Sunday, January 26, 2014




001.03.3001. ANDA MENGOMENTARI DAN MENYATAKAN (Saudaraku Cak Ode)

03.3001 "ANDA BERTANYA DAN BERKOMENTAR, KAMI MENJAWAB DAN MENANNGAPI

Cak Ode :: Al-Ghouts di Wahidiyah itu WAJIB diyakini, namun tidak diwajibkan untuk mengetahui. Seperti halnya Tuhan, Syurga, Pahala, dan Rosul-Rosul.
Sumber dari segala sumber keruwetannya adalah munculnya mobilisasi dan pengakuan-pengakuan soal al-ghouts itulah, sehingga di Wahidiyah muncul banyak kelompok dan al-ghouts palsu.

KAMI MENJAWABAN DAN MENANGGAPI :

SAUDARAKU CAK ODE YANG BAIK, YANG SEMOGA DIAMPUNI ALLOH SWT. AMIIN.....! 
MA'RIFAT BILLAH WA ROSUULIHI SAW WA GHOUTSU HADZAZZAMAN RA ITU HUKUMNYA WAJIB BAGI SETIAP MANUSIA,

"AWWALU WAJIBIN 'ALAL INSAANI, MA'RIFATUN ILAAHI BISTIQOONI"

"Hal yang menjadi Awal kewajiban Manusia adalah mengetahui dan mengenal TUHANnya (DAN ROSUL-NYA) dengan sebenar-benar keyakinannya"

BAGAIMNA MUNGKIN BISA MENERAPKAN LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL DAN LILGHOUTS BILGHOUTS KALAU TIDAK MENGETAHUI dan MENGENALNYA ?.

ANDA PENGAMAL WAHIDIYAH KOK SEPERTI ITU YA ..???.
PERNYATAAN ANDA ITU NGAWUR, BODOH DAN KONYOL, TIDAK BERDASARKAN AJARAN WAHIDIYAH ITU SENDIRI !!!.
PERTANYAAN SAYA KEPADA ANDA, TOLONG DIJAWAB, DAWUHNYA MBAH YAHI TENTANG AL-GHOUTS, SBB. : "AL-GHOUTS ITU SEPERTI RAJA ATAU RATU, MENINGGAL GANTI-MENINGGAL GANTI".

TUK LEBIH JELASNYA TOLONG BACA PENJELASAN KAMI INI............:

Hal Al-Ghauts Hadzaz Zaman Ra.

Ghauts adalah sebutan yang dipakaikan/ dikenakan kepada seseorang (hamba Allah) yang menduduki posisi puncak dalam dunia kewalian.
Istilah lain dari Al-Ghauts adalah Sulthan Auliya’, Al-Quthbu, Insan Kamil dan lain-lain. Al-Ghauts itu setiap zaman ada, dan apabila seorang yang berpangkat Al-Ghauts itu meninggal dunia, maka Allah akan mengangkat hamba atau kekasih-Nya yang lain untuk menduduki posisi itu.

HADROTUL MUKARROM MBAH KH. ABDUL MADJID MA'ROEF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH AL-GHOUTS FII ZAMANIHI RA PERNAH BERSABDA (DAWUH) : "AL-GHOUTS ITU SEPERTI RAJA ATAU RATU, MENINGGAL GANTI-MENINGGAL GANTI".

Dasarnya adalah hadits berikut :

عَنْ عَبْدِالله بْنْ مَسْعُودٍرَضِيَ الله عنْه قال: قال رسول الله صل الله عليه وسلم: إِن للهِ عـزّوجلّ فِي الخَلْقِ ثَلا ثُمِائة قُلُو بُهُم على قَلْبِ أدم عليه السلام , وللهِ في الخَلْقِ أَرْبَعُونَ قُلُوبُهُمْ عَلَى قَلْبِ مُوسَي عليه السَلامُ , وَللهِ فِي الخَلْق سَبْعَةٌ قلو بُهُمْ على قَلْبِ إبْراهِيْمَ عَلَيْهِ وسلمَ, ولله في الخلق خَـمْسَةٌ قلو بُهُمْ على قَلْبِ جِبْرِيْل عَليه السَلاَمُ, ولله في الخَلْقِ ثَلاَثَةٌ قُلُو بُهُمْ على قَلْبِ مِيْكَائيل عَلَيْهِ السلام, ولله في الخلْقِ واحدٌ قَلْبُهُ عَلَى قَلبِ إسرَافيل عَلَيْهِ السلامُ, فإذَا مَات الوَاحِدأَبْدَلَ اللهُ مَكَانَهُ مِنَ الثلاثَةِ, وَإِذَامَاتَ مِنَ الثَلاثَةِ أَبْدَلَ اللهُ مَكاَنَهُ مِنَ الخَمْسَةِ, وإذاماتَ مِنَ الخَمْسَةِ أَبْدَلَ اللهِ مَكَانَهُ مِنَ السَبْعَةِ, وَإِذَامَاتَ مِنَ السَبْعَةِ أَبْدَلَ الله مَكانَه مِن الآَرْبَعِيْنَ, وَإذامَاتَ مِن الآربعين أَبْدَلَ اللهُ مَكَانَهُ مِن الثلاثمائة, وإِذَامَاتَ مِنَ الثلا ثمائة أَبْدَل اللهُ مَكَانَهُ مِنَ العَامَّة فَبِهِمْ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَيُمْطَرُوَيُنْبُتُ وَيدْفَعُ البَلاَءُ عَنْ هَذِهِ الآُمَّةِ.
قِيْلَ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُود : كَيْفَ بِهِمْ يُحْيِي وَيُمِيْتُ؟ قال:ِلآَنَّهُمْ يَسْألَوُن َاللهَ إِكْثَارَالآُمَمِ فَيكثرُوْنَ وَيَدْعُوْنَ عَلَي الجَبَابِرَة ,فيقصمون, ويستسقون فَيَسْقَوْنَ وَيسْأَلُوْنَ فَتَنْبِتُ الأرضُ وَيَدْعُونَ فَيُدفَعُ بِهِمْ أنْوَاعُ البَلاءَِ
أخرجه إبونعيم وإبن عساكر

