YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
II. 02. 373 "PENGAJIAN ALHIKAM DAN KULIAH WAHIDIYAH AHAD PAGI"
008.02.373 - ORANG BAHAGIA ADALAH ORANG YANG TIDAK BUTUH
(Pengajian Kitab Al- Hikam dan Kuliah Wahidiyah Ahad Pagi - oleh Hadrotul Mukarrom Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid RA, Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Al-Munadhoroh).
BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM
إلهى إن القضاءوالقدرغلبني
Ilahii innal qodhoa wal qodaro gholabani
Tuhanku, ssungguhnya kehendak-Mu dan kepastian-Mu itu telah mengalahkan aku
YANG, dimaksud qada’ adalah iradatullah (kehendak Alloh). Bersama bergantungnya Allah itu iradah. Bergantung kepada keadaan qada’ itu masih iradah. Prakteknya, tergantung pada qodarnya Allah. Qada’ belum akan terjadi kalau belum diqodar.
Sedangkan qadar (kepastian) adalah ijadullah (kehendak Allah mewujudkan asya’) perkara, baik maujudah maupun fi’liyah. Sesudah ada iradah, kemudian ada qadar. Prakteknya, qada’ ke qadar. Karena tidak ada qadar kalau tidak ada qada’. Karena Allah iradah, kemudian ijadullah (Allah mewujudkan perkara) kepada kepastian yang sudah ditentukan. Artinya, qadar yang sudah ditentukan, yang sudah direncanakan, dan sudah diketahui Allah dengan iradah-Nya.
Qodho’ wal qodar gholabani. Maka qada’ dan qadar bisa mengalahkan saya, sehingga saya tidak bisa bergerak. Baik untuk menjalankan taat maupun meninggalkan maksiat. Karena semuanya terdapat pada qada’ dan qadar-Mu, Bahkan billah. Sehingga saya tidak bisa menjalankan taat bila tidak engkau qada’ dan qadar. Begitu juga untuk meninggalkan maksiat juga tidak bisa tanpa qada’ dan qadar-Mu. Jadi pada hakekatnya kita hanya pasrah, tawwakal kepada Allah SWT.
وان الهوى أي ميل النفس إلى مرادها
ومشتهياتهابوثائق الشهوة أسرني
Wa innal hawa ay mailunnafsi ila murodiha wa musytahayyiatiha biwatsaaqi syahwati asarrunii.
Sesungguhnya hawa nafsuku atau condongnya nafsuku kepada kehendak nafsu dan kesenangan nafsu telah menawan (menguasai) diriku.
Jadi hawa nfsu saya, dengan tali-tali, bundelan nafsu, jiretan-jiretan nafsu, (ay syahwati). Maksudnya, nafsu yang disembah seperti tali dan jebakan. Sudah menjeret leher saya (ay qoyyudi), sudah menjerat saya, memboyong saya. Karena saya sudah dikuasai m diboyong nafsu, maka, “Aku mohon pertolongan-Mu ya Allah, sehingga engkau menolong aku. Menolong didalam mengalahkan musuh-musuhku dan pasukannya”.
وتنصربى
Wa tansuro bii
Dan aku mohon perkenan-Mu untuk menolong teman temanku muslimin dan muslimat dengan sebab perantaraanku. Dengan sebab aku, tolonglah teman-temanku mengalahkan musuh-musuhnya.
واجعلناسبب الغنى لأوليائك
وبرزخابينهم و بين أدائك
Waj’alana sababal ghina liauliyaaka wa barzahon bainahum wa baina a’adaaika.
Imam Sadzali berkata, “ Yaa Allah atas perkenan-Mu, jadikan aku penyebab kaya, tidak membutuhkan auliya-Mu. Dan menjadi sebabnya penghalang antara auliya-Mu dan musuh-musuh-Mu. Jadikan aku orang yang menjadi penyebab tidak butuhnya para auliya-Mu kepada hal lain, kecuali hanya kepada-Mu. Dan jadikan aku perisai auliya-Mu dari musuh-musuh-Mu ya Allah”.
Karena nafsu sudah menguasai kemudian berkata, “Tolonglah aku, sehingga aku menjadi orang yang Engkau tolong. Dan jadikan aku sebab ditolongnya orang-orang itu dengan sebab diriku”.
