001.13.517
TEMBANG "LIR ILIR" - Di Posting : Dany Irjayanto
13.517 "PUISI, MUTIARA KATA DAN LAGU-LAGU/TEMBANG ISLAMI"
Lir-ilir, Lir Ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Cah Angon, Cah Angon
Penekno Blimbing Kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo Mbasuh Dodotiro
Dodotiro Dodotiro
Kumitir Bedah ing pinggir
Dondomono, Jlumatono
Kanggo Sebo Mengko sore
Mumpung Padhang Rembulane
Mumpung Jembar Kalangane
Yo surako surak Iyo !!!.
Tembang diatas pasti sudah akrab ditelinga kita
apalagi bagi orang-orang jawa yang notabene berada
dalam wilayah penyebaran agama Wali Songo
tidak sedikit orang yang mencoba untuk menguraikan
makna tembang diatas baik dalam konteks hubungannya
dengan sejarah, syariat Islam bahkan Hakikat yang
terkandung di dalamnya.
pada tulisan singkat ini Khaylif mencoba untuk sedikit
menguraikan makna dari tembang tersebut, jika ada
kekurangan atau kesalahan adalah karena keterbatasan
Khaylif dalam pemahaman semoga Alloh memaafkan dan
jika ada kebaikannya hal itu semata-mata datang dari
Alloh SWT.
Makna tembang tersebut menurut Khaylif :
1. Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)
Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)
Makna: Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun
dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih
mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh
dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan
Tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau.
Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan
tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk
menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan
mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin
baru.
2 Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)
Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau
panjat)
Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)
Makna: Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh,
kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu
HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari
dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya?
Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing yang
notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah
belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi
meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap
memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat
tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam
apapun halangan dan resikonya.
Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci
pakaian kita yaitu pakaian taqwa.
3. Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian
samping)
Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)
Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)
Makna: Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti
terkoyak dan berlubang di sana sini, untuk itu kita
diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya
agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap
kehadirat Alloh SWT.
4. Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan
bersinar terang)
Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu
luang)
Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)
Makna: Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas (no 1-3)
ketika kita masih sehat (dialambangkan dengan terangnya
bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan
jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!
Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar
tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas
mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang
karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan
dalam bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin,
seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum
kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya.
Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah
mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu
ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia),
Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie
Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues
(Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam
musik Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.
Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita
coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang
artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah
(karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan
sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang
perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan?
hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita
yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan
lupa disini ada unsur angin, berarti cara
menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak
menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir.
Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo
temanten anyar. Bait ini mengandung makna kalau sudah
berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat
menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini
artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi
kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-
Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian
maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke
agama Islam, namun taraf penyerapan dan
implementasinya masih level pemula, layaknya penganten
baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa
kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden”
atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah
angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa
makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan”
makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa
“Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna
hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing
itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan
dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun
Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa
“Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja
tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak
masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam
melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun
dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan,
tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang
dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang
harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian
taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita
singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga
menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah
pakaian taqwa“.
dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan
dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan
akan menemui Sang Maha Pencipta untuk
mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka
benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu
selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar
kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut
Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah
masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di
depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak
sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda
kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru
kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada
kamu (Al-Anfal :25)
* Diambil dari berbagai sumber. Mohon dikoreksi jika ada
kesalahan, karena saya juga manusia yang tak pernah
lepas dari salah dan dosa.
No comments:
Post a Comment