوْحًا سِرًّا وَبُرْهَانًا
Dengan melalui dasar yang jelas, Rasulullah Saw berada diantara kita, baik secara hissy (indrawi) atau maknawi (metafisik), secara jasmani maupun rohani, atau secara rahasia atau nyata.
Al-Qadli Abul Fadlol ‘Iyadl al-Yahshabi menjelasan bahwa Syeh Sahal at-Tustari berkata :
مَنْ لَمْ يـَرَوِلا َيَةَ الرَسُول عَلَيْهِ فِي جميْعِ الاَحْوالِ وَيرَى نـَفْسَهُ فِي مُِلْكِهِ صَلى اللهُ عََليْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَـذُ وقُ حَلا َوَةَ سُـنـََّتِهِ لآنَّ النَبِيَ صَلى الله عَلَيْه وَسَلَّمَ قَال َ : لاَ يُؤْمِنُ أَحـَدُكمْ حـَتَّىأنْ أَكُـونَ أحَبَّ اِلَيْهِ مِنْ نَفْسِه
Barang siapa tidak memahami, bahwa penguasaan Rasulullah atas dirinya, dalam segala hal, dan tidak memahami bahwa dirinya dalam kepemilikan Rasulullah, maka ia tidak akan merasakan manisnya sunah Rasulullah Saw. Nabi Saw bersabda : Tidak iman kamu semua, sehingga Aku lebih dicintai dari pada dirinya sendiri. (Kitab as-Syifa’ bab mahabbah Rasul).
Al-Ghauts fi Zamnihi Imam Abu Hamid al-Ghazali Ra menjelaskan :
قَدْ مَنَعَ كَمَالُ الاِ يْمَانِ بِشَهَا دَةِ التَوحيْد لا َاِلَهَ اِلاَ الله مَالَم تقْـتَرِن بِشَهَادةِ الرَسُول ِمُحَمَّد رَسُولُ الله
Sangat terlarang menyempurnakan iman hanya dengan sahadah tauhid (tiada Tuhan selain Allah), tanpa disertai sahadah risalah (Muhammad adalah utusan Allah). (Ihya’/ Qawa’idul Aqa’id).
4. Rasulullah Saw sebagai media dzikr dan ma’rifat kepada Allah Swt.
Rasulullah Saw bersabda :
أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَلاَمُ فَقَالَ إِنَّ رَبِّي وَرَبَّكَ يَقُوْلُ لَكَ تَدْرِي كَيْفَ رَفَعْتُ ذِكْرَكَ؟ قُلْتُ أَللهُ وََسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ لاَ اُذْكَرُإِلاَّ ذُكِرْتَ مَعِي.
Jibril As telah datang kepadaku dan berkata : sesungguhnya Tuhanku dan Tuhanmu bersabda untukmu : Tahukah kamu (Muhammad),bagaimana Aku meninggikan sebutanmu?. Aku menjawab : Allah dan utusannya lebih mengetahui. Allah bersabda : Tidak Aku anggap dzikir kepada-Ku, kecuali engkau (Muhammad) didzikir bersama Aku. (HR. Ibnu Hibban dan Abu Ya’la. Kitab Jam’us Shaghir juz I bab alif, dan kitab as-Syifa’ juz I, bab I, pasal I).
Dalam kitab as-Syifa’ dijelaskan penjelasan para ulama tentang makna hadis diatas :
a. Syeh ‘Atha’ al-Adami menjelaskan : bahwa seakan-akan Allah Swt bersabda :
جَعَلْتُ تَمَامَ الإِيْمَانِ بِذِكْرِكَ مَعِي, جَعَلْتُكَ ذِكْرًا مِنْ ذِكْرِي فَمَنْ ذَكَرَكَ ذَكَرَنِي
Aku jadikan sempurnanya iman dengan “dzikir kepadamu bersama Aku”. Aku menjadikanmu sebagai media dzikir kepada-Ku. maka barang siapa ingat kepadamu, berarti ia ingat kepada-Ku.
b. Imam Ja’far Shadiq Ibn Ali Ibn Husain Ibn Ali Ibn Abu Thalib Kw menjelaskan :
لآَيَذْكُرُكَ أَحَدٌ بِالرِسَالَةِ إِلاَّ وَذَكَرَنِي بِالرُّبُوْبِيَةِ : Tidak ingat kepadamu melalui kerasulan (mu), kecuali ia telah ingat kepada-Ku dengan (rahasia) ke-Tuhanan-Ku
Al-Ghauts fi Zamnihi Syeh Yusuf Ismail an-Nabhani Ra dalam kitabnya, (w. 1942 M), menjelaskan bahwa para waliyullah dan kaum sufi, sepakat berfatwa :
a. Muslim yang dapat menyadari kebersamaannya dengan Rasulullah Saw secara ruhaniyah, merupakan jalan untuk mencapai derajat iman, islam dan ihsan yang sempurna.
لاَيَكْمَلُ العَـبْدُ مَقَامَ العِرْفَانِ حَتَّىيَصِيْرَ اَنْ يَجْتَمِعَ بِرَسُولِ اللهِ صلى اللهُ عَليهِ وَسَلَّمَ بِحَسَابِ الرُوحانية
Tidak sempurna maqam irfan (makrifat) seorang hamba (kedekatan kepada Tuhan) sehingga ia dapat bersama dengan Rasulullah Saw secara ruhaniyah. (Sa’adah ad-Darain hlm : 435)
b. Wushul (sadar) kepada Rasulullah Saw berarti merasakan sadar wushul kepada Allah Swt.
وَمَعْلُومٌ أَنَّ مَنْ ذَاقَ لَذَّةَ وِصَالَ المُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاَلِهِ وَسَلَّمَ ذَاقَ لَذَّةَ وِصَالَ رَبِّهِ تََعَالى وَمَنْ فَرَّقَ بَيْنَ الوِصَالَيْنِ لَمْ يَذُقْ لِلْمَعْرِفَةِ مِنْ أَعْظَمِ الوَصَلِ التَعَلُّقِ بِصِفَاتِ الحَبِيْبِ وبِكَثْرَةِ الصَلاَةِ عَلَيْهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِِ وَسَلَّمَ
Telah jelas, bahwa barang siapa yang dapat merasakan nikmatnya wushul kepada Rasulullah Saw, ia akan merasakan nikmatnya wushul kepada Allah Swt. Dan barang siapa memisahkan kedua wushul tersebut, ia tidak akan merasakan manisnya makrifat. Sebaik-baik jalan wushul adalah ta’alluq kepada Nabi Saw serta banyak bershalawat kepada Rasulullah Saw. (Sa’adah/ hlm : 506).
Syeh Abul Abas al-Mursi Ra dan Syeh Hasan as-Sadzili Ra, juga menjelaskan makna hadis diatas :
لَوْحُجـِبْتُ طَـرْفَةَعَيْنٍ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَـلَيْهِ وَسَلمَّ مَاأَعْـد دْتُ نَفْسِي بَالمُسلِمِيْنَ
Jika sekiranya aku lupa kepada Rasulullah Saw. dalam waktu satu kerlipan mata saja, maka aku tidak berani menghitung diriku sebagai golongan orang Islam. (Kitab Sirajut Thalibin/ I/ 262, dan kitab Thabaqat al-Kubro-nya as-Sya’rani/ II/ bab as-Syadzali).
e. Rasulullah Saw sebagai penyalur pemberian Allah kepada mahluk
Rasulullah Saw adalah Perantara Agung (وَاسِـطَةُ العُظْمى) antara Allah Swt dan hamba.
1. Firman Allah Swt, Qs, Ali Imran/ 67 :
اَللهُ وَلِيُّ المُؤْمِنِيْن: Allah adalah penolong orang beriman.
2. Firman Allah swt, Qs, al-Maidah/ 55 :
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ : Sesungguhnya Penolong kamu semua, hanyalah Allah dan Rasul-Nya.
Banykan muslim yang salah memahami kedua ayat ini serta memiliki pemahaman syirik kepada Allah. Berkaitan dengan ayat ini, Imam Ahmad as-Shawi yang menjelaskan : dikaitkannya pertolongan Rasulullah Saw dengan pertolongan Allah menujukkan bahwa Rasulullah Saw : ُ وَاسِطَةُ العَظْمَى فِي كُلِّ نِعْمَةٍ: merupakan perantara agung (perantara tunggal) dalam segala nikmat. Pertolongan Rasulullah Saw adalah pertolongan Allah Swt. (Kitab tafsir Shawi juz I)
3. Makna dari kedua ayat diatas lebih diperjelas lagi oleh firman Allah Swt, Qs. al-Maidah/ 35 :
يَأَيُّهَا الذِيْنً أَمَنُوا اتَقُوااللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الوَاسِيْلَةِ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيْلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah, dan carilah wasilah. Dan bersungguh-sungguhlah kalian dalam jalan-Nya, semoga kamu mendapat kemenangan.