و أغنبي بفضلك حتى أستغني بك عن طلبي
Wa aghni bi fadlika hataa astaghniya bika’ an tholabi.
Dan jadikan aku orang kaya sebab fadhol syuhud kepada-Mu, sehingga aku tidak butuh dari permohonanku kepada-Mu.
Karena saya sudah memandang kepada Allah. Baik dzat maupun sifat. Sehingga saya tidak butuh pada permohonan saya lagi. Mengapa memandang kepada Allah SWT tidak membutuhkan permohonan lagi?
Karena, siapapun yang sudah musyahadah kepada Allah dengan betul-betul hadir dihadapan Allah, billah. Maka dia itu akan malu jika minta sesuatu kepada Allah SWT. Sebab dia tahu, jika Allah itu senantiasa melihat terhadap keadaan dan kebutuhannya. Allah tahu, dan Allah tidak samar lagi atas sesuatu dari sesuatu. Maka orang seperti itu sudah tidak butuh permohonan. Karena Allah dengan ilmu-Nya pasti mengetahui kebutuhan hamba-Nya. Maka, (astaghni bika), “Aku tidak butuh dengan permohonanku, karena aku yakin Engkau sudah tahu kebutuhanku”.
Barang siapa yang sudah betul-betul bersama-Nya, maka tidak butuh makna atau permintaan itu tiada berarti. Karena belum memohon sudah dikabulkan. Karena permohonannya itu tidak ada gunanya. Lisyar’i (hanya mengisi bidang perintah/menjalankan perintah) saja. Hakikatnya Allah member meski tanpa permohonannya. Karena Allah telah tahu dengan keadaan hamba-Nya.
Maka sesungguhnya, orang yang betul-betul bahagia (kata Syekh Imam Sadzali), ialah orang yang oleh Allah telah dijadikan tidak butuh dari permohonan kepada Allah SWT. Mengapa tidak butuh? Karena sudah bil dzauq (mengetahui dan merasa) bahwa Allah itu Maha Mengetahui segala keadaan hamba-Nya.
Adakah kita sudah demikian, sebagaimana dikatakan oleh beliau mualif Al-Hikam, bahwa beliau telah betul-betul melihat kepada Allah, sehingga beliau tidak lagi mengadakan permohonan lagi. Sebab kalau permohonan itu dasarnya hanya keinginan, justru su’ul adab kepada Allah SWT. Allah dzat yang Alim (mengetahui), megapa harus dimohon lagi? Berarti itu melihat Allah buta. Tapi mengapa Kyai Mushonif kok memohon? Lisyar’i (karena menjalankan perintah Allah SWT). Ud’uni astadjib lakum. Mohonlah kepada-Ku pasti Aku kabulkan.
Maka apabila ada orang memohon kepada Allah dasarnya butuh, maka sungguh orang ini telah melakukan dua kesalahan. Kesalahan pertama, menganggap Allah itu a’ma (buta). Kedua, dia mengikuti hawa nafsunya, sehingga syirik khofi.
Mudah mudahan Allah membuka mata hati kita, sehingga betul-betul musyahadah haqqon kepada Allah SWT. Hingga kita tidak butuh lagi dengan permohonan kita kepada Allah SWT. Menganggap sudah cukup atas ilmu Allah kepada kita. Hingga semua kebutuhan kita sudah diberikan Allah tanpa kita mohon. Adapun kita harus memohon, itu karena perintah Allah, bukan karena kebutuhan.
Aham Edisi 48 / Th. VI / Rajab 1424 H
Forum Diskusi Bersama Pengamal Sholawat Wahidiyah ini di bangun untuk saling berdiskusi dan sharing tentang Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah . Juga dimaksudkan sebagai sarana KONSULTASI, INFORMASI dan KOMUNIKASI bersama tentang Pengamalan, Penyiaran, Pembinaan, Pendidikan Wahidiyah, dan masalah apa aja SECARA UMUM, yang penting BERMANFAAT, antar kita Pengamal Sholawat Wahidiyah dan juga masyarakat luas/umum tanpa pandang bulu dan golongan secara Ikhlas dan bijaksanan, Amiin !.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment