012.03.3001 - ANDA BERTANYA DAN
BERKOMENTAR ( Saudaraku Fathiir Al Java'ni)
III. 03. 3001 "ANDA BERTANYA DAN BERKOMENTAR, KAMI MENJAWAB DAN MENANGGAPI"
Wasiat/DAWUH Sang Sulthon Aulia' SYIEKH ABDUL QADIR
AL JELANI QS WA RA.
Saya akan memberi hormat sehormat hormatnya
kpd yg sanggup menjabarkanya untukku,,,,,,,,,,
“Makluk adalah tabir penghalang bagi dirimu, dan
dirimu adalah tabir penghalang bagi Tuhammu.
Selama kamu melihat makhluk, selama itu pula
kamu tidak akan dapat melihat dirimu dan selama
kamu melihat dirimu, selama itu pula kamu tidak
akan dapat melihat Tuhanmu”
Batal Suka · · Bagikan · 28 Januari pukul 21:46
Ahmad Dimyathi, Aldy Bsy, Rawa Rubi, Syahrul Firmansyah, dan 21 orang lainnya menyukai ini.
1 berbagi
Ahmad Dimyathi : FAFIRRUU ILALLOH WA ROSUULIHI SAW !
“Makluk adalah tabir penghalang bagi dirimu (istilah wahidiyah - "LINNAFSI/LIGHOIRILLAH - BINNAHSI), dan dirimu adalah tabir penghalang bagi Tuhammu (BINNAFSI LINNAFSI). Selama kamu melihat makhluk (LINNAFSI BINNAFSI), selama itu pula kamu tidak akan dapat melihat/MENGENAL dirimu dan selama kamu melihat dirimu (BINNAFSI), selama itu pula kamu tidak akan dapat melihat Tuhanmu (BILLAH)” . MAKA TERAPKANLAH "LILLAH BILLAH" DAN ISTIGHROQ (istilah Wahidiyah) niscaya kalian akan mengenal dirimu (BILLAH) dan mengenal Tuhanmu (BILLAH) (MAN 'AROFA NAFSAHU FAQOD 'AROFA ROBBAHU - BARANG SIAPA YANG MENGENAL DIRINYA (TAHU AKAN KEDUDUKAN DIRINYA /LILLAH BILLAH, MAKA DIA AKAN MENGENAL/MELIHAT TUHANNYA (BILLAH).
29 Januari pukul 19:18 · Telah disunting · Suka
Dava Sumiati Yaa Alloh berikan kesadaran pd driku yg dhol ini!!! Fafirruu Ilallaah......
29 Januari pukul 5:11 · Suka
Yusak Andi Purnomo Yaa Sayyidi Yaa Rosuulalloh
29 Januari pukul 13:18 · Suka
Rawa Rubi Yaa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts ...
29 Januari pukul 14:54 · Suka
Kangmaz Arjhuno D'glenk ahadiyah,, manunggaling kawulo GUSTI
29 Januari pukul 17:16 · Suka
Rawa Rubi kawulo = hamba
Gusti maksudnya Gusti Alloh
manunggal = mengesakan
hamba + Alloh = hamba Alloh
hamba Alloh yg mengEsakan
29 Januari pukul 18:22 · Suka
Ahmad Dimyathi : FAFIRRUU ILALLOH WA ROSUULIHI SAW !
“Makluk adalah tabir penghalang bagi dirimu (istilah wahidiyah - "LINNAFSI/LIGHOIRILLAH - BINNAHSI), dan dirimu adalah tabir penghalang bagi Tuhammu (BINNAFSI LINNAFSI). Selama kamu melihat makhluk (LINNAFSI BINNAFSI), selama itu pula kamu tidak akan dapat melihat/MENGENAL dirimu dan selama kamu melihat dirimu (BINNAFSI), selama itu pula kamu tidak akan dapat melihat Tuhanmu (BILLAH)” . MAKA TERAPKANLAH "LILLAH BILLAH" DAN ISTIGHROQ (istilah Wahidiyah) niscaya kalian akan mengenal dirimu (BILLAH) dan mengenal Tuhanmu (BILLAH) (MAN 'AROFA NAFSAHU FAQOD 'AROFA ROBBAHU - BARANG SIAPA YANG MENGENAL DIRINYA (TAHU AKAN KEDUDUKAN DIRINYA /LILLAH BILLAH, MAKA DIA AKAN MENGENAL/MELIHAT TUHANNYA (BILLAH).----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Ketika hati diselimuti kegelapan, hanya 'percikan cahaya Ilahi' sajalah yang meneranginya. Ketika mata-hati telah dibutakan oleh nafsu dan hasrat telah menguasai jiwa, tak ada lagi yang bisa ditunggu selain kehancuran. Hati hanya bisa dibersihkan dengan cahaya tauhid. Jiwa akan merdeka bila selalu mengesakan Allah. Jika hati telah menjadi suci dan jiwa terbebaskan, maka keduanya akan terbang menuju ke haribaan Allah dan siap memperoleh kemenangan dari Ilahi (al-Fath ar-Rabbani) dan limpahan cahaya dari Tuhan yang Maha Pengasih (al-Faidh ar-Rahmani)
"Jika kau masih takut dan berharap pada manusia, maka dia menjadi tuhanmu. Jika kau masih menghadapkan hatimu pada harta dunia, maka kau adalah budaknya, dan dia menjadi tuhanmu. Tak ada cinta yang paling abadi, kecuali cinta seorang hamba kepada Allah. Seorang pencinta tak akan meninggalkan kekasihnya, baik saat suka maupun saat derita."
29 Januari pukul 19:19 · Telah disunting · Suka
Ahmad Dimyathi Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, mengemukakan bisikan-bisikan (khawâthir) yang mungkin muncul di dalam hati manusia, di antaranya: Bisikan dari diri rendah (nafs), bisikan hawa nafsu (hawâ), bisikan setan, bisikan malaikat, dan bisikan Tuhan. Jika kita menolak bisiskan dari diri rendah, bisikan dari hawa nafsu, dan bisikan setan, maka bisikan dari malaikat akan datang kepada kita. Dan akhirnya akan datang bisikan dari Tuhan Kebenaran. Inilah tahap yang terakhir.
“Apabila hatimu sehat dan baik, ia akan selalu bersikap kritis untuk menanyai setiap bisikan yang datang: Bisikan macam apa engkau ini? Dari sumber mana engkau datang? Mana bisikan itu akan mengatakan: Aku adalah bisikan anu dan anu ...”
Di dalam nasihatnya, beliau juga mengingatkan: “Wahai anakku terkasih! Aku nasihatkan kepadamu agar bertakwa kepada Allah dan senantiasa takut untuk menyakiti hati-Nya. Aku juga menasihatkan kepadamu agar setiap saat engkau siap memenuhi kewajibanmu kepada kedua orangtuamu dan kepada orang-orang tua (masyâ’ikh), sebab Allah memandang dengan penuh keridhaan kepada hamba-Nya manakala memenuhi kewajiban itu. Engkau harus menjadi pengawal setia Kebenaran, baik ketika engkau sendirian maupun sedang berada bersama orang banyak.”