Semestinya Rasulullah Saw telah menjelasan makna wasilah, dengan perantara tunggal. Sayang kebanyakan manusia memberinya arti yang membelakanginya. Hingga mereka tidak memahami hakiki kekuasaan Allah Swt serta kedudukan Rasulullah Saw. Kata wasilah memiliki arti perantara dan kedudukan disisi Allah Swt, yang keduanya saling melengkapi. Mahluk yang menduduki maqam wasilah (derajat tertinggi disi Allah Swt), maka ia menjadi perantara antara Allah dan hamba-Nya). Dan yang dijadikan sebagai perantara, maka kedekatannya kepada Allah Swt telah mencapai derajat tertinggi.
a. Makna kedudukan.
Dalam tafsir Ibnu Katsir tertulis sabda Rasulullah Saw :
إنَّ الوسِيْلَةَ دَرَجَةٌ عِنْدَ اللهِ لَيْسَ فَوقَهَا دَرَجَةٌ فَسَلُوا اللهَ أَنْ يُؤْتِيَنِي الوَسِيْلَةِ عَلَى خَلْقِهِ
Sesungguhnya wasilah itu derajat disisi Allah, maka mohonlah kamu semua kepada Allah agar Ia memberiku wasilah kepada mahluknya. (HR. Ibn Mardawih dari Abu Said al-Khudzri)
b. Makna perantara.
- Rasullullah Saw bersabda (HR. Muslim, Tirmidzi, Baihaqi dan Nasa’i).:
مَنْ َصلَىعَلَىَصلاَ ةً َصلّىَ اللهُ عَلَيْهِ عَـشْرًا ثُمَ َسـلُوااللهَ لِي الوَسِيلَةً فَاِ ّنَهَا مَنْزلَةً فِي الجَنّةِ لاَ تَنْبَغِي اِلاَّ لِعـبْدٍ منْ عِبَادِاللهِ َوأ رْجوأَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَألَ اللهَ لِي الـوَسِيْلَةَ حَّلَتْ عَلَيْهِ الشَفَاعَةُ
Barang siapa bershalawat kepada-Ku sekali, maka Allah membalas shalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian mohonlah kalian kepada Allah wasilah untuk Aku. Sesungguhnya wasilah itu merupakan tempat didalam surga yang tidak layak kecuali hanya untuk satu orang dari para hamba Allah. Dan aku berharap sebagai orang tersebut. Maka barang siapa mohon wasilah untuk Aku, halal baginya syafaat.
Dalam menjelaskan makna wasilah dalam hadis ini, Syeh Syindi, berkata :
A. لاَيُخْرَجُ رِزْْقٌ وَمَنْزِلَةٌ إِلاَّ عَلَى يَدَ يْهِ وَبِوَسِطَتِهِ
Tidak akan dikeluarkan (oleh Allah) rizki dan kedudukan, kecuali diatas tangan Rasulullah dan dengan perantaraannya. (kitab Hasyiyah Sunan an-Nasa’i, juz II bab shalawat ba’da adzan).
- Firman Allah Swt, Qs.at-Taubah/ 99 :
وَمِنَ الاَعْرابِ مَنْ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْم الاَخِرِوّيَتَّخذُ مَا يُنْْفِقُ قُرٌباتٍ عـِنْدَالله وَصَلَوَاتِ الرَسُوْلِ أَلاَاِنَّهَا قـُرْبَةٌ لَهمْ سيُدْ خِلهمُ اللهُ فِي رَحمَتِهِ اِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَحِيْمٌ
Dan diantara orang-orang arab, terdapat orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan ia menjadikan amal yang ia infaqkan sebagai jalan pendekatan (wasilah) kepada Allah, dan (menjadikan wasilah) ketika bersolawat kepada Rasul Ketahuilah, sesungguhnya yang (jalan itu) sebagai pendekat bagi mereka. Dan Allah akan memasukkan mereka kedalam rahmatnya. Sesungguhnya Allah Dzat maha pengampun dan Maha kasih.
Dalam menjelaskan makna kata قُرٌبات = jalan pendekatan, Imam Shawi berkata :
فَمَنْ زَعَمَ اِنَّهُ يَصِلُ اِلَى رِضَا اللهِ بِدُونِ اتِّخَاذِهِ صَلََّىالله عليه وسلم وَاسِطَةً وَوَسِيْلَةً بَيْنَهُ وَبيْنَ الله تعالى ضَلَّ سَعْـيُهُ وَخَابَ رَأ ْيُهُ
Barang siapa memiliki anggapan, bahwa sesungguhnya dirinya dapat wushul sapai kepada ridha Allah tanpa mengambil Rasulullah Saw sebagai penengah (antara) dan perantara antara dirinya dan Allah Swt, maka tersesatlah jalannya dan merugikan pendapatnya. (Kitab tafsir Shawi juz II).
Berdasar kassyaf )rukyah shalihah) dan beberapa bukti naqli (al-Qur’an dan hadis), al-Ghauts Fii Zamanihi Syeh Nabhani Ra, dalam kitabnya Syawahidul Haq, menerangkan :
وَأَمَّا كَوْنُهُ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْطِي وَيَمْنَعُ وَيَقَضِي حَوَائِجَ السَائِلِيْنَ وَيُفـَرِّجُ كُرَبَاتِ المَكْرُوبِيْنَ وَأَنَّهُ يَشْفَعُ فِيْمَنْ يَشَاءُ وَيَدْخُلُ الجَنَّةَ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَلاَشَكَّ فِيْهِ وَلاَ يَتَرَدَّ دُ بِصِحَّتِهِ وَوُقُُوعِهِ اِلاَّ كُلُّ مَنْ تَرَاكَمَ عَلَى قَلْبِهِ الجَهْلُ وَالظَلاَّمُ أَنَّهُ يُعْطِي باللهِ وَيَمْنَعُ باللهِ وَيَقْضِي حَوَئِجَ السَائِلِيْنَ باللهِ وَيُفَـرِّجُ كُرَبَاتِ المَكْرُبِيْنَ باللهِ وَيَشْفَعُ فِيْمَنْ يَشَاءُ بِتَشْـفِـعِ اللهِ لَه.ُ وَلَمْ يَعـْتَقِـدْ أَحَدٌ مِنَ المُسْلِمِيْنَ أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُ مِنْ ذَالِكَ شَيْئًا بِنَفْسِه.ِ مَعَ اِعْتِقَادٍ أَنَّهُ سَيِّدُ عَبِيْدِ اللهِ وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ وَاَحَبُّهُمْ وَاَقْـرَبُهُمْ اِلَى اللهِ
Keberadaan Rasulullah Saw dapat memberi, menolak, mengabulkan hajat para pemohon, membereskan kekacauan orang. Sesungguhnya Beliau Saw memberi syafa’at kepada orang yang dihendakinya, memasukkan surga kepada orang yang dikehendakinya. Kebenaran hal ini tidak diragukan lagi, kecuali bagi orang yang hatinya dipenuhi kebodohan dan kegelapan.
Rasulullah Saw dapat memberi, menolak, mengabulkan hajat orang, membereskan permasalahan orang tersebut dengan izin Allah (billah), dan memberi safaat orang yang Beliau kehendaki, dengan pertolongan Allah. Tidak ada orang Islam yang memiliki keyakinan, bahwa Rasulullah Saw melakukan semua itu berdasar kekuatannya sendiri. Setiap muslim, memiliki keyakinan bahwa Rasulullah Saw adalah pemimpinan hamba-hamba Allah, mulianya mahluk disisi Allah, dan manusia yang paling cinta dan dekat kepada Allah.
Ahmad Dimyathi
08/10/2013 08:20
Ahmad Dimyathi
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH
MASALAH SAYYIDINAA DAN
“YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH”
A. BACAAN SAYYIDINAA
Arti kalimat “Sayyid” adalah (الَّسيِّدهُوَ مَنْ فــَاقَ على غَيْرِه ) artinya “Sayyid adalah orang ang tertinggi / termulia dari yang lain. Orang tertinggi kedudukannya di suatu desa dinamakan “Sayyidul-qoryah”, yang tertinggi di suatu negara didsebut “Sayyidul-balad” dan seterusnya. Sedangkan sudah dimaklumi orang yang tertinggi di kalangan makhluq adalah SAYYIDUL KHOLQI AJMA'IIN, SAYYIDUL WUJUD YAITU Rosululloh SAW.
Dalam sholawat Ma’tsuroh (yang redaksinya disusun oleh Rosululloh sendiri) tidak ada yang memakai kalimah ‘’Sayyidina”. Hal ini menunjukkan keluhuran budi Rosululloh SAW yang tidak pernah menonjolkan diri. Beliau selalu ber-tawadlu’, lemah lembut kepada siapapun. Suatu sikap budi luhur yang seharusnya ditiru oleh para ummatnya.
Adapun kita sering membacanya dengan tambahan kata “SAYYIDINA”, kata itu tambahan oleh para shahabat Nabi SAW, sebagai cetusan rasa ta`dhim dan mahabbah. Sudah sewajarnya kita para ummatnya menyebut Baginda Nabi SAW dengan “Sayyidina” atau kata lain yang maksudnya sama, misalnya “Kanjeng”, “Gusti”, “Bendara”, “Baginda” dan sebagainya. Sedangkan terhadap pahlawan bangsa kita sering menggunakan “Pangeran” seperti “Pangeran Diponegoro”, Kanjeng Sultan dan sebagainya. Lebih-lebih terhadap Rosulullah SAW. Bukankah Baginda Nabi Muhammad e, sebagai “Sayyidul Anbiyaa Wal Mursaliin”, Pemimpin-nya para Nabi dan para Utusan ِAlloh, bahkan “Sayyidul Kholqi Ajma`iin”, Sayyid atau Pemimpinnya seluruh makhluq!
Jadi penggunaan kalimah “Sayyidina” terhadap Baginda Nabi SAW baik di dalam bacaan sholawat ataupun di luar bacaan sholawat, merupakan cetusan rasa ta’dhim (memuliakan) dan rasa mahabbah / cinta yang mulus. Bukan dan tidak boleh diartikan sebagai merubah yang asli atau mengada-adakan.
Pada kesempatan lain Rosulullah SAW , bersabda:
أنا سـيد ولـد أدم ولا فـخـر.. الحديث رواه أحـمد والترمـذي وابـن مـاجـه عـن أبي سـعـيد الحـذري
“Aku adalah Sayyid bagi anak cucu Adam dan tidak membanggakan diri……” (Riwayat Imma Ahmad dan Tirmidzi dan ibnu Majah dari Abu Sa’id al Khudri).
Alloh I melarang / tidak memper-bolehkan memanggil Baginda Nabi SAW, hanya dengan menyebut “Yaa Muhammad “ atau “Yaa Abal Qosim” dan panggilan lain yang tidak mengandung nilai ta’dhim (memuliakan).
Firman Alloh I,:
لاَّ تَجْعَلُواْ دُعَآءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَآءِ بَعْضِكُمْ بَعْضاً
.....الأية (24-النور: 63)
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rosul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain)….” (Q.S. 24 –An-Nur, 63)
Di dalam ayat lain disebutkan larangan Alloh I :
يآأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَرْفَعُواْ أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلاَ تَجْهَرُواْ لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تَشْعُرُونَ. (49- الحـــجــــرات :2)
Artinya kurang lebih:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suara kamu melebihi suara Nabi e dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak terhapus (pahala) amal-amal kamu sekalian dan kamu sekalian tidak menyadari”. (49-Al-Hujurot :2)
Kedua ayat tersebut bertitik berat pada bidang adab terhadap Rosulullah SAW. Memanggil nama Beliau SAW dengan “njangkar” istilah orang Jawa, memanggil tanpa disertai penghormatan, dan berbicara keras terhadap Baginda Nabi SAW, adalah sangat tidak sopan dan merupakan su-ul adab yang bisa mengakibatkan terhapusnya amal-amal kebaikan.
Kita para umat wajib menghormat dan memuliakan Baginda Nabi SAW. Syekh Abul Abbas At-Tijani berkata sebagaimana disebutkan di dalam kitab Sa’aadatud-Daaroini, halaman 11, bahwa “siyaadah” (sebutan Yaa Sayyidii atau Sayyidina) adalah termasuk ibadah. Sebab maksud pokok dari bacaan sholawat adalah menghormat, mengagungkan Baginda Nabi SAW. Jadi apabila meninggalkan kata siyaadah di dalam bacaan sholawat, berarti kurang menghormat / kurang memuliakan kepada Beliau SAW. Ini perlu kita perhatikan !
Adapun mewmperbanyak nida’ “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH” sebagaimana yang banyak dilakukan oleh Pengamal Wahidiyah itu tidak berarti meninggalkan Alloh atau menomor duakan alloh, Itu tridak. Karena dengan menyebut nida’ tersebut sekali gus berdzikir kepada Aloh.
Perhatikan dalam sudsunan kalimatpun juga ada lafadh “ALLOH”. Disamping itu berdzikir / ingat kepada Rasululloh juga termasuk berdzikir kepada Alloh.
Sabda Nabi :
مَنْ ذَكــَـرَنِى فـَـقـــَدْ ذَكــَـرَ الله َ وَمَنْ أَحَبـَّـنِى فـَقــَدْ أَحَبَّ الله َ وَالــْمـــُصَلــِّى عـَـلــَيَّ نـــَاطِـقٌ بــِذِكـــْر ِ الله ِ (ســعــادة الــداريـــن 512)
Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa menyebut namaku (dzikir / ingat kepadaku), maka sesungguhnya ia telah menyebut / berdzikir kepada Alloh, dan barangsiapa mencintai aku, maka sesungguhnya ia telah mencintai Alloh, dan orang yang membaca sholawat kepadaku termasuk berdzikir kepada Alloh”. (Sa’adatud Daroini 512).
Lebih dari itu orang yang banyak berdzikir kepada Beliau akan diberi rasa mahabbah kepada Beliau. Sedangkan rasa mahabbah kepada Beliau termasuk tali pengikat iman kepada Alloh.
Bersabda Rosullullah SAW :
مـَـنْ أَحَـبَّ شَـيْئاً أَكْــثَرَ مِــنْ ذِكْـــــرِهِ (رواه الد يلمي عن عا ئشة)
“Barang siapa mencintai sesuatu, dia banyak menyebut / mengingat sesuatu itu”. (Riwayat Dailami dari Aisyah R.A)
أَلاَ لاَ إِيـْمَـانَ لِـمَـنْ لاَ مَحَـبَّـةَ لَـهُ , لاَ إِيـْمَـانَ لِـمَـنْ لاَ مَـحَـبَّـةَ لَـــهُ ( الصا وي الثـا لث : 41 )
“Perhatikanlah, tidak disebut beriman orang yang tidak mempunyai rasa cinta…( Showi juz 3 halaman 41 )
Rasululloh SAW bersabda :
لاَ يـُؤْ مِنُ أَحَـــدُكُـمْ حَـتَّى أَكُــوْنَ أَحَــبَّ إِلَـيْـهِ مِــنْ نـَفْـسِهِ وَمَـالِـــهِ وَالـنَّاسِ أَجْـمَـعِـــيْنَ . (رواه البخاري ومسلم وأحمد والتر مذي وابن ماجه عن انس y)
“Tidaklah sempurna iman salah satu dari kamu sekalian sehingga Aku lebih dicintai dari pada dirinya sendiri, hartanya dan manusia semuanya”. (Riwayatbukhari, Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas).
Uraian tentang mahabbah secara lengkap Insya Alloh akan dibahas
Suka · · Berhenti Mengikuti Kiriman · Bagikan · 38 menit yang lalu
Emah Melati, Ahmad Rayhan Hr, Evan Salez dan 3 lainnya menyukai ini.
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Di dalam Al Quran surat al-Anfal ayat 33
"وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ"
Yang penjelasanya adalah : Alloh SWT tidak akan menyiksa mereka, selama Engkau (Muhammad SAW) ada di tengah-tengah (di dalam hati) mereka.
Jadi kesimpulannya: Jika kita ingin tidak disiksa oleh Alloh SWT (baik di dunia, lebih-lebih nanti di akhirat), hati kita harus senantiasa diisi dengan Rosulullah SAW. Mari kita selalu baca kalimat "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" dimanapun dan kapanpun berada, terutama dalam hati.
29 menit yang lalu · Suka · 1
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Waktu Rosulullah SAW lahir langsung Saajidan (bersujud) dan Dzaakiron (memanggil-manggil), lantas siapa yang dipanggil oleh Rosululloh SAW ketika sujud itu ? Ternyata yang dipanggil adalah "Ummatii-Ummatii" (ummatku-ummatku). Ternyata yang dipanggil adalah kita sebagai ummat Beliau SAW, Beliau Rosululloh SAW sudah rindu kepada kita sbagai ummat-Nya.
Jadi wajar kalau kita menyambut dengan rasa gembira panggilan Beliau dengan kalimat "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" Juga ketika Beliau Rosululloh SAW akan meninggal dunia terdengar sayup-sayup oleh Syayyidina Ali KW dan lainnya, beliau Rosululloh SAW memanggil-mangil ummatnya dengan panggilan penuh kasih sayang dan Beliau SAW sangat prihatin sekali atas nasib kita ummatnya, sayup-sayup suaranya memanggil-manggil UMMATII-UMMATII.......( 'INDA WAFAATIHI ), maka wajar dan harus kita menjawab panggilan Rosululloh SAW tsb dengan kalimat YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH, YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH, dengan penuh ADAB, antara lain : Ikroman wa Ta'diiman wa Ta adduban (memulyakan, mengagungkan dan beradab), Tasyaffuan (memohon syafaat), Mahabbatan (cetusan rasa cinta yg mendalam), Syauqon (rindu yg sangat mendalam), Tadzallul wal Inkisar (merendahkan diri dan meratapi dosa2 kita), Tawajjuh dan Hudlur (Ingat membayangkan Beliau SAW dan hatinya merasa hadir) dihadapan Junjungan kita Rosululloh SAW !. YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
28 menit yang lalu · Suka
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Di dalam kitab Zaadul Ma'ad karya Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dijelaskan, bahwa Rosulullah SAW pernah berdoa "Yaa Alloh, Engkau telah berjanji kepadaku, bawah Engkau tiidak akan menyiksa ummatku selama aku berada di hati mereka".
