Tuesday, January 28, 2014

09.002.117 - KULIAH WAHIDIYAH OLEH KYAI  RAHMAT SUKIR SAAT PELAKSANAAN MUJAHADAH KUBRO 2012

09. 117 "TAUSIYYAH/KULIAH/FATWA AMANAT DAN DO'A RESTU"

Bismillahhirrohmanirrohim

Assalamualaikum WR.WB
Para Alim-Ulama, Pejabat TNI-POLRI-maupun Sipil, Bapak-Ibu, Anak-anak, Bapak/Ibu Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Pon.Pes Kedunglo Almunadhoroh yang saya hormati dan Penata acara yang kami ta’ati.

Untuk menyingkat waktu, dalam hal sanjungan hamdalah, Sholawat dan salam, salam ikroman wa takdiman kepangkuan Rosululloh SAW dan Ghotzu HZ RA kami makmum yang terdahulu.

Hadirin-hadirot yang kami hormati, di dalam Al-Quran terdapat peringatan dari Allah yg harus kita benar-benar perhatikan, yaitu tentang dosa syirik, Allah sangat benci, namun kita terkadang menganggap sepele, sehingga kita tidak ingin membersihkan hati kita, kita tidak pernah punya rasa malu apalagi takut. Firman Allah “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu jijik/muak, Allah memandang kita jijik/muak ketika kita syirik” karena muak/jijiknya dalam ayat lain Allah berfirman “Memberitahukan tidak akan memberikan ampunan kepada dosa Syirik” bahkan syirik itulah ukuran sesat tidaknya sebuah paham. Ini kita sering menyatakan sesat dan tidaknya kepada pahan bukan di tinjau dari syirik, kadang2 menurut selera kita menyatakan sesat kepda orang lain.

Memperjuangkan syirik itu sangat sukar, karena Rosululoh bersabda: Hadist riwayat Imam Hambali dan Imam Ahmad “Kebanyakan munafiknya umatku orang yang ahli baca kitab, kebanyakan munafiknya umatku orang yang ahli dalam kajian ilmiah” mungkin Islam mulogi/orang yang mengkaji Islam tapi tidak mengamalkannya. Oleh karena itu Para Al-Ghouts menyusun sebuah sistem/metode/ kurikulum yang berjenjang yang terkenal dengan nama THOREQOH yang tujuannya untuk membebaskan manusia dari belenggu syirik. Karena menghilangkan syirik tidak bisa hanya baca kitab, ilmu, kajian ilmiah kecuali hidayah Allah. Juga dalam hadits lain juga riwayat Imam Ahmad Rosululloh SAW bersabda “Wahai umatku takutlah kamu terjerumus kepada kemusyrikan, sesungguhnya kemusyrikan itu sangat-sangat sungguh samar dari pada semut hitam di atas batu hitam ditengah malam yang kelam” maka kata Rosul banyak orang alim terjerumus dalam kemusyrikan yang tidak disadarinya, karena syirik bukan wilayah ilmu melainkan wilayah hidayah Allah. Ini beda kajian para Ghouts dan ulama FUQOHA. Kalau ulama Fuqoha memandang iman adalah islam mulogi/bagian dari ilmu, kalau Para Ghouts dan Wali Allah iman bagian dari hidayah Allah SWT berdasarkan hadits tersebut, karena syirik lebih sukar/samar memahaminya. Apalagi kita orang awam tidak mungkin paham syirik bahkan bisa mengalami pembelokan arti, syirik di anggap Tauhid-Tauhid di anggap syirik.

Hadirin-Hadirod yang kami hormai, untuk memahami syirik dari segi ilmiyah semua para Wali Alloh dan Al-Ghouts menentukan: Orang bisa lepas dari syirik syaratnya menghayati-memahami rasa zaukiyah tiga asma Allah sebagaimana yang digambarkan mbah Yahi QS wa RA Mualif Sholawat Wahidiyah:

1. Ahad (Ahadiyah: memaha esakan Allah) 2. Wahid (Wahidiyah: memaha satukan Allah) 3. Somad (somadiyah= Tempat bergantung) Kitab-kitab Ghousiah semua mengajak memahami ini, tanpa memahami tiga asma ini orang bisa mengalami pembelokan arti, syirik di anggap Tauhid-Tauhid di anggap syirik.

Hadirin-Hadirod pemirsa Dhoho TV dan Radio Streaming di manapun berada dalam negri maupun di seluruh dunia Hongkong- Mancau- Arab saudi- Brunai- Malaysia- Taiwan- Amerika dlsb yang kami hormati. Perjuangan Al-Ghous tidak lepas untuk mengajak umat memahami tiga Asmaul husna tersebut. Syaik Juned Al-Bagdadi di dalam Fatwanya juga mengupas ketiga Asma ini. Maka WAHIDIYAH bukan aliran/ faham baru. Maaf jika ada kawan yang mengatakan wahidiyah adalah aliran baru dari Kedunglo mungkin belum sempat terbaca kitapnya para Al-Ghouts terdahulu. Ini akhir jaman kebenaran di anggap sesat- kesesatan diperjuangkan. Al-Ghoust Syaik Juned Al-Bagdadi 293 H kawannya Imam Abdul Hasan al-ashari Penggagas Ahlussunah Wal Jamaah, mempunyai murid Syeh Hibas Al-Hizab 465 H gurunya Al-Ghouts Imam Al-Ghozali RA tertulis dalam Risalatulqusairiyah membahas ketiga sifat ini (Ahadiyah-Wahidiyah-Somadyiah) didalam bab muqodimah. Di ulang kembali Fatwa Syaik Juned bab Ahadiyah-Wahidiyah-Somadiyah dalam bab Aqoidatulqouniyah. Jika ada yang mengatakan WAHIDIYAH itu sesat yang mengatakan bukan para Wali-wali dan Al-Ghouts, karena menurut Imam Al-Ghozali dalam kitabnya Al-Magnunbeh membahas membahas Wahidiyah itu lawan kata dari syirik, jika berwahidiyah berarti hatinya bebas dari syirik, jika hatinya syirik berarti tidak berwahidiyah, itu kata Imam Ghozali. Dan menurut Syeh Syahroni sebagai kepala fiqih di Chairo yang bermadzab Imam Syafi’i mengatakan WAHIDIYAH itu bukan aliran/faham melainkan fakta kehidupan/ fakta alam semesta. Maka Mbah Yai RA berfatwa Kuliah Wahidiyah bisa diartikan kuliah ceramah bisa diartikan kuliah alam semesta.

Syeh Sahroni seorang intelek yang hafal 4000an hadis beserta sanadnya mimpi ketemu Beliau Rosululloh supaya berguru kepada Al-Ghouts yang buta huruf Syeh Ali Al-Qo’as QS wa RA. Memang untuk mengetahui Al-Ghauts tidak ada jalan lain selain Rukyahsholihah. Terkadang di wahidiyah dikit-dikit cerita mimpi malah diketawakan. Di zaman Rosululloh diterima umat, karena para sahabat memiliki pengalaman rohani, sahabat Mu’ad bin Jabal itu juga dalam kitapnya Dhlailimubuah mengupas Rukiyahsholiyah mengupas pengalaman rohani sampai dua JUZ.

Dulu Pak Ojin ketika Mbah Yahi Wafat sebelum di makamkan, ketika naik pesawat di tepi cendela ada rombongan burung yang dekat dengan pesawatnya. “Burung itu bergema selamat datang Ghoutsu Hazaz saman” dalam hati Pak Ojin bingung siapa Ghoutsu hazaz zaman padahal Mbah Yahi telah meninggal. Ternyata burung-burung itu menghadap Beliau Romo Yahi RA. Islam dan iman adalah diamalkan, bukan ilmu/mullogi/dikaji, maka banyak prakteknya banyak lulusan Sarjana Agama tapi prakteknya menyimpang.
Dalam kitap-kitap Ahlusunah wal Jama’ah yang menentukan sesat dan tidaknya suatu faham berdasar kepada tiga asma tersebut 1. Ahad (Ahadiyah: memaha esakan Allah) 2. Wahid (Wahidiyah: memaha satukan Allah) 3. Somad (somadiyah= Tempat bergantung). Dalam tataran wahidiyah makluk tidak mempunyai kekuatan, tidak bisa apa-apa. Seperti air tidak bisa menghilangkan haus kecuali mendapat sinarnya wahidnya Allah. Dalam Thorekot Mbah Yahi RA namanya BILLAH (hati menyadari bahwa segala sesuatu, termasuk gerak-gerik dirinya lahir batin seperti : melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan ,berfikir dan sebagainya semua adalah Alloh SWT , yang menciptakan dan yang mengerakan. Jadi semuanya Billah LAHAULA WALA QUATA ILA BILLAH). Banyak kitap-kitap tasawuf yang membahas wahidiyah, Alhamdulllah kalau sholawat pasti diterima Allah dan sampai. Sholawat wahidiyah yang berarti untuk mencapai iman yang bersih dari syirik, tapi naudzubilah malah ada yang bilang sesat, oh Akhir zaman: yang benar dikatakan sesat, Sesat dikatakan benar wahai Rosululloh.