29 Januari pukul 18:37 · Suka
Ahmad Dimyathi Tidak seperti karya-karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani lainnya, buku ini tidak berbicara mengenai kewaspadaan terhadap dunia, tahap-tahap perjalanan spiritual atau keharusan menerima ketetapan Allah swt. Kali ini, Syaikh Agung lebih banyak “berbicara” melalui shalawat, doa, wirid dan hizib sebagai perisai ghaib kaum mukmin. Diantaranya:
- Shalawat yang beliau beri nama Basya’irul Khairat (Kabar gembira mengenai berbagai kebaikan)
- Doa Al-Isti’anah (Doa Tawassul kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)
- Wirid Da’watul Jalalah
- Rijalul Ghaib (Salam Syaikh kepada para wali Allah di alam ghaib)
- Doa untuk menghilangkan rasa letih
- Wirid subuh
- Hizbun Nashr (Hizib untuk memohon pertolongan dalam menghadapi musuh)
Selain hal di atas, ada sebuah bagian dari buku ini yang amat jarang kita jumpai pada karya-karya beliau lainnya yang menjadikan buku ini amat istimewa. Bagian itu adalah Risalah al-Ghautsiyyah, yakni sebentuk dialog antara Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dengan Allah swt melalui ilham qalbi atau kasyf ma’nawi. Di situ Allah menerangkan berbagai hal tentang rahasia alam Nasut, malakut, jabarut dan lahut, juga mengenai hakikat kefakiran, surga dan neraka, kedekatan dengan Allah, puasa, shalat dan mengenai hamba-hamba Allah yang didekatkan kepada-Nya.
29 Januari pukul 18:41 · Suka
Ahmad Dimyathi : FAFIRRUU ILALLOH ! --Diantara hati manusia terdapat hati yang menyala karena rasa cinta kepada Allah swt, membara oleh cahaya-Nya, dan mengambil cahaya pengetahuan dari Rasulullah saw yang dibangun dengan dua pilar, pertama: hukum-hukum Allah dan kepatuhan kepadaNya berdasarkan tuntunan Rasulullah saw, dan kedua, rahasia-rahasia dan saripati hukum-hukum tersebut, yaitu roh keikhlasan dan cahaya yang mengantarkan kepada keindahan Allah swt, mengenalkan kesempurnaan, keagungan, dan kekuasaan-Nya.
Hari yang menyala dan membara itu adalah hati para sufi sejati yang telah menempuh jalan wushul (persatuan) dengan Allah dengan cara mengibarkan diri kepada perintah-perintahNya dan mematuhi semua perintah RasulNya. Dengan demikian tasawwuf bukan penyimpangan dan syari’at dan bukan pula pelanggaran terhadap larangan-larangan, melainkan laksana jiwa bagi tubuh.
Untuk sampai kepada Allah swt, harus melewati tiga alam: alam malakut, alam jabarut dan alam lahut. Masing-masing alam memiliki cara pencapaian, roh, dan eksistensi sendiri. Alam yang dicapai oleh seseorang dan kedekatannya dengan Allah berkat keikhlasan serta dzikirnya akan sebanding dengan awbah (beranjak dari diri sendiri menuju Allah) dan taubah (beranjak dari dosa-dosa besar kepada kepatuhanya).
Oleh karena itu, rahasia-rahasia yang tersembunyi di dalam jiwa yang merdeka dan hati yang suci setiap sufi yang sejati dengan Tuhanya adalah berbeda-beda.
Buku ini berisi penjelasan tentang jalan wushul (sampai/bersatu) dengan Allah bagi orang yang menginginkannya, juga tentang misteri yang tersembunyi di dalam hati para sufi sejati yang suci serta cahaya yang menyala di dalam jiwa mereka yang merdeka.
29 Januari pukul 19:20 · Telah disunting · Suka
Mustari Bimo Waqulja alhaq wa zahuqol batil (apabila datang/tampak alhaq"Alloh" maka musnahlah makhluk )
29 Januari pukul 18:43 · Suka
Ahmad Dimyathi bahwa Imam al-Jailani r.a. senantiasa menekankan satu prinsip yang paling mendasar, yakni bahwa puncak tujuan hanya bisa dicapai melalui jalan syariat. Dengan demikian, hukum-hukum syariat dan akidah kaum salaf, dalam pandangannya, merupakan lubuk sekaligus ufuk tasawuf.
