004.12.313
PERINGATAN ALLOH SUBHANAHU WA TA'ALA & RASUL-NYA BAGI PARA PEPIMPIN.
by. Mas Iman - dikirim ke Ahmad Dimyathi
.
12.313 "POSTINGAN ANDA AMAT BAGUS DAN SANGAT BERMANFAAT"
PERINGATAN ALLOH SUBHANAHU WA TA'ALA , RASUL-NYA DAN PARA ULAMA NYA BAGI PARA PEPIMPIN YANG MENGHIANATI AMANAH , FASIQIN/MUNAFIKUN DAN YANG BERLAKU DZALIM . . . .
(Ilham & Renungan untuk tindak lanjut Amal kebaikan)
A’uudzubillaahi minasysyaithaanir rajiim
Bismillahirrahmaniraahim...
Syaikul Islam Imam al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin pernah memberikan nasihat tentang cara berinteraksi dengan pemimpin yang zalim.
"Jangan bergaul dengan para pemimpin dan pembesar yang zalim, bahkan jangan menemuinya. Berjumpa dan bergaul dengan mereka hanya membawa petaka. Dan sekiranya kamu terpaksa bertemu, jangan memuji-muji mereka, karena Allah sangat murka ketika orang fasik dan zalim dipuji. Dan barangsiapa mendoakan mereka panjang umur, maka sesungguhnya dia suka agar Allah didurhakai di muka bumi. "
Tidak hanya tentang pertemuan, bahkan Imam al Ghazail mengeluarkan larangan menerima pemberian dari penguasa yang zalim.
"Jangan menerima apa-apa pemberian dari golongan pembesar, meski kamu tahu pemberian itu dari yang halal. Sebab, sikap tamak mereka akan merusakkan agama. Pemberian itu akan menimbulkan rasa simpati (jika diterima). Lalu kamu akan mulai menjaga kepentingannya mereka dan berdiam diri atas kezaliman yang mereka lakukan. Dan itu semua telah merusakkan agama. "
Peringatan susulan juga diungkapkan. Sekecil-kecilnya mudharat ketika seseorang menerima hadiah dari penguasa adalah, akan muncul rasa sayang terhadap mereka."Seterusnya kami akan mendoakan mereka kekal dan lama di atas kedudukannya.Mengharapkan orang yang zalim lama berkuasa sama seperti mengharapkan kezaliman berpanjangan atas hamba-hamba Allah dan alam akan musnah binasa. "
Jika sudah demikian, Imam al Ghazali mengajukan soalan yang luar biasa menyeramkan."Apalagi yang lebih buruk dibanding dengan kerusakan agama?"
Setiap penguasa, selalu mempunyai kemungkinan untuk berbuat zalim, kecuali penguasa yang beriman kepada Allah, berteman dan dikeliling orang-orang yang beriman pula. Mereka saling mengingatkan dan memberi nasihat, hanya demi kebaikan, dan bukan untuk kepentingan.
Tapi ketika seorang penguasa dikelilingi orang-orang yang busuk dan jahat, maka kezaliman hanya tinggal menunggu masa untuk dirasakan. Dan ketika semua itu terjadi, kerusakan akan bermaharajalela, kehancuran di depan mata, menggelincirkan manusia dari jalan kebenaran dan menjadikan kesesatan sebagai panutan. Karena itu, pemimpin yang dzalim masuk menjadi salah satu golongan yang paling dibenci oleh Allah SWT.
Rasulullah bersabda, "Ada empat golongan yang paling Allah benci. Peniaga/pedagang yang banyak bersumpah, orang fakir yangsombong, orang tua yang berzina, dan seorang pemimpin (penguasa) yangzalim." (HR.An-Nasai)
Bahkan, Rasulullah memberikan penegasan sanksi atas para pemimpin yang zalim. Dalam Shahih Bukhari Muslim disebutkan, Rasulullah bersabda, "Tidaklah ada seseorang hamba yang Allah beri kepercayaan untuk memimpin, kemudian pada saat matinya dia berada dalam (keadaan) melakukan penipuan terhadap rakyatnya, kecuali akan diharamkan atasnya untuk masuk syurga."
Alangkah ruginya para pemimpin seperti ini.Dan alangkah malangnya umat dan rakyat yang mendapat pemimpin sepertiini. Ketika seorang pemimpin zalim berkuasa, maka yang bertanggung jawab bukan hanya para pelaku kekuasaan; raja, maharaja, presiden bahkan gubenur ,walikota dan kepala desa. Umat dan rakyat pun akan bertanggung jawab memikul beban penguasa yang zalim.
IbnuTaimiyyah dalam karyanya SiyasahSyari'iyah mengutip sebuah hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. "Barangsiapa yang mengangkat seseorang (pemimpin) untuk mengurusi perkara kaum Muslimin sementara dia mendapati ada seseorang yang lebih layak daripada orang yang diangkatnya, maka dia telah berkhianat pada Allah SWT dan Rasul-Nya."
Dalam hadis lain yang diriwayatkan dari sahabat Jabir ra,Rasulullah juga menegaskan bahwa mereka yeng memilih pemimpin dengan pamrih duniawi maka Allah tidak akan menyapa orang-orang seperti ini di akhirat nanti.
"Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak dilihat dan tidak akan disucikan, dan bagi mereka azab yang pedih. Mereka adalah; Orang yang mempunyai kelebihan air di padang pasir namun tidak mau memberikannya kepada orang yang berada di tengah perjalanan; orang yang menawarkan barang dagangan kepada orang lain setelah Ashar, lalu ia bersumpah dengan nama Allah bahwa ia telah membelinya sekian dan sekian sehingga lawannya mempercayainya, padahal sebenarnya tidaklah demikian; dan seseorang yang mengikrarkan kepatuhannya kecuali untuk kepentingan dunia (harta), bila sang pemimpin memberinya ia akan patuh dan bilatidak memberinya ia tidak akan mematuhinya. "
Jauh-jauh hari, sesungguhnya Allah telah melakukan perlindungan agar kita tidak mempunyai kecenderungan hati pad aorang-orang yang zalim. Sebab, kecenderungan itu akan mengantarkan kita padaazab yang pedih.
"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan." (QSHud [11]: 113)
Sesungguh,seorang pemimpin sejatinya adalah sebuah perisai yang melindungi rakyatnya.
Seperti sabda Rasulullah,"Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya. "(HR Muslim)
Pemimpin dan yang dipimpin adalah mata rantai yang tidak boleh dipisahkan. Pemimpin lahir dari dan terpilih oleh orang-orang yang akan dipimpin. Ketika seorang pemimpin bersalah, maka bersalah pula mereka yang memilihnya. Ketika seorang pemimpin berbuat zalim, maka mereka yang memilih juga akan menanggung akibatnya.
Sungguh bukan pekerjaan ringan untuk menjaga dan menghalang-halangi para pemimpin agar tidak berbuat zalim. Orang-orang yang dipimpin harus menjaga para pemimpin dengan cara memastikan bahawa ketua negara melakukan kewajiban-kewajiban besarnya. Kewajiban pemimpin negara adalah menegakkan keadilan, memberantas kezaliman, melaksanakan undang-undang syariat/menegakkan supremasi hukum negara dan bahkan kewajiban personal untuk tidak melakukan maksiat.
Umar bin Khattab ra lebih tegas lagi mengatakan, tugas seorang pemimpin adalah menjaga agama. "Pemimpin diangkat untuk menegakkan agama Allah," kata Umar bin Khattab.
Jika kita mampu menjaga para pemimpin yangterpilih, menjadi para pemimpin yang menegakkan agama Allah, menjaga akidah umatnya, memberantas kezaliman dan melaksanakan syariat, sungguh negeri ini ibarat potongan syurga di dunia. Apalagi Rasulullah bersabda bahawa menasihatipara pemimpin untuk taat pada Allah, adalah salah satu perilaku yang mengundangridha-Nya. "Sesungguhnya Allah redha terhadap tiga perkara dan membenc itiga perkara. Dia rela apabila kalian menyembah-Nya, berpegang tegug pada tali-Nya dan menasihati para pemimpin. Dan Allah membenci pembicaraan sia-sia,menghambur-hamburkan harta dan banyak bertanya. "
Ada beberapa perkara yang membuat pemimpin tergelincir pada perilaku zalim. Yang paling berbahaya adalah, ketika seorang pemimpin menuruti hawa nafsu dan mengejar kesenangan dunia. Kemudian, kolusidan nepotisme yang tidak sesuai dengan peraturan kebenaran. Para penasihat yangburuk dan teman yang jahil, juga mampu menggelincirkan para pemimpin. Jikaorang-orang yang lemah dan kaum kuffar dijadikan sebagai pembantu, kehancuran tinggal menunggu waktu. Rela dan mudah terpengaruh pada tekanan antar bangsa ,juga menjadi penyebab pemimpin berlaku zalim.
Tugas umat, belum lagi selesai. Setelah terpilih, para pemimpin harus terjaga. Jika tidak, kita juga yang akan merasakan azab dan akibatnya. Sebab, keadilan seorang pemimpin adalah penawar dahaga bagi umatnya dan lebih utama dari ibadah ritual yang dilakukannya."Keadilan seorang pemimpin walaupun sesaat jauh lebih baik daripada tujuh puluh tahun," demikian sabda Rasulullah. (HRThabrani)
Tapi jika yang terjadi justru sebaliknya, maka sungguh keadaan yang akan menimpa."Yang aku takuti pada umatku adalah pemimpin-pemimpin yang menyesatkan," sabdaRasulullah. (HR Dawud)
Jika pemimpin-pemimpin sesat telah memimpin, maka manusia akan berada pada penyesalan yang tiada tara seperti yang digambarkan Allah dalam firman-Nya."Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata:"Alangkah baiknya, andaikatakami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. " (QS al Ahzab [33]: 66)
Dan ketika kita sampai pada tahap itu,penyesalan paling besar pun tidak akan bermakna. Semoga kita adalah umat yang terbaik, dengan pemimpin-pemimpin yang soleh dan muslih. Bukan sebaliknya, umat yang dipimpin para penguasa yang zalim dan bathil.
Allah ta’ala telahberfirman :
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat dhalim kepada manusia dan melampauibatas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat ‘adzab yang pedih” [QS.Asy-Syuuraa: 42].
“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat.Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu” [QS.Al-Maaidah: 72].