Jadi kesimpulannya: Jika kita tidak mau celaka, tidak mau diadzab oleh Alloh SWT, tidak mau disiksa Alloh SWT, hati kita harus senantiasa diisi Rosulullah SAW, marilah kita selalu baca kalimat "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" dimanapun dan kapanpun. Usahakan bisa diamalkan dalam sehari +- 30 menit selama 40 hari berturut-turut, yang berfaedah untuk MENJERNIHKAN HATI DAN KESADARAN/MA'RIFAT BILLAH WA ROSUULIHI SAW, JUGA DAPAT BERFAEDAH UNTUK HAJAD APA SAJA !. Juga waktu-waktu tertentu, MISALNYA ADA HAJAD YANG SANGAT PENTING DAN MENDESAK perbanyaklah membacanya, misalnya kita baca 5000 kali, 10.000 kali, 100,000 kali, atau 1 jam, 2 jam, 3 jam dst !. Insya Alloh akan diijabah semua hajadnya oleh Alloh SWT, memperoleh solusi, jalan keluar, kemudahan-kemudahan dari semua problim hidup atau masalah-masalah yang dihadapinya. Amiin !.
27 menit yang lalu · Suka
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Kedekatan atau semakin dekatnya dengan Rosululloh SAW menyebabkan iman dan taqwa seseorang akan lebih unggul dibanding dengan yang lain. Oleh karena itu, dimanapun berada dan kapanpun saja mari kita senantiasa berhubungan rohani atau kontak batin dengan Beliau Rosulullah SAW, bisa dengan membaca sholawat apa saja atau membaca "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH".
26 menit yang lalu · Suka
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Wamaa arsalnaa min rasuulin illaa liyuthaa'a bi-idzni (al)laahi walaw annahum idz zhalamuu anfusahum jaauuka fa(i)staghfaruu (al)laaha wa(i)staghfara lahumu (al)rrasuulu lawajaduu (al)laaha tawwaaban rahiimaa(n) ( QS AL-QUR'AN AYAT 64 ).
( ARTINYA : Dan kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah (LIRROSUL). Sesungguhnya Jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu (ROSULULLOH SAW), lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Makna yang terkandung di dalam Surat An Nisa' ayat 64 tsb adalah :
وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا
Penafsirannya:
WALAU ANNAHUM IDZ DZOLAMUU ANFUSAHUM (Ketika mereka merasa diri-nya banyak dzolim, ketika mereka merasa banyak salah, ketika mereka merasa banyak perbuatan maksiat, ketika mereka merasa banyak dosa-nya);
JAAUUKA (namun mereka mau datang kepadamu, mereka mau sowan kepadamu, mereka mau menghadap kepadamu, mereka mau beraudensi kepadamu (Rosulullah SAW);
FASTAGHFAR-ALLOHA (di hadapan Rosulullah SAW mereka mau memohon ampun kepada Alloh atas segala dosanya, atas segala kedzoliman-nya, atas segala maksiatnya, atas segala kesalahannya, dengan penuh rasa nlongso berlumuran dosa);
WASTAGHFAR LAHUMUR ROSUULU (maka Rosulullah SAW ikut memohonkan ampun, ikut mendoakan);
LAWWAJADUALLOHA TAUBATAN ROHIIMA (maka pastilah mereka (yang mau datang kepada-mu Rosul SAW tsb) akan diampuni taubatnya, akan diampuni segala dosanya).
Kesimpulannya:
Jika kita ingin diterima taubat kita dihadapan Alloh SWT, maka kita wajib menghadap kepada Rosullullah SAW antara lain dengan banyak2 Sholawat apa aja atau nidak Rosul SAW "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH", karna nidak Rosul tersebut dimaksudkan untuk memohon syafaat kpd Beliau SAW. Para Ahlul Kasyfi menerangkan bahwa "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" adalah "Iltijaa ul ummah ilaa Sayyidihim" mengungsinya ummat kepada PEMIMPINNYA yakni Nabi SAW dan dalam Tafsir Showi Juz 3 dijelaskan apabila kita memanggil2 Beliau dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH spontan Beliau SAW mensyafaati dan menjawab panggilan kita tsb dengan "MAA HAJATUKA YAA UMMATII".........? "APA GERANGAN HAJAT KEBUTUHANMU WAHAI UMMATKU....?.
Sekalipun Beliau SAW sudah di alam kubur, namun Rosululloh SAW diperlihatkan/diperdengarkan oleh Alloh SWT bacaan sholawat atau nidak Rosul oleh para ummatnya ! Dan masih banyak lg dasar atau dalil2 yg berhubungan dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
JADI, SEKALI LAGI Jika kita INGIN DITERIMA TAUBAT KITA, dan tidak mau celaka, tidak mau diadzab oleh Alloh SWT, hati kita harus senantiasa beraudensi dihadapan Rosulullah SAW, marilah kita selalu baca sholawat dan atau kalimat "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" dimanapun dan kapanpun. Usahakan kalimat tersebut bisa diamalkan dalam sehari +- 30 menit selama 40 hari berturut-turut, yang berfaedah untuk MENJERNIHKAN HATI DAN KESADARAN/MA'RIFAT BILLAH WA ROSUULIHI SAW, JUGA DAPAT BERFAEDAH UNTUK HAJAD APA SAJA !. Juga waktu-waktu tertentu, MISALNYA ADA HAJAD YANG SANGAT PENTING DAN MENDESAK perbanyaklah membacanya, misalnya kita baca 5000 kali, 10.000 kali, 100,000 kali, atau 1 jam, 2 jam, 3 jam dst !. Insya Alloh akan diijabah semua hajadnya oleh Alloh SWT, memperoleh solusi, jalan keluar, kemudahan-kemudahan dari semua problim hidup atau masalah-masalah yang dihadapinya. Amiin !.
25 menit yang lalu · Suka
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Dan apa sih makna yang terkandung di dalam Al-Qur'an Surat Al Ahzab ayat 21 ???. "Laqad kaana lakum fii rasuuli (al)laahi uswatun hasanatun liman kaana yarjuu (al)laaha wa(a)lyawma (a)l-aakhira wadzakara (al)laaha katsiiraa(n)".
ARTINYA : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.)
Pasti ada di dalam pribadi Beliau Rosulullah SAW suri tauladan, bahasa keren-nya adalah IDOLA (seseorang itu cenderung meniru idola-nya). Nah, jika kita mengidolakan Rosululloh SAW, secara otomatis tingkah laku dan perbuatan kita harus ma'mun kepada Rosul (karena beliau adalah suri tauladan/contoh yang baik).
Trusss, siapa saja sih yang harus mengidolakan Rosul, " liman kaana yarjuu (al)laaha wa(a)lyawma (a)l-aakhira wadzakara (al)laaha katsiiraa(n)". yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Alloh, ingin berjumpa/beraudensi (sowan) kepada Alloh SWT, dan mengharap (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh.
Jadi kesimpulannya: Jika seseorang ingin benar-benar sampai/wushul kepada Alloh SWT dengan selamat, wajib hukum-nya menjadikan Rosulullah SAW sebagai suri tauladan dan IDOLA. Nah, karena Rosululloh SAW yang dijadikan suri tauladan, wajib hukum-nya senantiasa berhubungan (hubungan batin), dengan Rosulullah SAW, BERTA'ALLUQ BIJANAABIHI SAW, antaralain dengan cara memperbanyak bersholawat atau memperbanyak membaca HATINYA SHOLAWAT yakni YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH. Maka hubungan dengan Rosululloh SAW yang masih bersifat FORMALITAS ALA SYARII'AH harus ditingkatkan menjadi semacam hubungan molekuler yang lebih kokoh lahir dan batin. Bukankah Rosululloh SAW sendiri sesuai dengan kepribadian Beliau yang ROHMATAN LIL 'ALAMIIN dan BIL MUKMINIINA ROUUFURROHIIM telah meletakkan dan meratakan LEM PEREKAT hubungan terhadap sekalian para ummat ???. Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh !.
24 menit yang lalu · Suka
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Di dalam karya Syaikh Abdul Qadir Jaelani Qs wa Ra yaitu Kitab Fathul Rabbani menerangkan sebaga berikut : Jadikanlah segala urusanmu apa saja, baik urusan dunia (bekerja, belajar, makan, minum, dll) maupun urusan akhirat (sholat, zakat, puasa, hajji, bemujahadah, dll), harus senantiasa merasa dihadapan Rosulullah SAW.
Mengapa demikian ? Karena beliau Rosululloh SAW berada di tengah-tengah antara hamba dengan sang Pencipta Alloh SWT. Satu-satunya yang menghantarkan seorang hamba kepada Alloh SWT adalah Rosulullah SAW. Sehingga apa yang kita anggap baik itu adalah diperintahkan Rosul dan apa kita jauhi adalah karena larangan Rosul.
Kesimpulannya: Semua urusan dunia dan urusan akhirat harus senantiasa ma'mum dan berhubungan (kontak batin), berta'alluq dengan Rosulullah SAW.
Ta'alluq Bijanaabihi SAW yg paling gampang antara lainadalah dengan nidak Rosul YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ! Cara Ta"alluq Bijanaabihi SAW ada 2 jalan, diterangkan dlm kitab Sa'aadaatud Daroini, pertama TA'ALLUQ SURIYYUN, kedua TA'ALLUQ MAKNAWIYYUN, silakan baca kitab tsb. !
23 menit yang lalu · Suka
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Perihal mentalqin muhtadlor dengan tuntunan bacaan “Yaa Saiyyidi Yaa Rosulallah”
1. Masalah No. 7 :
Perihal mentalqin muhtadlor dengan tuntunan bacaan “Yaa Saiyyidi Yaa Rosulallah”
ياسيدى يارسول الله
Ø Keputusan :
Mentalqin seorang muhtadlor (orang yang sedang dalam sakaratul maut) dengan tuntunan bacaan ياسيدى يارسول الله
Tidak bertentangan dengan maksud hadits ini :
لقنوا موتكم لاإله إلا الله
Tuntunlah orang yang sedang dalam sakaratul maut dengan bacaan
لاإله إلا الله
Karena tuntunan dengan bacaan ياسيدى يارسول الله sama halnya dengan menuntun dengan bacaan الله, الله, الله.
Dengan talqin الله, الله, الله kita menuntun muhtadlor secara langsung kepada Allah.
Dengan talqinياسيدى يارسول الله kita mentalqin dengan bertawasul, kepada Rosulullah SAW.
Baik secara langsung maupun secara bertawasul, menurut hadits Nabi di bawah ini hukumnya sama :
قال صلى الله عليه وسلم : من ذكرنى فقد ذكر الله ومن أحبنى فقد أحب الله والمصلى عليّ ناطق بذكر الله (سعادة الدارين : 512)
وقال صلى الله عليه وسلم : يامحمد جعلتك ذكرا من ذكرى فمن ذكرك فقد ذكرنى ومن أحبك فقد أحبنى (سعادة الدارين : 512)
Selain itu tujuan perintah menalqin muhtadlor dengan لا إله إلا الله tidak lain agar si muhtadlor pada akhir hayatnya selalu ingat kepada Allah, sebagaimana yang termaktub dalam Kitab At Tadzkiratul Qurthubi halaman 11 :
لأن المقصود من التلقين أن يموت ابن آدم وليس فى قلبه إلا الله والمدار (اى مدار الحكم) على القلب وعمل القلب هو الذى ينظر فيه فيكون به النجاة واما حركة اللسان فإنما هى ترجمة عما فى القلب والا فلافائدة فيه (تذكرة القرطبى : 11)
Sedang bacaan tawasul ياسيدى يارسول الله yang disertai hati hudlur atau ingat kepada Rosulullah SAW itu sama hukumnya dengan bacaan langsung الله, الله, الله yang disertai hati hudlur atau ingat kepada Allah. Dalam kitab Sa’adatud Daroini halaman 509 di terangkan :
ومعلوم أن من ذاق لذة وصال المصطفى صلى الله عليه وسلم فقد ذاق لذة وصال ربه لأن الحضرة واحدة (سعادة الدارين : 506-507-509)
وهو صلى الله عليه وسلم حاضرنى ايّ مقام فيه يذكر بل دان (ترغيب ص 17)
ان من كان شأنه كثرة الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم يحصل له الشرف الأكبرلكونه صلى الله عليه وسلم يحضره عند سكرات الموت (سعادة الدارين : 518)
ان مستمد جميع الأنبياء الخ
فمن اعتقد ان النبي صلى الله عليه وسلم لاينفع بعد الموت بل هو كأحد الناس فهو الضآلّ المضل (صاوى جز :161)
انه سيأتى عن قليل زمان إذا ذكر انسان النبي صلى الله عليه وسلم والإقتداء به فى جميع احواله ذموه ونفروا عنه واذلوه واهانوة (مجالس السنية : 87)
15 menit yang lalu · Suka
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Alloh SWT berfirman di dalam hadist qudsi : "Yaa Muhammad, Aku jadikan Engkau sebagai sebutan (panggilan), barangsiapa yang memanggil-manggil Engkau, maka sesunggunya dia telah memangil-manggil Aku, dan barang siapa yang cinta kepadamu, berarti dia juga telah mencintai Aku".
Dalam hadits Rosululloh SAW bersabda : "MAN DZAKARONII FAQOD DZAKARULLOH WAMAN AHABBANII FAQOD AHABBALLOH WAL MUSHOLLI 'ALAIYYA NAATHIQUN BIDZIKRILLAH" (Sa'aadatud Daroin).
"Barang siapa dzikir kepadaku (lebih-lebih menyebut), maka sungguh ia dzikir kepada Alloh dan barang siapa cinta kepada-Ku, maka sungguh ia cinta kepada Alloh, dan orang yang membaca sholawat kepada-Ku, sungguh ia mengucakan dzikir kepada Alloh".
Dan masih banyak lagi Hadits yg menjelaskan bahwa Dzikir (lebih2 menyebut) Nabi SAW adalah IBADAH !. SABDA ROSULULLOH SAW : "DZIKRU 'ALAIYYA 'IBAADATUN " - "DZIKIR (LEBIH-LEBIH MENYEBUT) KEPADA SAYA ADALAH IBADAH".
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !.
12 menit yang lalu · Suka
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus bersholawat dan atau memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Ciri-ciri orang yg mencintai, pasti banyak mengingat dan menyebut atau memangilnya dimana saja, lagi keadaan bagaimanapun tetap menyebut dan mengingat, serta memanggilnya. ( Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh !).
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرو الْقَطِرَانِيُّ، ثنا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ، ثنا حِبَّانُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَخِيهِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِذَا طَنَّتْ أُذُنُ أَحَدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِي، وَلْيُصَلِّ عَلَيَّ، وَلْيَقُلْ: ذَكَرَ اللهُ بِخَيْرٍ مَنْ ذَكَرَنِي ”
المعجم الكبير للطبراني
Menceritakan kepada kami Ahmad bin Amr al-Qathirani, menceritakan kepada kami Abu ar-Rabi’ az-Zahrani, menceritakan kepada kami Hibban bin Ali, dari Muhammad bin Ubaydillah bin Abi Rafi’, dari saudaranya, yaitu Abdillah bin Ubaydillah bin Abi Rafi’, dari ayahnya (Ubaydillah bin Abi Rafi’), dari kakeknya (Abi Rafi’, budak Rasulullah) berkata: Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Jika berdengung telinga seseorang dari kalian, maka ingatlah aku (Nabi SAW), dan bershalawatlah atasku, dan katakan: Dzakarollohu bi khayrin man dzakaroni (Semoga Allah menyebut dengan kebaikan orang yang menyebutku (Nabi SAW)).
[Al-Mu'jamul Kabir lithThobroni]
إِذا طَنَّتْ أُذُنُ أحدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِي ولْيُصَلِّ عَلَيَّ ولْيَقُلْ ذَكَرَ الله مَنْ ذَكَرَنِي بِخَيْرٍ
الجامع الصغير للسيوطي
Jika berdengung telinga seseorang dari kalian, maka ingatlah aku (Nabi SAW), dan bershalawatlah atasku, dan katakan: Dzakarollohu man dzakaroni bi khayr (Semoga Allah menyebut orang yang menyebutku (Nabi SAW) dengan kebaikan).
[Al-Jami'ush Shoghir lis Suyuthi]
فَإِن الْأذن إِنَّمَا تطن لما ورد على الرّوح من الْخَبَر الْخَيْر وَهُوَ أَن الْمُصْطَفى قد ذكر ذَلِك الْإِنْسَان بِخَير فِي الْمَلأ الْأَعْلَى فِي عَالم الْأَرْوَاح
التيسير بشرح الجامع الصغير
Imam Al Manawi berkata dalam kitab beliau, yaitu At-Taysir bi Syarh al-Jami’ush Shaghir: “Maka sesungguhnya telinga itu berdengung ketika datang berita baik kepada ruh, yaitu Rasulullah SAW al-Mushthofa telah menyebut orang tersebut (pemilik telinga yang berdengung) dengan kebaikan di mala-il a’la (perkumpulan atau majelis tertinggi) di alam ruh.