Menurut Imam al-Jailani seseorang bisa disebut sebagai ahl-al-haq wa al-wusul hanya jika lahirnya berpegang teguh pada syariat yang benar, baik perintah maupun larangan dan batinnya senantiasa bertindak sesuai bashirah. Dengan bashirah itulah ia senantiasa melihat teladannya, yakni Rasulullah saw, sehingga pada posisinya kemudian, Nabi saw menjadi perantara antara Allah Ta’ala dengan ruhani serta jasmaninya. Dari keadaan ini ia akan mendapatkan petunjuk bagi dirinya dan bagi murid-murid yang menempuh jalan spiritual sehingga mereka melakukan perjalanan spirtualnya tidak dalam keadaan buta. Pada posisi inilah terdapat tanda-tanda keistimewaan yang hanya bias ditemukan oleh sedikit orang
29 Januari pukul 18:45 · Suka · 1
Ahmad Dimyathi dua hal: pertama, makrifat kepada Allah. Kedua, Syariat sebagai jalan utama.
Untuk mencapai makrifat kepada Allah, seseorang harus menempuh jalan syariat, yaitu melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Seseorang hendaknya menyucikan jiwanya dengan penuh kesadaran dalam rangka menunaikan tauhid yang mutlak. Ia hendaknya bersikap wara’, zuhud terhadap dunia, bahkan zuhud terhadap diri sendiri, sabar dan ikhlas terhadap qadha’ dan qadar-Nya yang baik ataupun yang buruk, serta merasa diawasi oleh Allah, beriman dan bertaqwalah dan hanya menggantungkan segalanya kepada Allah Azza wa jalla.
Karya Syekh Abdul Qadir Al Jaelani ini akan membuka tabir dan misteri kehidupan sesungguhnya yang kita jalani. Bacalah dengan hati yang khusuk dan hening, niscaya akan kita temukan kedalaman ajaran beliau dalam membimbing kita menemukan hakikat diri.
29 Januari pukul 18:46 · Suka · 1
Ahmad Dimyathi Seperti apakah rahasia yang ada di balik rahasia? Mungkinkah manusia menyingkap rahasia dan yang di balik rahasia? Bagi para hamba Allah sejati, tutur Syekh Abdul Qadir, tak ada lagi rahasia karena semua tabir telah terangkat. Mereka telah mencapai maqam penyaksian (musyahadah).
Sirr al-Asrâr—judul asli buku ini—hadir untuk menuntun kita menapaki jalan-jalan yang sunyi menuju rahasia dan yang di balik rahasia. Syekh Abdul Qadir membawa kita menelusuri jejak-jejak Tuhan yang terhampar di alam semesta dan di dalam diri kita; mengarahkan kita menuju kedalaman hakikat dan menyatu dengan Sang Hakikat. Ajaran-ajaran dasar Islam—shalat, puasa, zakat, dan haji—dikupas kedalaman maknanya dan keeratan hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari.
Disertai panduan shalat-shalat sunnah dan zikir-zikir penyejuk kalbu, buku ini akan memandu kita meraih hakikat kelembutan, mencapai keikhlasan, dan menghampiri Sang Kekasih Yang Mahasuci. Prinsip-prinsip spiritualitas Islam diulas secara lugas. Meski banyak ulama yang menulis karya-karya sufistik, Syekh Abdul Qadir al-Jailani memaparkan jalan ruhani ini secara lebih gamblang dan dapat dicerna oleh khalayak luas.
29 Januari pukul 18:47 · Suka · 2
Ahmad Dimyathi karya beliau: al-Fath al-Rabbani dan Futuh al-Ghayb. Isinya menyapa langsung sanubari kita. Laksana taman hikmah, buku ini bisa Anda kunjungi kapan saja dan di halaman mana saja.
Sederhana tetapi mengena. Begitulah aroma keunikan pesan, dialog, dan perumpamaan dalam buku ini. Syekh Abdul Qadir al-Jailani bukan sekadar karamah yang dipuja. Ia justru menjadi lambang kejujuran dan ilmu pengetahuan.
Al-Jailani dihormati oleh ulama dan para zahid pada masanya. Ia memiliki banyak keutamaan dan karamah. Ia juga memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu makrifat yang sesuai dengan sunnah.
29 Januari pukul 18:48 · Suka · 1
Ahmad Dimyathi "Wahai saudara-saudaraku, semoga Allah mengekalkanmu; janganlah kalian mencelaku karena sesuatu yang aku miliki dan jangan pula merendahkanku karena sesuatu yang menjadi tujuanku. Sebab di antara bentuk sunnatullah adalah menampakkan sesuatu yang tersamar dalam ilmu-Nya dan mengeluarkan sesuatu yang tersembunyi dalam kegaiban-Nya.
Allah berhak melakukan apa pun yang dia kehendaki dan menghukumi sesuatu yang Dia inginkan. Tiada daya maupun kekuatan kecuali milik-Nya, dan kenikmatan apa pun yang berada di tanganmu, maka itu berasal dari-Nya, Dialah yang mengatakan kebenaran dan Dia pula yang memberi petunjuk menuju jalan yang lurus" (Syekh Abdul Qadir Jaelani)
29 Januari pukul 18:49 · Suka · 1
Ahmad Dimyathi Pencerahan jiwa, ketulusan kata-kata, kekayaan makna, akan anda temukan di dalam buku Fatkhu robbani. Sebuah maha karya wali Allah, Sultonul Auliya, Al Imam Syaikh Abdul Qadir Jailani. Dengan membaca dan merenungkannya Anda akan mendapatkan pelajaran berharga tentang nilai-nilai pensucian jiwa. Setelah itu, mudah-mudahan jiwa menjadi tercerahkan, sehingga jiwa ini memperoleh manfaat berupa kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan dalam mengarungi hidup di dunia.
29 Januari pukul 18:52 · Suka · 2
Pujianto Nganjuk Jatim Matornuwon dateng sedanten .
29 Januari pukul 18:53 · Suka
Ahmad Dimyathi FAFIRRUU ILALLOH !
----------------------------------------------------------------------------------------------Sang pemilik ma`rifah (pengetahuan keagamaan) dan thariqah (jalan menuju kebahagiaan) ini adalah sosok paling dominan di jajaran para auliya. Sultan al-Auliya` yang disandangnya adalah buah keimanan dan keilmuan tertinggi pada dirinya. Mengapa tidak, tanda-tanda kewaliannya telah tampak semasa dalam penyusuan ibunya.
Jejak hidup beliau memperlihatkan sebuah kemuliaan seorang hamba yang tidak hanya `abid tetapi juga alim dalam tafsir, hadits, fiqih, usul fiqih, nahwu, dan lain-lain. Tak diragukan lagi, beliau lahir dan besar sebagai guru besar dimasanya juga guru besar kita semua.
Karya `emas` yang langka ini sangat pantas dimiliki, didalamnya sarat akan pengetahuan dan petunjuk-petunjuk kebenaran yang bertumpu pada fiqih dan syari`ah dan tasawuf yang bersandar pada pengalaman dan kesadaran rohani. Lembaran-lembaran wasiat ini akan memandu kita dalam melaksanakan legalitas titah keagamaan, sekaligus mengisi ruang inti batin. Kesemuanya bertujuan untuk mewujudkan kehidupan agama yang ideal.
“Makluk adalah tabir penghalang bagi dirimu, dan dirimu adalah tabir penghalang bagi Tuhammu. Selama kamu melihat makhluk, selama itu pula kamu tidak akan dapat melihat dirimu dan selama kamu melihat dirimu, selama itu pula kamu tidak akan dapat melihat Tuhanmu” Syekh Abdul Qodir Jaelani
29 Januari pukul 19:21 · Telah disunting · Suka · 2
Ahmad Dimyathi Samudera Hikmah, Syekh Abdul Qodir Al Jaini, Sejarah Hidup Kisah Keramat Dan Mutiara Nasehatnya
Samudera Hikmah, Syekh Abdul Qodir Al Jaini, Sejarah Hidup Kisah Keramat Dan Mutiara Nasehatnya
Membaca sejarah hidup para tokoh yang pernah mewarnai dunia Islam memang mengasyikkan. Dengan cara ini kita bisa menyerap kearifan dan motivasi, baik lewat sepak terjang perjuangan mereka atau lewat pitutur-pitutur mereka yang sarat hikmah. Semangat untuk menuntut ilmu, mendekatkan diri kepada Sang Khalik, dan menerapkan akhlak-akhlak mulia senantiasa tumbuh secara spontan manakala kita mengenang sosok para ulama dan auliya di masa lampau.