Hadirin-Hadirod pemirsa Dhoho TV dan Radio Streaming, ada orang yang tidak mau bertawasul katanya di anggap syirik, ini pemikiran kebalik atau kacau. Seperti mau ke Kediri tapi tidak mau naik Bis, ya nggak nyampe-yampe. Seperti kalian sakit tapi tidak mau berobat atau minta tolong ya kacau namanya. Dalam kitap Jamiaul Usul kitapnya An Nahdiyah yang merupakan panduan semua Thoreqoh khususnya di Indonesia menerangkan tataran wahidiyah itu puncaknya Ma’rifat dan sandaran seluruh mak’rifat. Maka WAHIDIYAH bukan faham atau Aliran Baru. Alghouts itu banyak, seperti dalam Thoreqot Samaniah ada seorang yang bermimpi ketemu Rosululloh di beritahu yang punya adalah Al-ghouuts. Aghouts almarhum ganti, kalau ada orang yang mengatakan ghoust hanya Syeh Abdul Qodir Jaelani mungkin ada kitab yang terlewatkan dibaca. Seperti contoh: Syeh Abdul Qodir Jaelanai itu muridnya Al-Ghouts Sultonun Aulia Syeh Abu Yakub Yusuf Al-hamadani (552 H). Setelah Syeh Abdul Qodir Jaelanai wafat Al-Ghouts di ganti Putranya Syeh Abdul Rozak.

Kembali dalam membahas Wahidiyah pasti membahas kebesaran Rosululloh, kita memandang kebesaran Alloh dan KeagunganNya dibalik Rosululloh, kita memandang kebesaran dan Keagungan Alloh di balik Al-Ghoutsu. Ibarat kita ini mengkultuskan uang 100.000 yang kita kultuskan bukan kertasnya melainkan stempelnya, kita menghormat Rosululloh bukan menghormat pribadi Rosululloh melainkan Nur Nubuwahnya Allah/ Nur Ilahiyah Allah/ stempelnya Allah, malaikat sujud kepada Nabi Adam yang di sujudi bukan Nabi Adam melainkan Nur Ilahiyah Allah. Diterangkan Syeh Abdul Qodir Jaelanai dalam kitabnya tafsirnya: Secara hakiki yang di sujudi para malaikat adalah Allah, juga diterangkan Rosululloh itu sebagai Pintu memancarnya iman dan ma’rifat kepada Allah, pintu hidayah dari Allah. Ini itifak para Ghouts dan para wali. Juga diterangkan Syeh Abdul Qodir Jaelanai Segala perkara kita, segala ibadah kita, segala wirid kita merasalah di tunggui Rosululloh.

Hadirin-Hadirod, oleh karena itu banyak kitab-kitab yang menerangkan kalau Al-Ghoutsu almarhum ganti-almarhum ganti, Syeh Abdul Qodir Jaelanai menggantikan gurunya yang telah wafat, Syeh Abdul Qodir Jaelanai wafat digantikan Putranya. Juga imam Naksabandi menggantikan gurunya (Syeh Amir Qulal), Syeh Amir Qulal menggantikan Ghouts sebelumnya Syeh Baba Asamasi. Tidak ada Al-Ghouts dari alam kubur, lihat kitab Syahwatul Hag. Seluruh ghoutsu wujud jasmani dan rohani, jika ada kawan pengamal wahidiyah yang masih menganggap Ghoutsnya masih mbah Yahi RA... la ini nggak punya dasar, hanya tafsir imajinasi, atau tafsir politik. Ini adalah itifak para wali “Barang siapa yang menempuh ma’rifat tanpa guru rohani maka syaiton sebagai pembimbingnya yang tidak kita sadari” memahami Allah tanpa mursyid maka syaiton menggelincirkannya. Maka Mbah yahi memberi wirid YAA SAYIDII YA AYUHAL GHOUTSU.

Alghouts bisa membimbing murinnya dari jarak jauh, ini hadis Riwayat Abu Ya’la & Tabrani & dalam kitab Jamiil Shohir juga dalam kitab Imam Nawawi. “Wahai umatku jikalau engkau tersesat di suatu jalan atau iman, jika di situ tidak ada yang menolong dan kamu membutuhkan pertolongan dan disitu tidak ada yang mampu menolong maka panggillah wali Allah/Ghouts itu, beliau akan hadir” oleh karena itu para pengamal dimanapun berada sering bertawasul kepada beliau Romo untuk minta Do’anya/dido’akan.
Mengenai salab jalab kalau kita tafsiri secara sentimen ya sesat, tapi kalau kita renungi di setiap daerah yang ada kyainya, pondok pasti iman masyarakat akan meningkat, tapi di suatu daerah kalau tidak ada kyainya dan pondok ya iman masyarakat melorot. Begitu juga orang tua kalau sudah marah kepada anaknya bisa mendoakan jelek kepada anaknya.

Fatwa Syeh Abdul Aziz Abda’ab dalam kitap Idris dalam pasal 3 diterangkan: “orang tidak mampu Makrifat kepada Alloh tanpa Birosuul (mengikuti Rosululloh, mahabah dan mencinta) , kita tidak mampu Birosul tanpa Bilghouts/ syeh khamil-mukamilnya (mahabah dan mencinta)” kita butuh do’a restunya beliau Ghoutsu/ syeh khamil-mukamilnya.
Banyak keluarga para pengamal mengalami pengalaman rohani seperti menghadiahkan pahala surat yasin dll apa sampai kepada ahli kubur, dalam hal ini pernah terjadi di kabupaten Pati Beliau Pak Nur Hamid. Keluarga Pak Nur Hamid ini terpecah menjadi dua pendapat. Satu pendapat bahwa menghadiahkan pahala kepada orang yang mati itu sampai dan yang satu berkata oh, itu tidak akan sampai. Lalu matur kepada Panjenengan dalem Kanjeng Romo K.H. Abdul Latif Madjid RA untuk menyampaikan kedua permasalahan tersebut. Setelah soan di dalem beliau bukan mimpi, tapi kasunyatan, matur kepada Beliau mengutarakan kedua permasalahan tersebut. Kemudian ringkasnya beliau “Ayo kita coba siapa saja, bapaknya siapa yang meninggal, ibunya siapa yang meninggal, mbahnya siapa saja yang meninggal, siapa namanya?” 3 orang di aturkan kepada beliau. Kemudian supaya di atur niatnya beliau membimbing, ayo coba nanti kalau sampai ya sampai kalau tidak ya tidak. Kemudian membaca Al-fatehah di hadiahkan kepada ketiga orang yang telah meninggal tadi. Dikala baca al-fatehah terus al-fatehah itulah salah satu di antara yang menghadap beliau itu gemetar, yang bergetar itulah yang semula tidak percaya bahwa hadiah itu sampai kepada alam barzah. Ternyata ia dibukakan ainul-basirohnya/ mata batinnya bisa melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata kita, dari bacaan al-fatehah tadi keluar sinar cahaya putih membesar memutar menyebar menuju ke kuburan ketiga orang yang telah di sebutkan tadi ayah, ibu dan kakeknya tadi, akhirnya sinar putih itu menyebar kepada ahli kubur leluhurnya, sinar putih itu memancar menyelimuti tubuh yang telah meninggal tadi dan berubah bentuk dari tubuh hitam pekat menjadi manusia sebagaimana manusia pada saat didunia bahkan lebih cantik dan ganteng. Kemudian yang tidak percaya tadi berteriak menangis “Kanjeng Romo ini bapak saya, ini ibu saya, ini kakek saya”

Diringkas dan di edit tanpa merubah maksud, mohon maaf jika ada kekurangan, untuk lebih lengkapnya silahkan download linknya
Arief Insandoyo >>>>>> Kuliah Wahidiyyah Gelombang V oleh Bapak Ki. Rahmat Sukir bisa download di : http://www.4shared.com/mp3/6Qre1-m-/Kul_Wahidiyah_Gel_V_BpkKRahmad.html

No comments:

Post a Comment