[At-Taysir bi Syarh al-Jami'ush Shoghir]
Hadits ini juga diriwayatkan Imam al-Bazzar dengan redaksi doa:
اللَّهُمَّ اذْكُرْ بِخَيْرٍ مَنْ ذَكَرَنَا بِخَيْرٍ
“Ya Allah, sebutlah dengan kebaikan orang yang menyebut kami (Nabi SAW) dengan kebaikan”
Hadits seperti ini diriwayatkan oleh Imam Suyuthi, Imam ibnus Sunni, Imam Ruyani, Imam al-Bazzar, dan juga Imam Thabrani yang mana menurut beliau hadits ini Hasan. Para Imam yang dapat dipegang ini telah mencantumkan hadits-hadits seprti ini di dalam kitab-kitab mereka. Dan tak ada hadits yang menentang hadits ini. Para Imam ini telah mengajarkan kepada kita agar bershalawat kepada Nabi SAW ketika telinga kita berdengung atau berdenging. Maka amalan ini sungguh boleh dikerjakan. Apalagi perintah shalawat itu adalah perintah umum yang boleh dilakukan kapan saja, kecuali pada waktu dan tempat tertentu, seperti ketika di kakus.
Rasululloh SAW menyuruh kita mengingat, menyebut atau memangil beliau ketika telinga kita berdengung. Salah satu keutamaan mengingat Rasul SAW dijelaskan dalam hadits qudsi dari ibnu ‘Atho-i yang dinukil dalam Mawahibul Laduniyyah karya Imam al-Qasthalani dimana Allah berfirman:
جَعَلْتُكَ ذِكْرًا مِنْ ذِكْرِيْ. فَمَن ذَكَرَكَ ذَكَرَنِي
Aku telah menjadikanmu (Nabi SAW) dzikir dari dzikirku, barangsiapa yang menyebutmu (Nabi SAW) maka ia telah menyebutKu.
Maka barangsiapa menyebut atau mengingat atau memangil-manggil Nabi Muhammad SAW, maka ia telah mengingat Allah SWT. Dan siapa yang mengingat Allah, maka Allah mengingat dia dan menyertainya dengan kasih-sayang-Nya sebagaimana dijelaskan dalam hadits qudsi riwayat Bukhari dalam Shahihnya dari Abu Hurairah dari Rasulullah, berfirman Allah Ta’ala:
أَنَا مَعَ عَبْدِي حَيْثُمَا ذَكَرَنِي وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ
“Aku bersama hamba-Ku dimana pun ia mengingat-Ku dan bergerak bibirnya karena (menyebut/memangil) Aku.”
Dan juga dalam riwayat lain dari Abu Hurairah dari Rasulullah, berfirman Allah Ta’ala:
وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ
“Dan Aku bersamanya ketika mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka.”
Dan Nabi menyuruh kita untuk bersholawat atas beliau. Di antara keutamaan shalawat ini dijelaskan oleh Rasul:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا، وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ عَشْرًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ مِائَةً، وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ مِائَةً كَتَبَ اللَّهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ: بَرَاءَةً مِنَ النِّفَاقِ، وَبَرَاءَةً مِنَ النَّارِ، وأَسْكَنَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الشُّهَدَاءِ
Barangsiapa yang bersholawat atasku satu kali maka Allah bershalawat atasnya sepuluh kali. Barangsiapa yang bersholawat atasku sepuluh kali maka Allah bershalawat atasnya seratus kali. Barangsiapa bersholawat atasku seratus kali, maka Allah menulis diantara dua matanya: ‘bebas dari kemunafikan, dan bebas dari api neraka’ dan Allah tempatkan dia di hari qiamat bersama para syuhada. [Al-Mu'jamul Awsath dan Al-Mu'jamush Shaghir Imam Thabrani dari Anas bin Malik]
Allah bershalawat atasnya’ maksudnya Allah memberinya kesejahteraan, keselamatan dan kasih-sayang-Nya.
Dalam Kitab At-Taysir bi Syarh al-Jami'ush Shaghir, Al-Manawi menyebutkan bahwa sanad hadits yang diriwayatkan Ath-Thabrany diatas adalah HASAN:
وإسناد الطبراني حسن
Dan sanad hadits yang diriwayatkan Ath-Thabrany (diatas) adalah HASAN.
يَا شَافِعَ الْخَلْقِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمْ * عَلَيْكَ نُوْرَالْخَلْقِ هَادِيَ اْلاَنَامْ
وَاَصْلَهُ وَرُوْحَهُ اَدْرِكْنِى * فَقَدْ ظَلَمْتُ اَبَدًا وَّرَ بِّنِى
وَلَيْسَ لِى ياَ سَيِّدِيْ سِوَاكَا * فَاِنْ تَرُدَّ كُنْتُ شَخْصًا هَا لِكَا
يَا سَيِّدِ ي يَا رَسُوْ لَ الله ْ (X ۷)
"YAA SYAAFI'AL KHOLQIS-SHOLAATU WASAALAAM,
ALAIKA NUUROL-KHOLQl HAADIYAL ANAAM;
WA ASHLAHU WA RUUHAHU ADRIKNII
FAQOD DHOLAMTU ABADAW-WAROBBINII ; (3 kali)
WA LAISA LII YAA SAYYIDII SIWAAKA,
FA IN TARUDDA KUNTU SYAKHSHON HAALIKA".
“YAA SAYYIDII, YAA ROSUULALLOH !” ( 7 kali)
Terjemah :
"Duhai Kanjeng Nabi Pemberi syafa'at makhluq,
kepangkuan-MU sholawat dan salam kusanjungkan,
duhai Nur-cahaya makhluq, Pembimbing manusia;
Duhai Unsur dan Jiwa makhluq,
bimbing, bimbing, bimbing dan didiklah diriku,
sungguh, aku manusia yang dholim selalu;
Tiada arti diriku tanpa Engkau duhai yaa Sayyidii,
Jika Engkau hindari aku, akibat keterlaluan berlarut-larutku,
Pastilah, pastilah, pasti ‘ku ‘kan hancur binasa !".
"Duhai Pemimpin kami, duhai Utusan Alloh!”--"Yaa Sayyidii Yaa Rasulallooh"
Senin
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
10/02/2014 21:05
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
asalamualaikum pak yai aq mau tanya nie adek q ponkan tanya tntang wahidiyah ,kenapa kta jika berdoa harus minta ke romo yai dulu bru ke allah mhon yai pnjelsanya sukron
Ahmad Dimyathi
10/02/2014 21:07
Ahmad Dimyathi
CONTOHNYA GMN TU...
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
10/02/2014 21:10
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
ktane dia ,dia disuruh baca nida' dan minta pertolongan sma romo yai trus dia bingung bkane minta tolong hnya pda allah ?
Tolong yai jelaskan biar adek q gk bingung
Ahmad Dimyathi
10/02/2014 21:10
Ahmad Dimyathi
HARUS GMN TU... TOLONG DIPERJELAS....SEPERTI APA REDAKSINYA....
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
10/02/2014 21:13
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
gak tau yai apakah yg d.mksud ortunya tawasul pada beliau ghouzhadaszaman ,?
Tolong yai beri jawabanya
Ahmad Dimyathi
10/02/2014 21:19
Ahmad Dimyathi
TOLONG PERTANYAANNYA DIPERJELAS DAN DIKASIH CONTOH REDAKSINYA SEPERTI APA.... BARU SY BISA MEMBERI PENJELASAN....!!!.
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
10/02/2014 21:21
ﺷﻬﺮﻝ ﻓﺮﻣﻦ ﺷﻪ
aQ cma d.suruh tanya begtu pak yaudah besok biar adek Q ndiri yg tanya bpk yai namanya AWALIYTA KHOIRO MARATUSHOLIHA dia dah jdy tman bpk ko d.fb
Ahmad Dimyathi
10/02/2014 21:28
Ahmad Dimyathi
YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
Asas Tareqat (Pengertian Tawassul)
Pengertian Tawasul
Tawasul [1] berarti perantara atau penghubung, sebagaimana Allah memiliki Ruhul Amiin, Jibril AS, untuk menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW. Demikianlah pencapaian makrifat kepada Allah, yakni terungkapnya hijab dengan Allah melalui rantai-rantai wasilah, yakni perantara yang sampai kepada Rasulullah. Demikian karena si hamba dhaif lagi faqir, maka perlulah bertawassul kepada Balatentara Allah yang suci agar hajatnya mudah sampai hadhirat Allah Yang Agung lagi Suci daripada gambaran hamba yang hina.
Perintah Allah Ta'ala dalam Al-Quran:
"Wahai orang-orang yang beriman, taqwalah engkau kepada Allah dan carilah wasilah sebagai jalan yang mendekatkan dirimu kepadaNya dan bermujahadahlah (berjuanglah) pada jalanNya, supaya kamu mendapatkan keberuntungan".[2] (QS. Al-Maidah[5]:35).
DR. Muhammad Al-Maliki Al-Hasani mengatakan bahwa Al-Wasilah adalah segala sesuatu yang dijadikan Allah sebagai penyebab untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan penyambung untuk dipenuhNya segala kebutuhan. Untuk itu, demi menjayakan tawasul, yang ditawasuli atau yang menjadi perantara itu mesti mempunyai kedudukan dan kehormatan di sisi Allah SWT sebagai yang dituju dengan tawasul.