Nabi shallallaahu‘alaihiwasallam telah bersabda :
”Setiap orang di antara kalian adalah pemimpin, dan setiap orang di antara kamuakan dimintai pertanggungan jawabatas apa yang dipimpinnya...”.[1]
”Barang siapa yang menipu kami, maka ia bukan termasuk golongan kami”.[2]
Kedhaliman itu merupakan kegelapan di hari kiamat”.[3]
”Pemimpin mana saja yang menipu rakyatnya,maka tempatnya di neraka”.[4]
”Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidakmencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga” [DiriwayatkanolehAl-Bukhari dan Muslim].Dalam lafadh yang lain disebutkan : ”Ia matidimana ketika matinya itu ia dalam keadaan menipu rakyatnya, maka Allah haramkanbaginya surga”.[5]
”Tidaklah ada seorang pun yang memimpin sepuluh orang, kecuali ia didatangkan dengannyapada hari kiamat dalam keadaan tangannya terbelenggu di lehernya. Entahkeadilannya akan membebaskannya ataukah justru kemaksiatannya (kedhalimannya)akan melemparkanya (ke neraka)”.[6]
Ya Allah, siapa saja yang mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangimereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka,makasusahkanlah ia” [Diriwayatkan olehMuslim].[7]
”Akan ada nanti para pemimpin yang fasiq lagi jahat. Barangsiapa yang membenarkankedustaan mereka dan menolong kedhalimannya (atas rakyatnya), makaia bukantermasuk golonganku dan aku bukan termasuk golongannya. Ia tidak akansampaipada Al-Haudl (telaga)”.[8]
”Tidaklah satu kaum yang di dalamnya dikerjakan satu perbuatan maksiat, dimana merekayang tidak mengerjakan kemaksiatan itu lebih kuat dan lebih banyak daripadayang mengerjakannya, namun mereka tidak mengubah kemaksiatan tersebut; niscayaAllah akan menimpakan hukuman adzab pada mereka semua”.[9]
Abu ’Ubaidah bin ’Abdillah bin Mas’ud meriwayatkan dari ayahnya, ia berkata:Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam : “DemiDzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,hendaklah kalian menyuruh yang ma’ruf danmencegah yang munkar, mengambil tangan orang-orang yang bersalah dan mengembalikannyakepada kebenaran dengan sebenar-benarnya; atau Allah akan memisahkan hatisebagian kalian dengan sebagian yang lain, kemudian Allah melaknat kaliansebagaimana Allah telah melaknat mereka – yaitu Bani Israail –melalui lisanDawud dan ‘Isa bin Maryam”.[10]
Dan dariAghlab bin Tamiim : Telah menceritakankepada kami Al-Mu’allaa bin Ziyaad, dari Mu’aawiyyah bin Qurrah,dari Ma’qil binYasaar, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
“Ada dua golongan dari umatku yang tidak akan disentuh olehsyafa’atku :(1)seorang pemimpin yang dhalim lagi penipu, dan (2) orang yang berlebih-lebihandalam agama (ghulluw) yang bersaksi atas (kepemimpinan) mereka namun berlepas diridari mereka”.
Hadits inilemah (dla’iif). Ibnu Maaliktelah meriwayatkan dimana ia berkata : Telah berkata Manii’ : Telahmenceritakan kepadaku Mu’aawiyyah bin Qurrah, dengan lafadh semisal. AdapunManii’ ini, tidak diketahui siapa dia sebenarnya.[11]
Telahberkata Muhammad bin Juhaadah, dari‘Athiyyah, dari AbuSa’iid Al-Khudriysecara marfuu’ :
“Orang yang paling pedih/keras siksanya pada hari kiamat adalah pemimpin/ imam yangdhalim”.[12]
Dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda :
“Wahai sekalian manusia : Perintahkanlah untuk berbuat yang ma’ruf dan melarangperbuatan munkar sebelum kalian berdoa kepada Allah namun Ia tidak mengabulkannya,dan sebelum kalian meminta ampun kepada-Nya, namun Ia tidak mengampuni kalian.Sesungguhnya memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari perbuatanmunkar tidak berakibat tertahannya rizki dan mendekatkan apa yangtertahan/tertunda. Dan sesungguhnya para rahib dari kalangan Yahudi danpendetadari kalangan Nashrani ketika mereka meninggalkan perbuatan memerintahkankepada yang ma’ruf dan melarang dari perbuatan munkar,Allah melaknat merekamelalui lisan para nabi mereka, kemudian menimpakan bencana pada mereka secaramerata”.[13]
Beliau shallallaahu‘alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dari urusan kami yangbukanberasaldarinya, maka ia tertolak”.[14]
“Barangsiapa yang melakukan perbuatan jahat atau melindungi pelaku kejahatan,makabaginya laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.Tidak diterimadarinya amal wajib maupun amal sunnah (yang ia kerjakan)”.[15]
“Barang siapa yang tidak menyayangi (saudaranya), maka ia tidak akan disayangi (olehAllah)”.[16]
“Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak menyayangi manusia”.[17]
“Tidak ada seorang pemimpin/penguasa pun yang diserahi urusan kaum muslimin kemudiania tidak bersungguh-sungguh mengurusi mereka dan menasihati mereka,melainkan iatidak akan masuk surga bersama mereka”.[18]
“Barang siapa yang diserahi kepemimpinan terhadap urusan kaum muslimin namun iamenutup diri tidak mau tahu kebutuhan mereka dan kefakiran mereka, niscayaAllah tidak akan memperhatikan kebutuhannya dan kefakirannya dihari kiamat”.Diriwayatkan oleh Abu Dawud danAt-Tirmidziy.[19]
“Imam yang ‘adil akan dinaungi oleh Allah (pada hari kiamat) dibawah naungan-Nya”.[20]
“Orang-orang yang ‘adil berada di mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya,dimana mereka berbuat ‘adil dalam hukum mereka, keluarga mereka, dan siapa sajayang berada di bawah kepemimpinan mereka”.[21]
“Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah (orang) yang kalian membencinya danmerekapun membenci kalian, kalian melaknatnya dan mereka pun melaknat kalian”.Parashahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, tidakkah kita boleh menyingkirkannya?”.Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak,selamamereka mendirikan shalatdi tengah-tengah kalian”. [22] Keduanya(yaitu hadits inidansebelumnya) diriwayatkan oleh Muslim.
“Sesungguhnya Allah benar-benar mengulur waktu bagi orang yangdhaalim hingga jikaIa mematikannya, Ia tidak akan meluputkannya”.Kemudian beliau membacaayat : “Dan begitulah azab Tuhanmu, apabilaDiamengazab penduduknegeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nyaituadalah sangat pedihlagi keras”.[23]
DiriwayatkanolehAl-Bukhariy dan Muslim.
Nabi shallallaahu‘alaihi wasallam pernah berkata kepada Mu’aadz saat beliau mengutusnyakenegeriYaman :
“Berhati-hatilah engkau terhadap harta-harta kesayangan mereka.Dantakutlahengkau terhadap doa orang yang terdhalimi, karena sesungguhnyatidak adasatupun penghalang antaranya dan Allah”.[24] Diriwayatkanoleh Al-BukharidanMuslim.
“Sesungguhnya seburuk-buruk penguasa adalah penguasa yang dhalim”.[25]
DiriwayatkanolehAl-Bukhari dan Muslim.
“Ada tiga golongan yang tidaka akan diajak bicara oleh Allah…………”.Kemudianbeliaumenyebutkan di antaranya pemimpin pendusta.[26]
Allah ta’ala berfirman:
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidakinginmenyombongkandiri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan(yangbaik) itu adalahbagi orang-orang yang bertakwa” [QS.Al-Qashshash : 83].
Nabi shallallaahu‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya kalian akan sangat menginginkan kekuasaan (‘imarah)padahalkelakia akan menjadi penyesalan di hari kiamat”.DiriwayatkanolehAl-Bukhari.[27]
“Sesungguhnya kami – demi Allah – tidak akan menyerahkan pekerjaan (yaitu jabatan)ini kepada orang yang memintanya atau orang yang berambisi kepadanya”.Diriwayatkanoleh Al-Bukhari dan Muslim.[28]
“Wahai Ka’b bin ‘Ujrah ! Semoga Allah melindungimu darikepemimpinanorang-orangpandir. Para pemimpin yang muncul setelahku dimanamereka tidakmengambilpetunjuk dengan petunjukku dan mengambil sunnah dengansunnahku”.Dishahihkanoleh Al-Haakim.[29]
“Ada tiga doa mustajab yang tidak ada keraguan padanya : doaorangyangteraniaya, doa orang yang sedang bepergian (musafir), dan doa orangtuakepadaanaknya”.[30] Sanadnya kuat.
[selesai–dikutip oleh Abu Al-Jauzaa’ dari kitab Al-Kabaair olehAdz-Dzahabiy,hal. 37-44, tahqiq & takhrij :‘Abdurrazzaaq Al-Mahdiy;Daarul-KitaabAl-‘Arabiy, Cet. Thn. 1425 H]
[1] Perkataantersebutmerupakan penggalan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari(no. 2554,5188,dan 5200), Muslim (no. 1829), Abu Dawud (no. 2928), At-Tirmidzi(no.1705),Ahmad (2/5, 2/54-55, dan 2/111), dan Ibnu Hibban (no. 4489); yangsemuanyamerupakanhadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma.
[2] Shahih.Diriwayatkan olehAhmad (2/242 dan 417), Muslim (no. 101), AbuDawud (no. 3455),At-Tirmidzi (no.1315), Ibnu Majah (no. 2224), Abu ‘Awaanah(1/57), Ath-Thahawidalam Musykilul-Aatsaar (2/139),Ibnul-Jarud dalam Al-Muntaqaa (no.564), Al-Haakim (2/8-9),dan Al-Baihaqi (5/325); yang semuanyamerupakan haditsdari Abu Hurairah radliyallaahu‘anhu. Dalam bab ini,terdapat banyakhadits yang dibawakan oleh sejumlahshahabat. Silakan lihat takhrij haditsiniselengkapnyadalam Al-Ihsaan fii Taqriibi Shahih IbniHibbaan (no.567)dengan tahqiq : Asy-Syaikh Syu’aibAl-Arna’uth.
[3] Shahih.Diriwayatkan olehAl-Bukhari (no. 2447), Muslim (no. 2579),Ahmad (2/92, 106,136, 137, 156, dan159), dan At-Tirmidzi (no. 2030); darihadits ‘Abdullah bin‘Umar radliyallaahu‘anhuma.
[4] Shahih.Diriwayatkan denganlafadh ini oleh Ahmad (5/25), dan yangsemisal dengannya olehAth-Thabarani dalam Al-Kabiir (20/506,513, 514, 515, 516, 517,518, 519, 524, 533, dan 534);dari hadits Ma’qil binYasaar, dimana asal haditstersebut dalam Ash-Shahihain.
[5] Shahih.Diriwayatkan olehAl-Bukhari (no. 7150-7151), Muslim (no. 142),Ad-Daarimiy(2/324), Al-Baghawidalam Al-Ja’diyaat (no. 3261),Ath-Thayaalisiy (no. 928-929),Ahmad (5/25, 27),Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir (2/449,455,456, 457, 458, 459, 469, 472, 473, 476, dan 478),Ibnu Hibban (no.4495),Al-Baihaqi (9/41), dan Al-Baghawi dalam Syarhus-Sunnah (no.4278);semuanya dari hadits Ma’qilbin Yasaarradliyallaahu ‘anhu.
[6] Shahihbi-syawaahidihi.Diriwayatkan oleh Al-Bazzaarsebagaimana dalam Kasyful-Astaar (1640)danAth-Thabarani dalam Al-Ausath sebagaimana dalam Al-Majma’(5/205),darihaditsAbu Hurairah radliyalaahu ‘anhu. Al-Haitsamiberkata:“Paraperawi dalam riwayat pertama oleh Al-Bazzaar adalah paraperawi Ash-Shahiih”.Hal senada dikatakan juga oleh Al-Mundziridalam At-Targhiib wat-Tarhiib (3/112).Dikeluarkanjuga darijalan yang lain : Ahmad (2/431) dari hadits Abu Hurairahradliyallaahu‘anhu;Al-Haitsamiberkata dalam Al-Majma’ (4/192-193) :“Diriwayatkan oleh Ahmad,para perawinya adalah paraperawi Ash-Shaihiih”.Dikeluarkan jugaoleh Ahmad (5/285),Al-Bazzaar, dan Ath-Thabarani sebagaimanadalam Al-Majma’ (5/205);Al-Haitsami berkata : “Di dalamsanadnya terdapat perawiyang tidak disebutkannamanya, adapun yang sanad yanglain dari Ahmad,perawinya adalah para perawiAsh-Shahiih”.Hadits tersebutmempunyai syaahid dari hadits Ibnu ‘Abbas radliyallaahu‘anhuma yangdiriwayatkanoleh Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir dan Al-Ausathsebagaimana terdapatdalam Al-Majma’ (5/206). Al-Haitsamiberkata :“Paraperawinya adalah tsiqah”. Ia juga mempunyai syaahid yanglaindari hadits Abu Umamah radliyallaahu ‘anhu yangdikeluarkanoleh Ahmad (5/267) dan Ath-Thabarani sebagaimanaterdapatdalam Al-Majma’ (5/205).Al-Haitsami berkata : “Dalam sanadnyaterdapat Yaziid bin AbiMaalik, ia di-tsiqah-kanoleh IbnuHibban dan yang lainnya. Danyang selainnya adalah para perawi tsiqah”.Dalam bab ini terdapathadits yang sangat banyak.
[7] Shahih.Diriwayatkan olehMuslim (no. 1828), Ahmad (6/62, 93, 257, dan260), Ibnu Hibban(no. 553),Al-Baihaqi dalam As-Sunan (9/43), dan Al-Baghawidalam Syarhus-Sunnah (no.2471); semuanya dari hadits‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa.
[8] Shahih.Diriwayatkan olehAt-Tirmidzi (no. 2259), An-Nasa’iy (7/160),Ahmad (4/243),Ath-Thayalisi (no.1064), Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir (19/212,296, 297, 298),Ibnu Hibban(no. 279), Al-Haakim (1/79), dan Al-Baihaqidalam As-Sunan(8/165);semuanyadari hadits Ka’b bin ‘Ujrah radliyallaahu‘anhu.At-Tirmidzi berkata: “Hadits shahih”. Hadits ini dishahihkan olehAl-Hakim dandisepakati olehAdz-Dzahabi. Ia mempunyai syaahid dengansanadshahih sesuai syarat Muslim dari hadits Jaabir bin‘Abdillah yangdikeluarkanoleh ‘Abdurrazzaq (no. 20719), Ahmad (3/321),Al-Haakim (4/422), danIbnu Hibban(no. 1723).
[9] Shahih dengandua jalandan syahid-nya. Diriwayatkan oleh Ahmad (4/364, 366),AbuDawud (no.4339), Ibnu Majah (no. 4009), Ath-Thabarani (no. 2380-2385),IbnuHibban (no.300), dan Al-Baihaqi dalam As-Sunan (10/91);semuanya darijalan Abu Ishaq, dari ’Ubaidullah bin Jariir, dariayahnya : Jariirbin’Abdillah Al-Bajaliy. Sanad hadits ini adalah dla’if,’Ubaidullahadalah perawi berstatus majhul al-haal. Namun ia diikutiolehMundzir binJarir (mutaba’ah) sebagaimana dibawakanolehAhmad (4/361,363), Ath-Thabarani (no. 2379). Hadits ini mempunyai syahiddarihadits AbuBakr Ash-Shiddiq sebagaimana dibawakan oleh Al-Humaidiy (no.3),Ahmad (1/2, 5,7), Abu Dawud (no. 4338), At-Tirmidzi (no. 2168 dan 3057),IbnuMajah (no.4005), dan Ibnu Hibban (no. 304); hadits ini shahihsesuaisyarat Asy-Syaikhain.
[10] Diriwayatkan olehAbu Dawud(no.4336-4337), At-Tirmidzi (no. 3050-3051), Ibnu Majah (no. 4006),Ahmad(1/391),Ath-Thabari (6/318-319), dan Abu Ya’la (no. 5035); semuanyadarihadits’Abdullah bin Mas’ud radliyallaahu ’anhu dengansanadmunqathi’ (terputus).Abu ’Ubaidah tidak mendengarhadits dariayahnya. Dan yangraajih, sanadriwayat tersebut adalah mauquf.
[11] Hasanbi-thariiqaihi wa syaahidihi.Diriwayatkan olehIbnu Abi ‘Aashim dalam As-Sunnah (no.35) danAth-Thabaraniy dalam Al-Kabiir (20/495), keduanya darihaditsMa’qil bin Yasaar. Dalam sanadnyaterdapat Al-Aghlab bin Tamiim. Al-Bukhaariyberkata: “Munkarul-hadiits”.Ibnu Ma’iin berkata : “Tidak ada apa-apanya(laisabi-syai’)”. Ia(Al-Aghlab) mempunyai mutaba’ah dariManii’sebagaimana disebutkan olehMushannif (Adz-Dzahabiy)dariIbnul-Mubaarak. Dan status manii’ ini adalah majhuul.Haditsini mempunyai syaahid dari hadits Abu Umaamah yangdiriwayatkanoleh Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir dan Al-Ausath sebagaimanaterdapatdalam Al-Majma’(5/235). Al-Haitsamiyberkata : “Paraperawidalam Al-Kabiir adalah tsiqaat”.
[12] Dla’iif.Diriwayatkan oleh Ahmad(3/22 & 55), At-Tirmidziy (no.1329), Abu Ya’laa (no.1003 & 1081),Ath-Thabaraniy dalam Al-Ausath dan Al-Kabiir sebagaimanadinyatakandalam Al-Majma’ (5/236),serta Al-Baihaqiy dalam As-Sunan (10/88);semuanya dari haditsAbu Sa’iid Al-Khudriy. At-Tirmidziyberkata : “Hadits AbuSa’iid adalahhadits hasan ghariib, kami tidakmengetahuinya kecualidari jalanini”. Aku berkata : “Dalam sanadnya terdapat‘Athiyyah Al-‘Aufiy, iaseorang yanglemah,matruukul-hadiits”. Adapunyang shahih daribeliau shallallaahu‘alaihi wa sallamadalah dengan lafadh:
“Orang yang paling pedih/keras siksanya pada hari kiamat adalahparaperupa(penggambar dan pematung)”.
[13] Dla’iif.Diriwayatkan oleh AbuNu;aim (8/287) dan Al-Ashbahaaniy dalam At-Targhiibwat-Tarhiib (no.299) dari haditsIbnu ‘Umar; dan dalam sanadnyaterdapat Ibraahiim bin‘Abdirrahiim dan Ishaaqbin Ibraahiim Ar-Raaziy yang akutidak mendapatkanketerangan biografinya.
[14] Shahiih.Diriwayatkan olehAl-Bukhari dalam Ash-Shahiih (no. 2697) dandalamKhalquAf’aalil-‘Ibaad (hal. 43), Muslim (no. 1718), Abu Dawud(no. 4606),Ibnu Maajah(no. 14), Ahmad (6/73 & 240 & 270),Ath-Thayaalisiy (no.1422), Abu‘Awaanah (4/18-19), Ad-Daaruquthniy (4/224 &225 & 227), AbuYa’laa(no. 4594), Ibnu Abi ‘Aashim dalam As-Sunnah (no.52-53),Ibnu Hibbaan (no. 26-27), Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah (no.103),Al-Baihaqiydalam As-Sunan (10/119), serta Al-Qadlaa’iydalamMusnadAsy-Syihaab (no. 359-361); semuanya dari hadits‘Aaisyah.
[15] Shahiih. Diriwayatkanoleh Al-Bukhariy (no. 1870 & 3179), Muslim (no.1370), AbuDawud (no. 2034),At-Tirmidziy (no. 2128), An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraa (no.4278),Ahmad(no. 615 & 1037), Ibnu Abi Syaibah (14/189), dan Abu Ya’laa(no.263);semuanya dari hadits ‘Aliy bin Abi Thaalib sewaktu mengkhabarkanlembaran (shahiifah)daribeliau shallallaahu ‘alaihi wasallam yang masyhur.
[16] Shahiih.Diriwayatkan olehAl-Bukhariy dalam Ash-Shahiih (no. 5997) dandalam Al-Adabul-Mufrad (no.91), Muslim (no.2318), Abu Dawud(no. 2518), At-Tirmidziy (no. 1911), IbnuHibbaan (no. 457),serta Al-Baghawiydalam Syarhus-Sunnah (no.3446); semuanya dari hadits AbuHurairah.
[17] Shahiih.Diriwayatkan olehAl-Bukhariy (no. 6013 & 7376), Muslim (no.2319),At-Tirmidziy (no. 1923),Ibnu Abi Syaibah (8/528), Al-Humaidiy (no.802-803),Ath-Thayaalisiy (no. 661),Ahmad (4/361-362), Ibnu Hibbaan (no. 465),danAl-Baihaqiy (8/161); semuanyadari hadits Jariir bin ‘Abdillah.
[18] Lihatcatatan kaki no. 4.
[19] Hasan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud(no. 2948), At-Tirmidziy (no. 1333),serta Al-Haakim(3/99) dan ia menshahihkannya yang kemudian disepakati olehAdz-Dzahabiy;semuanya dari haditsAbu Maryam ‘Amr bin Murrah Al-Juhhaniy.
[20] Maknakalimat ini diambildari hadits yangmasyhur :
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawahnaungan-Nya padaharidimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya : Imam yang‘adil…….”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 660 &1423 & 6479 &6806), Muslim (no. 1031),At-Tirmidziy (setelah hadits no.2391), An-Nasa’iy(8/222-223), Ahmad (2/439),Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya(no. 358), IbnuHibbaan (no. 4486),dan Al-Baihaqiy (4/190 & 8/162); semuanya dari haditsAbu Hurairah.
[21] Shahiih.Diriwayatkan oleh Ahmad(2/160), Muslim (no. 1827), danAn-Nasaa’iy (8/221);semuanya dari hadits‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Aash. Danlafadh hadits secarasempurna adalahsebagai berikut :
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat ‘adil di sisi Allah beradadimimbar-mimbaryang terbuat dari cahaya yang berada di sebelah kananAr-Rahmaan(Allah); dankedua tangan-Nya adalah kanan. Mereka adalah orang yangberbuat‘adil dalam hukummereka, keluarga mereka, dan orang-orang yang beradadi bawahkepemimpinanmereka”.
[22] Shahiih.Diriwayatkan oleh Ahmad(6/24 & 28), Muslim (no. 1855),Ad-Daarimiy (2/324),Ibnu Abi ‘Aashimdalam As-Sunnah (no. 1071-1072), Ibnu Hibbaan(no. 4589), danAl-Baihaqiy dalam As-Sunan (8/158);semuanyadari hadits ‘Aufbin Maalik Al-Asyja’iy.
[23] Shaiih.Diriwayatkan olehAl-Bukhari (no. 4686), Muslim (no. 2583),At-Tirmidziy (no.3110), Ibnu Maajah(no. 4018), Ath-Thabariy (no. 18559), IbnuHibbaan (no. 5175),Al-Baihaqiydalam As-Sunan (6/94), Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah (4162)dandalam Ma’aalimut-Tanziil (2/401); semuanya dari haditsAbuMuusaa Al-Asy’ariy.
[24] Shahiih.Diriwayatkan olehAl-Bukhari (no. 1395 & 1458 & 1496& 2448 &2347 & 7371& 7372), Muslim (no. 19), Abu Dawud (no.1583), At-Tirmidziy(no. 625),An-Nasaa’iy (no. 5/55), dan Ahmad (1/233);semuanya dari haditsMu’aadz binJabal. Sabda beliau : “harta-harta kesayangan mereka” ;maksudnya adalah :yang paling disayang/dicintai dan paling utama.
[25] Shahiih.Diriwayatkan oleh Muslim(no. 1830), Ahmad (5/64),Ath-Thabaraniy dalamAl-Kabiir (18/26),IbnuHibbaan(no. 4511), dan Al-Baihaqiy dalam As-Sunan (8/161);semuanyadari hadits ‘Aaidz bin ‘Amr.
[26] Shahiih.Diriwayatkan oleh Muslim(no. 107), Ahmad (2/433), An-Nasa’iy(5/86), IbnuHibbaan (no. 4413),Al-Baihaqiy dalam As-Sunan (8/161),danAl-Baghawiy dalamSyarhus-Sunnah (no.3591); semuanyadari haditsAbu Hurairah.
[27] Shahiih.Diriwayatkanoleh Al-Bukhari (no. 7184), Ahmad (2/448 &476), An-Nasaa’iy(7/162), IbnuHibbaan (no. 4482), Al-Baihaqiy (3/129 &10/95), danAl-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah (no.2465); semuanya darihadits Abu Hurairah.
[28] Shahiih.Diriwayatkanoleh Al-Bukhariy (no. 2261 & 3038 & 4341& 4343 &4344 & 6124& 6923 & 7149 & 7156 & 7157& 7172), Muslim(no. 1733), AbuDawud (no. 2930), An-Nasaa’iy (8/224), IbnuHibbaan (no. 4481),Al-Baihaqiy(10/100), dan Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah (no.2466);semuanyadari hadits Abu Muusaa Al-Asy’ariy.
[29] Shahiih.Diriwayatkanoleh At-Tirmidziy (no. 2259), An-Nasaa’iy (7/165),Ahmad (4/243),Ath-Thayaalisiy(no. 1064), Ath-Thabaraniy dalam Al-Kabiir (19/212& 296&297 & 298), Ibnu Hibbaan (no. 279), Al-Haakim (1/79),danAl-Baihaqiydalam As-Sunan (8/165); semuanyadari haditsKa’bbin ‘Ujrah. At-Tirmidziy berkata : “Hadits shahih”.Dishahihkan olehAl-Haakimdan disepakati oleh Adz-Dzahabiy. Ia mempunyai syaahid dengan sanadshahih atas syarat Muslimdari hadits Jaabir bin ‘Abdillah yang diriwayatkan oleh‘Abdurrazzaaq (no.20719), Ahmad (3/321), Al-Haakim (4/422),dan Ibnu Hibbaan(no. 1723).
[30] Hasan.Diriwayatkanoleh Al-Bukhariy dalam Al-Adabul-Mufrad (no. 32& 481),Abudawud (no. 1536), At-Tirmidziy (no. 1905 & 3448), IbnuMaajah (no.3862),Ath-Thayaalisiy (no. 2517), Ahmad (2/258) & 348 & 478& 517&523), Al-Qadlaa’iy dalammusnad Asy-Syihaab (no.306), Ibnu Hibbaan(no. 2699), dan Al-Baghawiy dalamSyarhus-Sunnah (no.1394); daribeberapa jalan, dari Yahyaa bin Abi Katsiir, dariAbu Ja’far, dariAbu Hurairah.Para perawi dalam sanadnya tsiqaat, kecuali padanyaterdapatketerputusan. Jika Abu Ja’far di sini adalah Muhammad bin ‘Aliy sebagaiman adikatakan Ibnu Hibbaan dalam ats-Tsiqaat, maka ia tidakpernahbertemu dengan Abu Hurairah. Namunjika ia selain Muhammad bin ‘Aliy,makastatusnya majhuul. Hadits ini mempunyai syaahid yang diriwayatkan oleh Ahmad (4/154) dari jalan Zaid bin Salaam,dari ‘Abdullah binZaid bin Azraq,dari ‘Uqbah bin ‘Aamir Al-Juhhaniy, iaberkata :
“Ada tiga golongan orang yang doanya mustajab : Orang yangsedangbepergian(musafir), orang tua, dan orang yang teraniaya”.
Paraperawinya tsiqaat selainIbnul-Azraq, ia seorang yang majhuulhaal. Namun ia baikmenjadi syaahid bagihadits sebelumnya
(Ilham & Renungan untuk tindak lanjut Amal kebaikan)
A’uudzubillaahi minasysyaithaanir rajiim
Bismillahirrahmaniraahim...
Syaikul Islam Imam al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin pernah memberikan nasihat tentang cara berinteraksi dengan pemimpin yang zalim.
"Jangan bergaul dengan para pemimpin dan pembesar yang zalim, bahkan jangan menemuinya. Berjumpa dan bergaul dengan mereka hanya membawa petaka. Dan sekiranya kamu terpaksa bertemu, jangan memuji-muji mereka, karena Allah sangat murka ketika orang fasik dan zalim dipuji. Dan barangsiapa mendoakan mereka panjang umur, maka sesungguhnya dia suka agar Allah didurhakai di muka bumi. "
Tidak hanya tentang pertemuan, bahkan Imam al Ghazail mengeluarkan larangan menerima pemberian dari penguasa yang zalim.
"Jangan menerima apa-apa pemberian dari golongan pembesar, meski kamu tahu pemberian itu dari yang halal. Sebab, sikap tamak mereka akan merusakkan agama. Pemberian itu akan menimbulkan rasa simpati (jika diterima). Lalu kamu akan mulai menjaga kepentingannya mereka dan berdiam diri atas kezaliman yang mereka lakukan. Dan itu semua telah merusakkan agama. "
Peringatan susulan juga diungkapkan. Sekecil-kecilnya mudharat ketika seseorang menerima hadiah dari penguasa adalah, akan muncul rasa sayang terhadap mereka."Seterusnya kami akan mendoakan mereka kekal dan lama di atas kedudukannya.Mengharapkan orang yang zalim lama berkuasa sama seperti mengharapkan kezaliman berpanjangan atas hamba-hamba Allah dan alam akan musnah binasa. "
Jika sudah demikian, Imam al Ghazali mengajukan soalan yang luar biasa menyeramkan."Apalagi yang lebih buruk dibanding dengan kerusakan agama?"
Setiap penguasa, selalu mempunyai kemungkinan untuk berbuat zalim, kecuali penguasa yang beriman kepada Allah, berteman dan dikeliling orang-orang yang beriman pula. Mereka saling mengingatkan dan memberi nasihat, hanya demi kebaikan, dan bukan untuk kepentingan.
Tapi ketika seorang penguasa dikelilingi orang-orang yang busuk dan jahat, maka kezaliman hanya tinggal menunggu masa untuk dirasakan. Dan ketika semua itu terjadi, kerusakan akan bermaharajalela, kehancuran di depan mata, menggelincirkan manusia dari jalan kebenaran dan menjadikan kesesatan sebagai panutan. Karena itu, pemimpin yang dzalim masuk menjadi salah satu golongan yang paling dibenci oleh Allah SWT.
Rasulullah bersabda, "Ada empat golongan yang paling Allah benci. Peniaga/pedagang yang banyak bersumpah, orang fakir yangsombong, orang tua yang berzina, dan seorang pemimpin (penguasa) yangzalim." (HR.An-Nasai)
Bahkan, Rasulullah memberikan penegasan sanksi atas para pemimpin yang zalim. Dalam Shahih Bukhari Muslim disebutkan, Rasulullah bersabda, "Tidaklah ada seseorang hamba yang Allah beri kepercayaan untuk memimpin, kemudian pada saat matinya dia berada dalam (keadaan) melakukan penipuan terhadap rakyatnya, kecuali akan diharamkan atasnya untuk masuk syurga."
Alangkah ruginya para pemimpin seperti ini.Dan alangkah malangnya umat dan rakyat yang mendapat pemimpin sepertiini. Ketika seorang pemimpin zalim berkuasa, maka yang bertanggung jawab bukan hanya para pelaku kekuasaan; raja, maharaja, presiden bahkan gubenur ,walikota dan kepala desa. Umat dan rakyat pun akan bertanggung jawab memikul beban penguasa yang zalim.
IbnuTaimiyyah dalam karyanya SiyasahSyari'iyah mengutip sebuah hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. "Barangsiapa yang mengangkat seseorang (pemimpin) untuk mengurusi perkara kaum Muslimin sementara dia mendapati ada seseorang yang lebih layak daripada orang yang diangkatnya, maka dia telah berkhianat pada Allah SWT dan Rasul-Nya."
Dalam hadis lain yang diriwayatkan dari sahabat Jabir ra,Rasulullah juga menegaskan bahwa mereka yeng memilih pemimpin dengan pamrih duniawi maka Allah tidak akan menyapa orang-orang seperti ini di akhirat nanti.
"Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak dilihat dan tidak akan disucikan, dan bagi mereka azab yang pedih. Mereka adalah; Orang yang mempunyai kelebihan air di padang pasir namun tidak mau memberikannya kepada orang yang berada di tengah perjalanan; orang yang menawarkan barang dagangan kepada orang lain setelah Ashar, lalu ia bersumpah dengan nama Allah bahwa ia telah membelinya sekian dan sekian sehingga lawannya mempercayainya, padahal sebenarnya tidaklah demikian; dan seseorang yang mengikrarkan kepatuhannya kecuali untuk kepentingan dunia (harta), bila sang pemimpin memberinya ia akan patuh dan bilatidak memberinya ia tidak akan mematuhinya. "
Jauh-jauh hari, sesungguhnya Allah telah melakukan perlindungan agar kita tidak mempunyai kecenderungan hati pad aorang-orang yang zalim. Sebab, kecenderungan itu akan mengantarkan kita padaazab yang pedih.
"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan." (QSHud [11]: 113)
Sesungguh,seorang pemimpin sejatinya adalah sebuah perisai yang melindungi rakyatnya.
Seperti sabda Rasulullah,"Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya. "(HR Muslim)
Pemimpin dan yang dipimpin adalah mata rantai yang tidak boleh dipisahkan. Pemimpin lahir dari dan terpilih oleh orang-orang yang akan dipimpin. Ketika seorang pemimpin bersalah, maka bersalah pula mereka yang memilihnya. Ketika seorang pemimpin berbuat zalim, maka mereka yang memilih juga akan menanggung akibatnya.
Sungguh bukan pekerjaan ringan untuk menjaga dan menghalang-halangi para pemimpin agar tidak berbuat zalim. Orang-orang yang dipimpin harus menjaga para pemimpin dengan cara memastikan bahawa ketua negara melakukan kewajiban-kewajiban besarnya. Kewajiban pemimpin negara adalah menegakkan keadilan, memberantas kezaliman, melaksanakan undang-undang syariat/menegakkan supremasi hukum negara dan bahkan kewajiban personal untuk tidak melakukan maksiat.
Umar bin Khattab ra lebih tegas lagi mengatakan, tugas seorang pemimpin adalah menjaga agama. "Pemimpin diangkat untuk menegakkan agama Allah," kata Umar bin Khattab.
Jika kita mampu menjaga para pemimpin yangterpilih, menjadi para pemimpin yang menegakkan agama Allah, menjaga akidah umatnya, memberantas kezaliman dan melaksanakan syariat, sungguh negeri ini ibarat potongan syurga di dunia. Apalagi Rasulullah bersabda bahawa menasihatipara pemimpin untuk taat pada Allah, adalah salah satu perilaku yang mengundangridha-Nya. "Sesungguhnya Allah redha terhadap tiga perkara dan membenc itiga perkara. Dia rela apabila kalian menyembah-Nya, berpegang tegug pada tali-Nya dan menasihati para pemimpin. Dan Allah membenci pembicaraan sia-sia,menghambur-hamburkan harta dan banyak bertanya. "
Ada beberapa perkara yang membuat pemimpin tergelincir pada perilaku zalim. Yang paling berbahaya adalah, ketika seorang pemimpin menuruti hawa nafsu dan mengejar kesenangan dunia. Kemudian, kolusidan nepotisme yang tidak sesuai dengan peraturan kebenaran. Para penasihat yangburuk dan teman yang jahil, juga mampu menggelincirkan para pemimpin. Jikaorang-orang yang lemah dan kaum kuffar dijadikan sebagai pembantu, kehancuran tinggal menunggu waktu. Rela dan mudah terpengaruh pada tekanan antar bangsa ,juga menjadi penyebab pemimpin berlaku zalim.
Tugas umat, belum lagi selesai. Setelah terpilih, para pemimpin harus terjaga. Jika tidak, kita juga yang akan merasakan azab dan akibatnya. Sebab, keadilan seorang pemimpin adalah penawar dahaga bagi umatnya dan lebih utama dari ibadah ritual yang dilakukannya."Keadilan seorang pemimpin walaupun sesaat jauh lebih baik daripada tujuh puluh tahun," demikian sabda Rasulullah. (HRThabrani)
Tapi jika yang terjadi justru sebaliknya, maka sungguh keadaan yang akan menimpa."Yang aku takuti pada umatku adalah pemimpin-pemimpin yang menyesatkan," sabdaRasulullah. (HR Dawud)
Jika pemimpin-pemimpin sesat telah memimpin, maka manusia akan berada pada penyesalan yang tiada tara seperti yang digambarkan Allah dalam firman-Nya."Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata:"Alangkah baiknya, andaikatakami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. " (QS al Ahzab [33]: 66)
Dan ketika kita sampai pada tahap itu,penyesalan paling besar pun tidak akan bermakna. Semoga kita adalah umat yang terbaik, dengan pemimpin-pemimpin yang soleh dan muslih. Bukan sebaliknya, umat yang dipimpin para penguasa yang zalim dan bathil.
Allah ta’ala telahberfirman :
إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَالنَّاسَوَيَبْغُونَ فِيالأرْضِ بِغَيْرِالْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat dhalim kepada manusia dan melampauibatas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat ‘adzab yang pedih” [QS.Asy-Syuuraa: 42].
كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَعَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَاكَانُوايَفْعَلُونَ
“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat.Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu” [QS.Al-Maaidah: 72].
Nabi shallallaahu‘alaihiwasallam telah bersabda :
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌعَنْ رَعِيَّتِهِ...
”Setiap orang di antara kalian adalah pemimpin, dan setiap orang di antara kamuakan dimintai pertanggungan jawabatas apa yang dipimpinnya...”.[1]
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَمِنَّا.
”Barang siapa yang menipu kami, maka ia bukan termasuk golongan kami”.[2]
الظُّلْمُ، ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
Kedhaliman itu merupakan kegelapan di hari kiamat”.[3]
أَيُّمَا رَاعٍ غَشَّ رَعِيَّتَهُفَهُوَ فِي النَّارِ.
”Pemimpin mana saja yang menipu rakyatnya,maka tempatnya di neraka”.[4]
مَنِ اسْتَرْعَاهُ اللهُرَعِيَّةً ثُمَّ لَمْ يُحِطْهَابِنُصْحٍإِلَّاحَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِالجَنَّةَ. متفق عليه. وفيلفظ : يَمُوتُ حِينَيَمُوتُوَهُوَغَاسِ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللهُعَلَيْهِ الْجَنَّةَ.
”Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidakmencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga” [DiriwayatkanolehAl-Bukhari dan Muslim].Dalam lafadh yang lain disebutkan : ”Ia matidimana ketika matinya itu ia dalam keadaan menipu rakyatnya, maka Allah haramkanbaginya surga”.[5]
مَا مِنْ أَمِيْرِعَشْرَةٍ إِلَّا يُؤْتَى بِهِمَغْلُولَةً يَدَهُإِلَىعُنُقِهِ، أطْلَقَهُ عَدْلُهُ أَوْ أوْبَقَهُ جَورُ
”Tidaklah ada seorang pun yang memimpin sepuluh orang, kecuali ia didatangkan dengannyapada hari kiamat dalam keadaan tangannya terbelenggu di lehernya. Entahkeadilannya akan membebaskannya ataukah justru kemaksiatannya (kedhalimannya)akan melemparkanya (ke neraka)”.[6]
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْأَمْرِ هَذِهِ أُمَّتِي شَيْئاًفَرَفَقَبِهِمْ،فَارْفُقْ بِهِ. وَمَنْ شَقَّعَلَيْهَا فَاشْفُقْ عَلَيْهِ.رواه مسلم.
”Ya Allah, siapa saja yang mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangimereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka,makasusahkanlah ia” [Diriwayatkan olehMuslim].[7]
سَيَكُونُ أُمَرَاءُ فَسَقَةٌ جَوَرَةٌ، فَمَنْ صَدَّقَهُمْبِكَذِبَهُمْ،وَأَعَانَهُمْ عَلَىظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنهُ،وَلَنْيَرِدَعَلَيَّ الْحَوْضَ.
”Akan ada nanti para pemimpin yang fasiq lagi jahat. Barangsiapa yang membenarkankedustaan mereka dan menolong kedhalimannya (atas rakyatnya), makaia bukantermasuk golonganku dan aku bukan termasuk golongannya. Ia tidak akansampaipada Al-Haudl (telaga)”.[8]
مَا مِنْ قَوْمٍيُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي هُمْأَعَزُّوَأَكثَرُمِمَّنْ يَعمَلُهُ، ثُمَّلَمْ يُغَيِّرُوا إِلَّا عَمّهُمُ اللهُبِعِقَابٍ.
”Tidaklah satu kaum yang di dalamnya dikerjakan satu perbuatan maksiat, dimana merekayang tidak mengerjakan kemaksiatan itu lebih kuat dan lebih banyak daripadayang mengerjakannya, namun mereka tidak mengubah kemaksiatan tersebut; niscayaAllah akan menimpakan hukuman adzab pada mereka semua”.[9]
وروى أبو عبيدةبن عبد الله بنمسعود، عن أبيه قال: قال رسول اللهصلى اللهعليهوسلم : وَالَّذَي نَفْسِيبِيَدِهِ لَتَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِوَلَتَنْهَوْنَعَنِ الْمُنْكَرِ، وَلَتَأْخُذَنَّعَلَى يَدِ الْمُسِيءِ،وَلَتَأْطِرُنَّهُ عَلَىالْحَقِّ أَطْراً،أَوْ لَيَضْرِبَنَّ الله بِقُلُوبِبَعْضِكُمْ عَلَىبَعْضٍ ثُمَّيَلْعَنَكُمْ كَمَالَعَنَهُمْ - يعني بني إسرائيل-عَلَى لِسَانِ دَاوُدَوَعِيسَىابْن مَرْيَمَ.
Abu ’Ubaidah bin ’Abdillah bin Mas’ud meriwayatkan dari ayahnya, ia berkata:Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam : “DemiDzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,hendaklah kalian menyuruh yang ma’ruf danmencegah yang munkar, mengambil tangan orang-orang yang bersalah dan mengembalikannyakepada kebenaran dengan sebenar-benarnya; atau Allah akan memisahkan hatisebagian kalian dengan sebagian yang lain, kemudian Allah melaknat kaliansebagaimana Allah telah melaknat mereka – yaitu Bani Israail –melalui lisanDawud dan ‘Isa bin Maryam”.[10]
Dan dariAghlab bin Tamiim : Telah menceritakankepada kami Al-Mu’allaa bin Ziyaad, dari Mu’aawiyyah bin Qurrah,dari Ma’qil binYasaar, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِيْ لَاتنَالُهُمَا شَفَاعَتِيْ : سُلْطَانٌظَلُوْمٌغَشَوْمٌ، وَغَالٍ فِي الدِّيْنِ،يَشْهَدُ عَلَيْهِمْ وَيَبْرَأُمِنْهُمْ
“Ada dua golongan dari umatku yang tidak akan disentuh olehsyafa’atku :(1)seorang pemimpin yang dhalim lagi penipu, dan (2) orang yang berlebih-lebihandalam agama (ghulluw) yang bersaksi atas (kepemimpinan) mereka namun berlepas diridari mereka”.
Hadits inilemah (dla’iif). Ibnu Maaliktelah meriwayatkan dimana ia berkata : Telah berkata Manii’ : Telahmenceritakan kepadaku Mu’aawiyyah bin Qurrah, dengan lafadh semisal. AdapunManii’ ini, tidak diketahui siapa dia sebenarnya.[11]
Telahberkata Muhammad bin Juhaadah, dari‘Athiyyah, dari AbuSa’iid Al-Khudriysecara marfuu’ :
أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًايَوْمَ الْقِيَامَةِ إِمَامٌ جَائِرٌ
“Orang yang paling pedih/keras siksanya pada hari kiamat adalah pemimpin/ imam yangdhalim”.[12]
Dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda :
أَيُّهَا النَّاسُ : مُرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَوْنَعَنِالْمُنْكَرِقَبْلَ أَنْ تَدْعُوااللهَ فَلَا يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ،وَقَبْلَأَنْتَسْتَغْفِرُوهُ فَلَا يَغْفِرُ لَكُمْ،إِنَّ الْأَمْرَبِالْمَعْرُوْفِوَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ لَايَدْفَعُ رِزْقًا وَلَايُقَرِّبُأَجَلًا، وَإِنَّالَأَحْبَارَ مِنَ الْيَهُودِ وَالرُّهْبَانَمِنَالنَّصَارَى لَمَّا تَرَكُواالْأَمْرَ بِالْمَعْرُوفِوَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِلَعَنَهُمُاللهُ عَلَىلِسَانِ أَنْبِيَائِهِمْ ثُمَّ عَمَّهُمْ بِالْبَلَاءِ
“Wahai sekalian manusia : Perintahkanlah untuk berbuat yang ma’ruf dan melarangperbuatan munkar sebelum kalian berdoa kepada Allah namun Ia tidak mengabulkannya,dan sebelum kalian meminta ampun kepada-Nya, namun Ia tidak mengampuni kalian.Sesungguhnya memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari perbuatanmunkar tidak berakibat tertahannya rizki dan mendekatkan apa yangtertahan/tertunda. Dan sesungguhnya para rahib dari kalangan Yahudi danpendetadari kalangan Nashrani ketika mereka meninggalkan perbuatan memerintahkankepada yang ma’ruf dan melarang dari perbuatan munkar,Allah melaknat merekamelalui lisan para nabi mereka, kemudian menimpakan bencana pada mereka secaramerata”.[13]
Beliau shallallaahu‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ أَحْدَثَ فِيْأَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَمِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dari urusan kami yangbukanberasaldarinya, maka ia tertolak”.[14]
مَنْ أَحْدَثَ حَدَثًاأَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِلَعْنَةُاللهِوَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ، لَا يُقْبَلُ مِنْهُصَرفًاوَلَاعَدْلًا
“Barangsiapa yang melakukan perbuatan jahat atau melindungi pelaku kejahatan,makabaginya laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.Tidak diterimadarinya amal wajib maupun amal sunnah (yang ia kerjakan)”.[15]
مَنْ لَا يَرْحَمُلَا يُرْحَمُ
“Barang siapa yang tidak menyayangi (saudaranya), maka ia tidak akan disayangi (olehAllah)”.[16]
لَا يَرْحَمُ اللهُمَنْ لا يَرْحَمُ النَّاسَ
“Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak menyayangi manusia”.[17]
مَا مِنْ أَمِيْرٍيَلِي أُمُورَ الْمُسْلِمِيْنَ لَايَجْهَدُلَهُمْوَيَنصَحُ لَهُمْ؛ إِلَّا لَمْيَدْخُلْ مَعَهُمُ الْجَنَّةَ
“Tidak ada seorang pemimpin/penguasa pun yang diserahi urusan kaum muslimin kemudiania tidak bersungguh-sungguh mengurusi mereka dan menasihati mereka,melainkan iatidak akan masuk surga bersama mereka”.[18]
مَنْ وَلَّاهُ اللهُشَيئًا مِنْ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَفَاحْتَجَبَدُونَحَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمْ احْتَجَبَ اللهُ دُونَحَاجَتِهِوَفَقْرِهِيَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa yang diserahi kepemimpinan terhadap urusan kaum muslimin namun iamenutup diri tidak mau tahu kebutuhan mereka dan kefakiran mereka, niscayaAllah tidak akan memperhatikan kebutuhannya dan kefakirannya dihari kiamat”.Diriwayatkan oleh Abu Dawud danAt-Tirmidziy.[19]
الْإِمَامُ الْعَادِلُ يُظِلُّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ
“Imam yang ‘adil akan dinaungi oleh Allah (pada hari kiamat) dibawah naungan-Nya”.[20]
الْمُقْسِطُونَ عَلَى مَنَابِرَ مِنْنُورٍ، الَّذِيْنَ يَعْدِلُونَفِيحُكْمِهِمْ وَأَهْلِيْهِمْ وَمَا وَلُوا
“Orang-orang yang ‘adil berada di mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya,dimana mereka berbuat ‘adil dalam hukum mereka, keluarga mereka, dan siapa sajayang berada di bawah kepemimpinan mereka”.[21]
شِرَارُ أَئِمَّتِكُمُالَّذِيْنَتَبْغُضُوْنَهُمْوَيُبْغِضُوْنَكُمْ،وَتَلْعَنُونَهُمْوَيَلْعَنُونَكُمْ. قالوا : يا رسولالله !أفلا ننابذهم ؟قال : لَا، مَاأَقَامُوافِيْكُمُ الصَّلَاةَ
“Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah (orang) yang kalian membencinya danmerekapun membenci kalian, kalian melaknatnya dan mereka pun melaknat kalian”.Parashahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, tidakkah kita boleh menyingkirkannya?”.Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak,selamamereka mendirikan shalatdi tengah-tengah kalian”. [22] Keduanya(yaitu hadits inidansebelumnya) diriwayatkan oleh Muslim.
إِنَّ اللهَ لَيُمْلِيلِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُلَمْيُفْلِتْهُ،ثُمَّ قَرَأَ : {وَكَذَلِكَأَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَالْقُرَىوَهِيَ ظَالِمَةٌإِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌشَدِيدٌ}. متفق عليه
“Sesungguhnya Allah benar-benar mengulur waktu bagi orang yangdhaalim hingga jikaIa mematikannya, Ia tidak akan meluputkannya”.Kemudian beliau membacaayat : “Dan begitulah azab Tuhanmu, apabilaDiamengazab penduduknegeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nyaituadalah sangat pedihlagi keras”.[23]
DiriwayatkanolehAl-Bukhariy dan Muslim.
Nabi shallallaahu‘alaihi wasallam pernah berkata kepada Mu’aadz saat beliau mengutusnyakenegeriYaman :
إِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ، وَاتَّقِ دَعْوَةَالْمَظْلُومِفَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَاللهِ حِجَابٌُ. متفق عليه
“Berhati-hatilah engkau terhadap harta-harta kesayangan mereka.Dantakutlahengkau terhadap doa orang yang terdhalimi, karena sesungguhnyatidak adasatupun penghalang antaranya dan Allah”.[24] Diriwayatkanoleh Al-BukharidanMuslim.
إِنَّ شَرَّ الرِّعَاءِالْخُطَمَةُ. متفق عليه
“Sesungguhnya seburuk-buruk penguasa adalah penguasa yang dhalim”.[25]
DiriwayatkanolehAl-Bukhari dan Muslim.
ثَلَاثٌ لَا يُكَلِّمُهُمُاللهُ....... فذكر منهم الملكالكذاب
“Ada tiga golongan yang tidaka akan diajak bicara oleh Allah…………”.Kemudianbeliaumenyebutkan di antaranya pemimpin pendusta.[26]
Allah ta’ala berfirman:
تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُنَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَعُلُوًّافِيالأرْضِ وَلا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُلِلْمُتَّقِينَ
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidakinginmenyombongkandiri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan(yangbaik) itu adalahbagi orang-orang yang bertakwa” [QS.Al-Qashshash : 83].
Nabi shallallaahu‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُوْنَ عَلَى الْإِمَارَةِ، وَسَتَكُوْنُنَدَامَةَيَوْمَالْقِيَامَةِ. رواه البخاري
“Sesungguhnya kalian akan sangat menginginkan kekuasaan (‘imarah)padahalkelakia akan menjadi penyesalan di hari kiamat”.DiriwayatkanolehAl-Bukhari.[27]
إِنَّا وَاللهِ لَانُوَلِّي هَذَا الْعَمَلَ أَحَدًاسَأَلَهُ، أَوْأَحَدًاحَرَصَ عَلَيْهِ. متفقعليه
“Sesungguhnya kami – demi Allah – tidak akan menyerahkan pekerjaan (yaitu jabatan)ini kepada orang yang memintanya atau orang yang berambisi kepadanya”.Diriwayatkanoleh Al-Bukhari dan Muslim.[28]
يَا كَعْبَ بْنِعُجْرَةََ ! أَعَاذَكَ اللهُ مِنْإِمَارَةِالسُّفَهَاء؛أُمَرَاءُ يَكُونُونَ مِنْ بَعْدِيْ وَلَايَهْتَدُونَبِهَدْيِيْ،وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِيْ. صححه الحاكم
“Wahai Ka’b bin ‘Ujrah ! Semoga Allah melindungimu darikepemimpinanorang-orangpandir. Para pemimpin yang muncul setelahku dimanamereka tidakmengambilpetunjuk dengan petunjukku dan mengambil sunnah dengansunnahku”.Dishahihkanoleh Al-Haakim.[29]
ثَلَاثٌُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ لَا شَكَّ فِيْهِنَّ:دَعوَةُالْمَظْلُومِ، وَدَعوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَىوَلَدِهِ -سندهقوي
“Ada tiga doa mustajab yang tidak ada keraguan padanya : doaorangyangteraniaya, doa orang yang sedang bepergian (musafir), dan doa orangtuakepadaanaknya”.[30] Sanadnya kuat.
[selesai–dikutip oleh Abu Al-Jauzaa’ dari kitab Al-Kabaair olehAdz-Dzahabiy,hal. 37-44, tahqiq & takhrij :‘Abdurrazzaaq Al-Mahdiy;Daarul-KitaabAl-‘Arabiy, Cet. Thn. 1425 H]
[1] Perkataantersebutmerupakan penggalan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari(no. 2554,5188,dan 5200), Muslim (no. 1829), Abu Dawud (no. 2928), At-Tirmidzi(no.1705),Ahmad (2/5, 2/54-55, dan 2/111), dan Ibnu Hibban (no. 4489); yangsemuanyamerupakanhadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma.
[2] Shahih.Diriwayatkan olehAhmad (2/242 dan 417), Muslim (no. 101), AbuDawud (no. 3455),At-Tirmidzi (no.1315), Ibnu Majah (no. 2224), Abu ‘Awaanah(1/57), Ath-Thahawidalam Musykilul-Aatsaar (2/139),Ibnul-Jarud dalam Al-Muntaqaa (no.564), Al-Haakim (2/8-9),dan Al-Baihaqi (5/325); yang semuanyamerupakan haditsdari Abu Hurairah radliyallaahu‘anhu. Dalam bab ini,terdapat banyakhadits yang dibawakan oleh sejumlahshahabat. Silakan lihat takhrij haditsiniselengkapnyadalam Al-Ihsaan fii Taqriibi Shahih IbniHibbaan (no.567)dengan tahqiq : Asy-Syaikh Syu’aibAl-Arna’uth.
[3] Shahih.Diriwayatkan olehAl-Bukhari (no. 2447), Muslim (no. 2579),Ahmad (2/92, 106,136, 137, 156, dan159), dan At-Tirmidzi (no. 2030); darihadits ‘Abdullah bin‘Umar radliyallaahu‘anhuma.
[4] Shahih.Diriwayatkan denganlafadh ini oleh Ahmad (5/25), dan yangsemisal dengannya olehAth-Thabarani dalam Al-Kabiir (20/506,513, 514, 515, 516, 517,518, 519, 524, 533, dan 534);dari hadits Ma’qil binYasaar, dimana asal haditstersebut dalam Ash-Shahihain.
[5] Shahih.Diriwayatkan olehAl-Bukhari (no. 7150-7151), Muslim (no. 142),Ad-Daarimiy(2/324), Al-Baghawidalam Al-Ja’diyaat (no. 3261),Ath-Thayaalisiy (no. 928-929),Ahmad (5/25, 27),Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir (2/449,455,456, 457, 458, 459, 469, 472, 473, 476, dan 478),Ibnu Hibban (no.4495),Al-Baihaqi (9/41), dan Al-Baghawi dalam Syarhus-Sunnah (no.4278);semuanya dari hadits Ma’qilbin Yasaarradliyallaahu ‘anhu.
[6] Shahihbi-syawaahidihi.Diriwayatkan oleh Al-Bazzaarsebagaimana dalam Kasyful-Astaar (1640)danAth-Thabarani dalam Al-Ausath sebagaimana dalam Al-Majma’(5/205),darihaditsAbu Hurairah radliyalaahu ‘anhu. Al-Haitsamiberkata:“Paraperawi dalam riwayat pertama oleh Al-Bazzaar adalah paraperawi Ash-Shahiih”.Hal senada dikatakan juga oleh Al-Mundziridalam At-Targhiib wat-Tarhiib (3/112).Dikeluarkanjuga darijalan yang lain : Ahmad (2/431) dari hadits Abu Hurairahradliyallaahu‘anhu;Al-Haitsamiberkata dalam Al-Majma’ (4/192-193) :“Diriwayatkan oleh Ahmad,para perawinya adalah paraperawi Ash-Shaihiih”.Dikeluarkan jugaoleh Ahmad (5/285),Al-Bazzaar, dan Ath-Thabarani sebagaimanadalam Al-Majma’ (5/205);Al-Haitsami berkata : “Di dalamsanadnya terdapat perawiyang tidak disebutkannamanya, adapun yang sanad yanglain dari Ahmad,perawinya adalah para perawiAsh-Shahiih”.Hadits tersebutmempunyai syaahid dari hadits Ibnu ‘Abbas radliyallaahu‘anhuma yangdiriwayatkanoleh Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir dan Al-Ausathsebagaimana terdapatdalam Al-Majma’ (5/206). Al-Haitsamiberkata :“Paraperawinya adalah tsiqah”. Ia juga mempunyai syaahid yanglaindari hadits Abu Umamah radliyallaahu ‘anhu yangdikeluarkanoleh Ahmad (5/267) dan Ath-Thabarani sebagaimanaterdapatdalam Al-Majma’ (5/205).Al-Haitsami berkata : “Dalam sanadnyaterdapat Yaziid bin AbiMaalik, ia di-tsiqah-kanoleh IbnuHibban dan yang lainnya. Danyang selainnya adalah para perawi tsiqah”.Dalam bab ini terdapathadits yang sangat banyak.
[7] Shahih.Diriwayatkan olehMuslim (no. 1828), Ahmad (6/62, 93, 257, dan260), Ibnu Hibban(no. 553),Al-Baihaqi dalam As-Sunan (9/43), dan Al-Baghawidalam Syarhus-Sunnah (no.2471); semuanya dari hadits‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa.
[8] Shahih.Diriwayatkan olehAt-Tirmidzi (no. 2259), An-Nasa’iy (7/160),Ahmad (4/243),Ath-Thayalisi (no.1064), Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir (19/212,296, 297, 298),Ibnu Hibban(no. 279), Al-Haakim (1/79), dan Al-Baihaqidalam As-Sunan(8/165);semuanyadari hadits Ka’b bin ‘Ujrah radliyallaahu‘anhu.At-Tirmidzi berkata: “Hadits shahih”. Hadits ini dishahihkan olehAl-Hakim dandisepakati olehAdz-Dzahabi. Ia mempunyai syaahid dengansanadshahih sesuai syarat Muslim dari hadits Jaabir bin‘Abdillah yangdikeluarkanoleh ‘Abdurrazzaq (no. 20719), Ahmad (3/321),Al-Haakim (4/422), danIbnu Hibban(no. 1723).
[9] Shahih dengandua jalandan syahid-nya. Diriwayatkan oleh Ahmad (4/364, 366),AbuDawud (no.4339), Ibnu Majah (no. 4009), Ath-Thabarani (no. 2380-2385),IbnuHibban (no.300), dan Al-Baihaqi dalam As-Sunan (10/91);semuanya darijalan Abu Ishaq, dari ’Ubaidullah bin Jariir, dariayahnya : Jariirbin’Abdillah Al-Bajaliy. Sanad hadits ini adalah dla’if,’Ubaidullahadalah perawi berstatus majhul al-haal. Namun ia diikutiolehMundzir binJarir (mutaba’ah) sebagaimana dibawakanolehAhmad (4/361,363), Ath-Thabarani (no. 2379). Hadits ini mempunyai syahiddarihadits AbuBakr Ash-Shiddiq sebagaimana dibawakan oleh Al-Humaidiy (no.3),Ahmad (1/2, 5,7), Abu Dawud (no. 4338), At-Tirmidzi (no. 2168 dan 3057),IbnuMajah (no.4005), dan Ibnu Hibban (no. 304); hadits ini shahihsesuaisyarat Asy-Syaikhain.
[10] Diriwayatkan olehAbu Dawud(no.4336-4337), At-Tirmidzi (no. 3050-3051), Ibnu Majah (no. 4006),Ahmad(1/391),Ath-Thabari (6/318-319), dan Abu Ya’la (no. 5035); semuanyadarihadits’Abdullah bin Mas’ud radliyallaahu ’anhu dengansanadmunqathi’ (terputus).Abu ’Ubaidah tidak mendengarhadits dariayahnya. Dan yangraajih, sanadriwayat tersebut adalah mauquf.
[11] Hasanbi-thariiqaihi wa syaahidihi.Diriwayatkan olehIbnu Abi ‘Aashim dalam As-Sunnah (no.35) danAth-Thabaraniy dalam Al-Kabiir (20/495), keduanya darihaditsMa’qil bin Yasaar. Dalam sanadnyaterdapat Al-Aghlab bin Tamiim. Al-Bukhaariyberkata: “Munkarul-hadiits”.Ibnu Ma’iin berkata : “Tidak ada apa-apanya(laisabi-syai’)”. Ia(Al-Aghlab) mempunyai mutaba’ah dariManii’sebagaimana disebutkan olehMushannif (Adz-Dzahabiy)dariIbnul-Mubaarak. Dan status manii’ ini adalah majhuul.Haditsini mempunyai syaahid dari hadits Abu Umaamah yangdiriwayatkanoleh Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir dan Al-Ausath sebagaimanaterdapatdalam Al-Majma’(5/235). Al-Haitsamiyberkata : “Paraperawidalam Al-Kabiir adalah tsiqaat”.
[12] Dla’iif.Diriwayatkan oleh Ahmad(3/22 & 55), At-Tirmidziy (no.1329), Abu Ya’laa (no.1003 & 1081),Ath-Thabaraniy dalam Al-Ausath dan Al-Kabiir sebagaimanadinyatakandalam Al-Majma’ (5/236),serta Al-Baihaqiy dalam As-Sunan (10/88);semuanya dari haditsAbu Sa’iid Al-Khudriy. At-Tirmidziyberkata : “Hadits AbuSa’iid adalahhadits hasan ghariib, kami tidakmengetahuinya kecualidari jalanini”. Aku berkata : “Dalam sanadnya terdapat‘Athiyyah Al-‘Aufiy, iaseorang yanglemah,matruukul-hadiits”. Adapunyang shahih daribeliau shallallaahu‘alaihi wa sallamadalah dengan lafadh:
أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًايَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ
“Orang yang paling pedih/keras siksanya pada hari kiamat adalahparaperupa(penggambar dan pematung)”.
[13] Dla’iif.Diriwayatkan oleh AbuNu;aim (8/287) dan Al-Ashbahaaniy dalam At-Targhiibwat-Tarhiib (no.299) dari haditsIbnu ‘Umar; dan dalam sanadnyaterdapat Ibraahiim bin‘Abdirrahiim dan Ishaaqbin Ibraahiim Ar-Raaziy yang akutidak mendapatkanketerangan biografinya.
[14] Shahiih.Diriwayatkan olehAl-Bukhari dalam Ash-Shahiih (no. 2697) dandalamKhalquAf’aalil-‘Ibaad (hal. 43), Muslim (no. 1718), Abu Dawud(no. 4606),Ibnu Maajah(no. 14), Ahmad (6/73 & 240 & 270),Ath-Thayaalisiy (no.1422), Abu‘Awaanah (4/18-19), Ad-Daaruquthniy (4/224 &225 & 227), AbuYa’laa(no. 4594), Ibnu Abi ‘Aashim dalam As-Sunnah (no.52-53),Ibnu Hibbaan (no. 26-27), Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah (no.103),Al-Baihaqiydalam As-Sunan (10/119), serta Al-Qadlaa’iydalamMusnadAsy-Syihaab (no. 359-361); semuanya dari hadits‘Aaisyah.
[15] Shahiih. Diriwayatkanoleh Al-Bukhariy (no. 1870 & 3179), Muslim (no.1370), AbuDawud (no. 2034),At-Tirmidziy (no. 2128), An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraa (no.4278),Ahmad(no. 615 & 1037), Ibnu Abi Syaibah (14/189), dan Abu Ya’laa(no.263);semuanya dari hadits ‘Aliy bin Abi Thaalib sewaktu mengkhabarkanlembaran (shahiifah)daribeliau shallallaahu ‘alaihi wasallam yang masyhur.
[16] Shahiih.Diriwayatkan olehAl-Bukhariy dalam Ash-Shahiih (no. 5997) dandalam Al-Adabul-Mufrad (no.91), Muslim (no.2318), Abu Dawud(no. 2518), At-Tirmidziy (no. 1911), IbnuHibbaan (no. 457),serta Al-Baghawiydalam Syarhus-Sunnah (no.3446); semuanya dari hadits AbuHurairah.
[17] Shahiih.Diriwayatkan olehAl-Bukhariy (no. 6013 & 7376), Muslim (no.2319),At-Tirmidziy (no. 1923),Ibnu Abi Syaibah (8/528), Al-Humaidiy (no.802-803),Ath-Thayaalisiy (no. 661),Ahmad (4/361-362), Ibnu Hibbaan (no. 465),danAl-Baihaqiy (8/161); semuanyadari hadits Jariir bin ‘Abdillah.
[18] Lihatcatatan kaki no. 4.
[19] Hasan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud(no. 2948), At-Tirmidziy (no. 1333),serta Al-Haakim(3/99) dan ia menshahihkannya yang kemudian disepakati olehAdz-Dzahabiy;semuanya dari haditsAbu Maryam ‘Amr bin Murrah Al-Juhhaniy.
[20] Maknakalimat ini diambildari hadits yangmasyhur :
سبعة يظلهم اللهفي ظله يوم لاظل إلا ظله إمامعادل..........إلخ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawahnaungan-Nya padaharidimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya : Imam yang‘adil…….”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 660 &1423 & 6479 &6806), Muslim (no. 1031),At-Tirmidziy (setelah hadits no.2391), An-Nasa’iy(8/222-223), Ahmad (2/439),Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya(no. 358), IbnuHibbaan (no. 4486),dan Al-Baihaqiy (4/190 & 8/162); semuanya dari haditsAbu Hurairah.
[21] Shahiih.Diriwayatkan oleh Ahmad(2/160), Muslim (no. 1827), danAn-Nasaa’iy (8/221);semuanya dari hadits‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Aash. Danlafadh hadits secarasempurna adalahsebagai berikut :
إن المقسطين عندالله على منابر مننور عن يمين الرحمنوكلتا يديهيمين، الذينيعدلون فيحكمهم وأهليهم وما وَلُوا
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat ‘adil di sisi Allah beradadimimbar-mimbaryang terbuat dari cahaya yang berada di sebelah kananAr-Rahmaan(Allah); dankedua tangan-Nya adalah kanan. Mereka adalah orang yangberbuat‘adil dalam hukummereka, keluarga mereka, dan orang-orang yang beradadi bawahkepemimpinanmereka”.
[22] Shahiih.Diriwayatkan oleh Ahmad(6/24 & 28), Muslim (no. 1855),Ad-Daarimiy (2/324),Ibnu Abi ‘Aashimdalam As-Sunnah (no. 1071-1072), Ibnu Hibbaan(no. 4589), danAl-Baihaqiy dalam As-Sunan (8/158);semuanyadari hadits ‘Aufbin Maalik Al-Asyja’iy.
[23] Shaiih.Diriwayatkan olehAl-Bukhari (no. 4686), Muslim (no. 2583),At-Tirmidziy (no.3110), Ibnu Maajah(no. 4018), Ath-Thabariy (no. 18559), IbnuHibbaan (no. 5175),Al-Baihaqiydalam As-Sunan (6/94), Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah (4162)dandalam Ma’aalimut-Tanziil (2/401); semuanya dari haditsAbuMuusaa Al-Asy’ariy.
[24] Shahiih.Diriwayatkan olehAl-Bukhari (no. 1395 & 1458 & 1496& 2448 &2347 & 7371& 7372), Muslim (no. 19), Abu Dawud (no.1583), At-Tirmidziy(no. 625),An-Nasaa’iy (no. 5/55), dan Ahmad (1/233);semuanya dari haditsMu’aadz binJabal. Sabda beliau : “harta-harta kesayangan mereka” ;maksudnya adalah :yang paling disayang/dicintai dan paling utama.
[25] Shahiih.Diriwayatkan oleh Muslim(no. 1830), Ahmad (5/64),Ath-Thabaraniy dalamAl-Kabiir (18/26),IbnuHibbaan(no. 4511), dan Al-Baihaqiy dalam As-Sunan (8/161);semuanyadari hadits ‘Aaidz bin ‘Amr.
[26] Shahiih.Diriwayatkan oleh Muslim(no. 107), Ahmad (2/433), An-Nasa’iy(5/86), IbnuHibbaan (no. 4413),Al-Baihaqiy dalam As-Sunan (8/161),danAl-Baghawiy dalamSyarhus-Sunnah (no.3591); semuanyadari haditsAbu Hurairah.
[27] Shahiih.Diriwayatkanoleh Al-Bukhari (no. 7184), Ahmad (2/448 &476), An-Nasaa’iy(7/162), IbnuHibbaan (no. 4482), Al-Baihaqiy (3/129 &10/95), danAl-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah (no.2465); semuanya darihadits Abu Hurairah.
[28] Shahiih.Diriwayatkanoleh Al-Bukhariy (no. 2261 & 3038 & 4341& 4343 &4344 & 6124& 6923 & 7149 & 7156 & 7157& 7172), Muslim(no. 1733), AbuDawud (no. 2930), An-Nasaa’iy (8/224), IbnuHibbaan (no. 4481),Al-Baihaqiy(10/100), dan Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah (no.2466);semuanyadari hadits Abu Muusaa Al-Asy’ariy.
[29] Shahiih.Diriwayatkanoleh At-Tirmidziy (no. 2259), An-Nasaa’iy (7/165),Ahmad (4/243),Ath-Thayaalisiy(no. 1064), Ath-Thabaraniy dalam Al-Kabiir (19/212& 296&297 & 298), Ibnu Hibbaan (no. 279), Al-Haakim (1/79),danAl-Baihaqiydalam As-Sunan (8/165); semuanyadari haditsKa’bbin ‘Ujrah. At-Tirmidziy berkata : “Hadits shahih”.Dishahihkan olehAl-Haakimdan disepakati oleh Adz-Dzahabiy. Ia mempunyai syaahid dengan sanadshahih atas syarat Muslimdari hadits Jaabir bin ‘Abdillah yang diriwayatkan oleh‘Abdurrazzaaq (no.20719), Ahmad (3/321), Al-Haakim (4/422),dan Ibnu Hibbaan(no. 1723).
[30] Hasan.Diriwayatkanoleh Al-Bukhariy dalam Al-Adabul-Mufrad (no. 32& 481),Abudawud (no. 1536), At-Tirmidziy (no. 1905 & 3448), IbnuMaajah (no.3862),Ath-Thayaalisiy (no. 2517), Ahmad (2/258) & 348 & 478& 517&523), Al-Qadlaa’iy dalammusnad Asy-Syihaab (no.306), Ibnu Hibbaan(no. 2699), dan Al-Baghawiy dalamSyarhus-Sunnah (no.1394); daribeberapa jalan, dari Yahyaa bin Abi Katsiir, dariAbu Ja’far, dariAbu Hurairah.Para perawi dalam sanadnya tsiqaat, kecuali padanyaterdapatketerputusan. Jika Abu Ja’far di sini adalah Muhammad bin ‘Aliy sebagaiman adikatakan Ibnu Hibbaan dalam ats-Tsiqaat, maka ia tidakpernahbertemu dengan Abu Hurairah. Namunjika ia selain Muhammad bin ‘Aliy,makastatusnya majhuul. Hadits ini mempunyai syaahid yang diriwayatkan oleh Ahmad (4/154) dari jalan Zaid bin Salaam,dari ‘Abdullah binZaid bin Azraq,dari ‘Uqbah bin ‘Aamir Al-Juhhaniy, iaberkata :
ثلاث مستجاب لهمدعوتهم المسافر والوالد والمظلوم
“Ada tiga golongan orang yang doanya mustajab : Orang yangsedangbepergian(musafir), orang tua, dan orang yang teraniaya”.
Paraperawinya tsiqaat selainIbnul-Azraq, ia seorang yang majhuulhaal. Namun ia baikmenjadi syaahid bagihadits sebelumnya
No comments:
Post a Comment