Bukti yang paling nyata adalah Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Berkat kedekatannya dengan Allah SWT, beliau telah menggapai puncak kenikmatan duniawi dan ukhrawi sekaligus. Kedudukan dan kehormatannya sangat tinggi, mengalahkan kehormatan para sultan, bahkan khalifah yang paling berkuasa di era itu. Kita saksikan sekarang, betapa kaum muslimin di seluruh penjuru bumi masih menaruh hormat dan menyanjung sosok Syekh Abdul Qadir. Lain halnya dengan para sultan dan khalifah. Kedudukan dan kehormatan mereka sudah pudar seiring selesainya masa jabatan mereka.
Meski menjalani laku zuhud dan menjauhi gemerlap dunia, ternyata Syekh Abdul Qadir berpikiran maju. Beliau tak hanya mengajarkan ilmu-ilmu yang menjadi tradisi pesantren pada galibnya. Beliau juga mengajarkan pengetahuan modern semacam geologi di madrasah beliau. Malah untuk disiplin ilmu yang satu ini beliau menulis kitab Sirrul Asrar fi Makrifatil Jawahiri wal Ahjar. Boleh dibilang, ini adalah buku dasar pengetahuan geologi tertua di muka bumi.
Keluasan ilmu Syekh Abdul Qadir inilah yang mustinya menjadi sisi keteladanan yang lebih diperhatikan kaum muslimin, di samping akhlak mulia dan mujahadah beliau. Adapun sisi karomah-karomah beliau, itu adalah pemberian Allah SWT yang teramat khusus bagi beliau dan tak bisa dicontoh oleh siapa pun jua. Betapa naif orang yang mengaku memiliki karomah semisal beliau akan tetapi sama sekali tak pernah menempuh mujahadah ilmu dan amal seperti beliau.
Dalam buku ini penulis mencoba menampilkan sosok Syekh Abdul Qadir sebagai seorang ilmuwan dan waliyullah secara proporsional. Kedalaman ilmu beliau adalah hasil dari proses belajar-mengajar yang panjang dan istikamah, bukan melalui cara instan. Sementara karomah beliau adalah hadiah dari Allah SWT berkat keistikamaan beliau dalam mengamalkan ilmu-ilmu yang beliau dapat. Semoga pembaca dapat memetik hikmah serta manfaat dari buku ini.
29 Januari pukul 19:22 · Telah disunting · Suka · 1
Ahmad Dimyathi : FAFIRRUU ILALLOH WA ROSUULIHI SAW !
“Makluk adalah tabir penghalang bagi dirimu (istilah wahidiyah - "LINNAFSI/LIGHOIRILLAH - BINNAHSI), dan dirimu adalah tabir penghalang bagi Tuhammu (BINNAFSI LINNAFSI). Selama kamu melihat makhluk (LINNAFSI BINNAFSI), selama itu pula kamu tidak akan dapat melihat/MENGENAL dirimu dan selama kamu melihat dirimu (BINNAFSI), selama itu pula kamu tidak akan dapat melihat Tuhanmu (BILLAH)” . MAKA TERAPKANLAH "LILLAH BILLAH" DAN ISTIGHROQ (istilah Wahidiyah) niscaya kalian akan mengenal dirimu (BILLAH) dan mengenal Tuhanmu (BILLAH) (MAN 'AROFA NAFSAHU FAQOD 'AROFA ROBBAHU - BARANG SIAPA YANG MENGENAL DIRINYA (TAHU AKAN KEDUDUKAN DIRINYA /LILLAH BILLAH, MAKA DIA AKAN MENGENAL/MELIHAT TUHANNYA (BILLAH).
29 Januari pukul 19:22 · Suka · 3
No comments:
Post a Comment