Orang yang bertawasul dengan perantara seseorang berkeyakinan bahwa orang tersebut adalah orang saleh atau Wali Allah atau orang yang memiliki keutamaan menurut prasangka baik terhadapnya. Orang-orang tersebut dianggapnya sebagai orang yang dekat kepada Allah dan dicintaiNya. Sebab orang yang menanamkan rasa cinta dan keyakinan yang erat pada kalbunya akan dibalas karenanya. Allah SWT berfirman: "..... Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.." (QS. Al-Maidah[5]:54). Jadi orang yang bertawasul menurut hakikatnya bertawasul kepada Allah.
Seakan-akan orang yang bertawasul kepada seorang Awliya itu berkata, "Wahai Tuhan, sesungguhnya aku mencintai si Fulan. Aku berkeyakinan bahwa ia mencintai-Mu. Ia adalah orang yang suka beribadah secara ikhlas untuk berbakti kepada-Mu. Saya juga berkeyakinan bahwa Engkau mencintainya dan meridhainya. Maka aku bertawasul - membuat perantara - untuk menuju kepada-Mu dengan perantaraan kecintaanku kepadanya dan lewat keyakinanku mengenai dirinya, hendaklah Engkau mengabulkan permohonanku, dan ...." Tetapi kebanyakan orang tidak mampu merinci keyakinan mereka mengenai yang ditawasuli - yang menjadi perantara - dengan keyakinan bahwa Allah SWT Yang Mengetahui - yang mengetahui segala ada di langit dan bumi serta mengetahui kedipan mata dan apa yang tersembunyi di dada - itu lebih jeli dan lebih mengetahui keyakinan orang yang bertawasul terhadap yang ditawasuli.
Inilah juga yang mendasari tawasul dengan rabithah, yang hanya membayangkan wajah seorang Awliya (Mursyid/ALGHOUTS) akan mendekatkan kalbu (dirinya) kepada Allah SWT, dan yang berabithah itu tidak merinci apa-apa yang terbetik dalam dadanya. Hal tersebut amat mujarab dan banyak terbukti, telah dilakukan oleh banyak kalangan Ahli Tasawuf dan Hakikat.
Kata-kata Al-Wasilah (perantara) yang dimuat ayat Al-Quran itu bersifat umum. Dengan demikian, ia mencakup tawasul dengan zat atau pribadi yang mulia dari kalangan para Nabi dan orang-orang saleh, baik ketika mereka masih hidup maupun setelah wafatnya; juga mencakup tawasul kepada Allah dengan perantaraan amal-amal nyata yang baik yang diperintahkan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Bahkan, amal perbuatan yang telah lalu dapat juga dijadikan sebagai wasilah atau perantara dalam bertawasul.
DR. Muhammad Al-Maliki Al-Hasani menjelaskan beberapa makna bertawasul:
1. Tawasul termasuk salah satu cara berdo'a dan salah satu pintu untuk menghadap kepada Allah SWT. Jadi, yang menjadi sasaran atau tujuan asli yang sebenarnya - dalam bertawasul - adalah Allah SWT. Sedangkan yang ditawasuli (al-mutawassal bih) hanya sekedar perantara (wasithah dan wasilah) untuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian, siapa yang berkeyakinan selain demikian, sungguh ia telah menyekutukan Allah.
2. Sesungguhnya yang bertawasul itu tidak bertawasul dengan (menggunakan) perantara (al-mutawassal bih), kecuali karena ia mencintai perantara itu, seraya berkeyakinan bahwa Allah SWT-pun mencintai perantara tersebut. Jika tidak demikian, ia akan termasuk manusia yang paling jauh dari perantara tersebut, bahkan akan menjadi manusia yang paling benci kepadanya.
3. Jika yang bertawasul berkeyakinan bahwa yang ditawasuli atau yang menjadi perantara (al-mutawassal bih) itu berkuasa memberikan manfaat dan menolak mudharat dengan kekuasaannya sendiri - seperti Allah atau lebih rendah sedikit - maka ia telah menyekutukan Allah SWT.
Pada intinya tawasul itu sendiri merupakan wujud birokrasi umat sekarang terhadap umat terdahulu. Karena seandainya tidak ada jasa baik dan ijtihad umat terdahulu, maka tidak akan mungkin ada Iman dan Islam umat di akhir zaman. Inilah bukti komitmen orang yang bertawasul terhadap keberadaan mereka, sebagai realisasi perilaku orang-orang yang bermoral/berakhlak mulia.
Begitulah para ahli Thariqat, bertawasul kepada guru-gurunya hingga kepada Rasulullah SAW, yang menandakan keabsahan birokrasi Ilahiyah. Inilah kemudian yang dapat menjadikan layaknya mandat seseorang dalam memangku sebuah kepemimpinan semacam thariqat Rasul.
(Dikutip dari Buku ‘DZIKIR QUR'ANI, mengingat Allah sesuai dengan fitrah manusia')
[1] Pengertian Tawasul secara perkataan:
"Bertawasul ia kepadanya dengan suatu wasilah, sama dengan mendekatkan diri ia kepadanya dengan suatu amal". (Lisanul ‘Arab, Juz XIV: 250)
[2] Dalam Al-Quran ada 2 tempat yang menyebutkan ‘Wasilah', satu ayat lainnya Surat Al-Isra'[17]: 57): "Mereka mencari perantara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan".
Pembahagian Tawasul
Tawasul itu terbagi menjadi tiga tingkatan nilai. Pertama yang dinilai sebagai Tawasul bis Silsilah, yakni bertawasul dengan jalinan yang bersambungan antara orang yang bertawasul dengan Guru-guru talqin dzikir hingga sampai kepada Rasulullah SAW. Tawasul inilah yang shahih dan utama, yang bersifat menyampaikan, karena mempunyai hubungan yang erat antara orang yang bertawasul dengan yang ditawasuli.
Yang kedua, dinilai sebagai Tawasul bil Barokah[1]. Yakni bertawasul dengan para Nabi, para Awliya dan Sholihin yang tidak mempunyai hubungan silsilah dzikir dengannya, meskipun jalinan yang ditawasuli itu merupakan orang yang amat dikenal kesalehannya seperti: Khalifah yang empat (Abu Bakar Ra., Umar Ra., Utsman Ra., Ali Ra.), para Imam madzhab, para Mursyid, Awliya, Shalihin, dsb. Bertawasul kepada mereka semua hanyalah sebagai penghormatan, dan kita mengharapkan keberkahan dari kesalehannya.
Yang ketiga, dimasukkan dalam kategori Tawasul lil Hadiyah. Yakni bertawasul atau memberikan Fatihah kepada orang-orang yang mempunyai hubungan/hak dengan kita, namun tidak mempunyai hubungan rantai zikir, seperti kedua orang tua, saudara-saudara kita sesama muslim, dsb. Dan kita tidak boleh menggunakan jalinan orang-orang yang masih diragukan kesalehannya, apalagi yang masih mengharapkan ampunan dan syafa'at dari orang-orang yang masih hidup. Secara syari'at kita-lah yang masih hidup yang pantas menolong mereka, bukan mereka yang kita mintakan tolong untuk menyampaikan hajat kita kepada Allah SWT.
Alat perantara zikir itu terdiri menjadi 2 bahagian: (pertama) dengan jalinan/tokoh yang telah mendapat mandat kekhalifahan (istikhlaf), dan diakui kesalehannya (dekat kepada Allah), dan (kedua) dengan amal saleh yang telah dilakukannya. Berkenaan dengan masalah ini Berkata Syaikh Ismail Al-Khalidi Rahimahullah:
"Dan wasilah (jalan) itu dengan segala macam amal salih. Dan tiadalah diperoleh amal salih itu kecuali dengan ikhlas. Dan tidaklah amal yang salih itu kecuali bersih daripada campuran-campuran kekotoran hati. Dan bagi kami telah berhasil dengan berbagai pengalaman-pengalaman bahwa sesungguhnya jika kami menyibukkan dengan Rabithah, maka hilanglah campuran-campuran lalai hati daripada amal-amal kami". Jadi amal yang lalai itu hampa dan dengan wasilah maka hilanglah lalai itu. Sebab hilangnya lalai itu ialah Hudhurnya hati. Dan semulia-mulia & seutama-utama wasilah adalah dengan Rabithah.
Contoh bertawasul dengan amal adalah sebagaimana dituturkan oleh Rasulullah SAW kepada kita mengenai kisah 3 orang yang terhimpit di dalam gua. Hadits itu adalah sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA. Berkata: "Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
‘Terjadi pada masa dahulu sebelum kalian, ada 3 orang berjalan-jalan hingga terpaksa bermalam di dalam gua. Tiba-tiba ketika mereka sedang berada dalam gua itu, jatuh sebuah batu besar dari atas bukit dan menutupi pintu gua itu, hingga mereka tidak dapat keluar. Maka berkatalah mereka: ‘Sungguh tiada suatu yang dapat menyelamatkan kita dari bahaya ini, kecuali jika bertawasul kepada Allah dengan amal-amal shalih yang pernah kamu lakukan dahulu kala'. Maka berkata seorang di antara mereka: ‘Ya Allah! Dahulu saya mempunyai ayah dan ibu, dan saya biasa tidak memberi minuman susu pada seorangpun sebelum keduanya, yakni ayah ibu saya meminumnya terlebih dahulu, baik pada keluarga atau hamba sahaya. Maka pada suatu hari agak kejauhan bagiku menggembala ternak, hingga tidak kembali pada keduanya, kecuali sesudah malam dan ayah bundaku telah tertidur. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya, dan saya pun segan untuk membangunkan keduanya, dan saya pun tidak akan memberikan minuman itu kepada siapa pun kecuali ayah bunda saya. Maka saya tunggu keduanya hingga terbit fajar, maka bangunlah keduanya dan minum daripada susu yang saya perahkan itu. Padahal semalam itu juga anak-anakku sedang menangis minta susu itu, di dekat kakiku. Ya Allah! Jika saya berbuat itu benar-benar karena mengharapkan keridhaanMu, maka lapangkanlah keadaan kami ini'. Maka menyisih sedikit batu itu, hanya saja mereka belum dapat keluar daripadanya. Orang yang kedua berdo'a: ‘Ya Allah! Dahulu saya pernah terikat cinta kasih pada anak gadis pamanku, maka karena sangat cinta kasihku, saya selalu merayu dan ingin berzina padanya, tetapi ia selalu menolak hingga terjadi pada suatu saat ia menderita kelaparan dan datang minta bantuan kepadaku, maka saya berikan padanya wang 120 dinar tetapi dengan janji bahwa ia akan menyerahkan dirinya kepadaku pada malam harinya. Kemudian ketika saya telah berada di antara kedua kakinya, tiba-tiba ia berkata: ‘Takutlah kepada Allah dan jangan engkau pecahkan tutup kecuali dengan cara yang halal. Maka saya segera bangun daripadanya padahal saya masih tetap menginginkannya, dan saya tinggalkan dinar emas yang telah saya berikan kepadanya itu. Ya Allah! Bila saya berbuat itu semata-mata karena mengharap KeredhaanMu, maka hindarkanlah kami dari kemalangan ini. Maka bergeraklah batu itu menyisih sedikit, tetapi mereka belum juga dapat keluar daripadanya'. Yang ketiga berdo'a: ‘Ya Allah! Saya dahulu adalah seorang majikan yang mempunyai banyak buruh pegawai, dan pada suatu hari ketika saya membayar upah buruh-buruh itu, tiba-tiba ada seorang dari mereka yang tidak sabar menunggu, segeralah ia pergi meninggalkan upah dan terus pulang ke rumahnya tidak kembali. Maka saya pergunakan upah itu hingga bertambah dan berbuah hingga menjadi suatu kekayaan. Kemudian setelah lama datanglah buruh itu, berkata: ‘Hai Abdullah! Berilah kepadaku upahku yang dahulu itu!' Jawabku: ‘Semua kekayaan yang di depanmu itu merupakan upahmu, berupa unta, lembu, dan kambing serta budak penggembalanya'. Berkata orang itu: ‘Hai Abdullah! Kau jangan mengejekku!' Jawabku: ‘Aku tidak mengejekmu'. Maka diambilnya semua yang saya sebut itu dan tiada meninggalkan satupun daripadanya. Ya Allah! Jika saya berbuat itu karena mengharapkan KeridhaanMu, maka hindarkanlah kami dari kesempitan ini'. Tiba-tiba menyisihlah batu itu hingga keluar mereka semua dengan selamat'.[2]
Sedangkan contoh bertawasul dengan jalinan adalah sebagaimana diriwayatkan Imam Thabrani dalam Mu'jamus Shagir, Al-Hakim Naisaburi dalam Mustadrak ash Shihhah, Abu Nu'aim dan Baihaqi dalam Dalail An-Nubuwwah, Ibnu ‘Asakir Syami dalam Tarikh-nya, dan Imam Hafizh As-Suyuthi dalam Ad-Durrul Mantsur serta dalam Ruhul Ma'ani dengan sanad dari S. Umar bin Khatthab, menukil bahwa Nabi SAW bersabda:
"Ketika Nabiyyallah Adam melakukan dosa, ia menengadahkan kepalanya ke langit dan berkata: ‘Wahai Tuhan, aku memohon kepadaMu dengan Haq Muhammad agar Engkau mengampuniku'. Lalu Allah mewahyukan kepadanya: ‘Siapakah Muhammad?' Nabiyyallah Adam menjawab: ‘Ketika Engkau menciptakanku, aku mengangkat kepala ke arah ‘ArasyMu, dan lalu aku melihat, di sana tertulis: Laa Ilaaha Illallaaah Muhammadur Rosulullaah. Akupun berkata kepada diriku, bahwa tiada seorangpun yang lebih agung daripada orang yang namanya telah Engkau tuliskan di samping NamaMu'. Ketika itu Allah mewahyukan kepadanya: ‘Dialah Nabi yang terakhir daripada keturunanmu, dan jika tidak karena dia, niscaya Aku tak akan menciptakanmu'.
Dalam suatu hadits yang ditakhrijkan Ibnu Majah dan An-Nisa‘i dalam Sunan-nya, demikian pula At-Tirmidzi (beliau memberikan nilai shahih atasnya), disebutkan:
"Bahwa seorang buta pernah datang kepada Nabi SAW seraya berkata: ‘Yaa Rasulullah, sesungguhnya aku mendapat musibah pada mataku, maka berdo'alah engkau untukku kepada Allah'. Maka sabda Nabi SAW kepadanya: ‘Berwudhulah engkau dan shalatlah 2 raka'at, lalu katakan demikian: Yaa Allah, sesungguhnya aku bermohon dan menghadap kepada Engkau, dengan Nabi-Mu Muhammad. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menuntut syafa'at engkau dalam pengembalian penglihatanku ini. Yaa Allah, perkenankanlah syafa'at Nabi ini kepadaku. Dan sabdanya: ‘Maka jika ada bagimu sesuatu keperluan, katakanlah seperti itu!' "
Demikianlah pembagian tawasul yang penting untuk kita pahami dengan sebenarnya. Selanjutnya cara bertawasul yang benar, harus diisi dengan hajat/keperluan yang benar pula. Sebab di masa sekarang ini, banyak orang yang menyalahgunakan tawasul untuk keperluan yang jauh dari Ridha Allah SWT, tidak sebagaimana para pendahulu kita yang menggunakan tawasul semata-mata untuk ibadah, atau mendekatkan diri (ber-taqarub) kepada Allah semata. Di antaranya adalah untuk mendapatkan ilmu-ilmu tertentu seperti kebal, dll., dijadikan nadzar untuk maksud-maksud duniawi, dsb. Kenyataan inilah yang membuktikan pentingnya pembimbing dzikir/tawasul bagi orang yang sedang menekuni jalan ini agar tetap lurus tawasul-nya awal maupun akhir.
Wallahu A'lam.
(Dikutip dari Buku ‘DZIKIR QUR'ANI, mengingat Allah sesuai dengan fitrah manusia')
Suka · · Berhenti Mengikuti Kiriman · Bagikan · 38 menit yang lalu
Surya Fajar Rasyid, Emah Melati dan 2 orang lainnya menyukai ini.
Ahmad Dimyathi DO'A TAWASSUL :
BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM.
ALLOOHUMMA BALLIGH KANJENG ROMO KH. ABDUL LATIF MADJID ALGHOUTSU HADZAZ ZAMAN RA, SALAAMANAA WATAHIYYATANAA WABALLIGHNAA SYAFAA'ATAHUU WADU'AA-AHUU FIDDIINI WAD-DUN-YA WAL AAKHIROH, BIJAAHI SAYYIDINAA MUHAMMADIN SHOLLALLOOHU 'ALAIHI WA SALLAM, WA'ALAA AALIHI WASHOHBIHII WATTAABI'IIN. WAL HAMDULILLAAHI ROBBIL 'AALAMIIN !.
(DENGAN NAMA ALLOH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG. YAA ALLOH, SAMPAIKANLAH SALAM HORMAT KAMI KEPADA KANJENG ROMO KH. ABDUL LATIF MADJID GHOUTSU HADZAZ ZAMAN RA, DAN SAMPAIKANLAH KEPADA KAMI DO'A DAN BAROKAH BELIAU, DALAM URUSAN AGAMA DAN URUSAN DUNIA DAN URUSAN AKHERAT, BERKAT KEAGUNGAN KANJENG NABI MUHAMMAD SHOLLALLOOHU 'ALAIHI WA SALLAM WA 'ALAA AALIHI WASHOHBIHII WAT-TAABI'IIN. WALHAMDULILLAHI ROBBIL 'AALAMIIN !. AMIIN !.
Dilihat Sen 21:39
No comments:
Post a Comment