Dari Ibnu Mas’ud Ra. Ia berkata, Rasulullah Saw bersabda :“Sesungguhnya, didalam ciptaan-Nya ini Allah memiliki 300 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Adam AS, 40 orang hamba yang hatinya sama dengan hati nabi Musa AS, 7 orang hamba yang hatinya sama dengan hati nabi Ibrahim AS, 5 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Jibril AS, 3 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Mika’il AS, dan 1 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Isrofil AS. Apabila yang seorang itu meninggal, Allah segera menggantikan kedudukannnya itu dari yang tiga, dan apabila meninggal seseorang dari jumlah yang tiga, Allah segera menggantikannya dari jumlah yang lima, apabila meninggal seseorang dari jumlah yang lima, Allah segera menggantikannya dari jumlah yang tujuh, apabila mati seseorang dari jumlah yang tujuh, Allah segera menggantikannya dari jumlah yang empat puluh, apabila meninggal seseorang dari jumlah yang empat puluh, Allah akan menggantikannya dari jumlah yang tiga ratus, dan apabila meninggal seseorang dari jumlah yang tiga ratus, Allah segera menggantinya dari orang umum (biasa). Diantara mereka itu, terdapat orang yang menghidupkan dan mematikan, memberi hujan dan menumbuhkan, dan menolak bala“.

Tatkala seseorang bertanya kepada Ibnu Mas’ud, “bagaimana seseorang itu menghidupkan dan mematikan” ?. Sahabat ini menjawab : “mereka meminta kepada Allah untuk memperbanyak manusia, maka diperbanyaklah manusia itu, mereka meminta kehancuran orang-orang yang suka berbuat durhaka, maka hancurlah orang-orang itu, mereka meminta diturunkan hujan, maka turunlah hujan itu, mereka meminta agar bumi ditumbuhi tanam-tanaman, maka diperkenankanlah permintaannya. Mereka berdo’a dan dengan do’anya itu terhindarlah balak dan malapetaka”. HR. Abu Nuaim dan Ibnu Asakir.

Hadits diatas dimuat didalam banyak kitab, yang salah satunya adalah, kitab “Al Haawi lil Fataawi“ karangan Imam Jalaludin Abdur Rahman As-Suyuthi. Imam Al-Yaafi’i berkata : “bahwa yang dimaksud الواحد – hamba yang satu didalam hadits tersebut adalah القطب(Al-Quthbu)الغوث (al-Ghauts)”.

Pendapat ini banyak diterima oleh sebagian besar Ulama, terutama ulama tasawuf. Bagi mereka yang kurang sependapat, tentang hal tersebut silahkan, dan itu hak mereka. Yang penting ا لواحد (seorang hamba) yang disebut dalam hadits tersebut, benar adanya.

Catatan :
Agar tidak menimbulkan persepsi yang tidak diinginkan, maka perlu kami garis bawahi :
1. Al-Ghauts itu adalah seorang hamba yang hidupnya hanya untuk menghambakan diri kepada Allah
Swt dalam berbagai aktifitasnya.Hatinya senantiasa tawajjuh kepada Allah.(قلبه يطوف الله دا ئما) .
Dari penghambaannya yang terus-menerus itulah, maka ia dipilih menjadi kekasih-Nya.

2. Al-Ghauts itu umat Rasulullah SAW juga. Jadi kedudukan dan martabatnya masih dibawah Rasulullah SAW.

3. Al-Ghauts (wali) biasanya dianugerahi oleh Allah SWT berupa keistimewaan-keistimewaan (karomah), sebagaimana para Nabi dan Rasul dianugerahi mu’jizat. Termasuk kewenangan Jallab dan Sallab adalah bagian dari keistimewaan Al-Ghauts.
Jallab dan Sallab berlangsung melalui proses, yakni “Bidu’aaihi“ (dengan do’anya kepada Allah SWT), sebagaimana yang tercermin pada bagian akhir hadist diatas, yang artinya “diantara mereka ada orang yang menghidupkan dan mematikan, memberi hujan dan menumbuhkan, dan menolak bala’“.

Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW, bersabda :

مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْأَطَاع اللهَ وَمَنْ عَصانِي فَـقَدْعَصَى اللهُ وَمَنْ أَطَاع أَمِيْرِي فَقَدْ أطَاعَنِي وَمَنْ عَصَى أَمِيْري فَقَـدْ عَصَا نِي

Barang siapa taat kepada-Ku (Rasulullah), berarti ia taat kepada Allah. Dan barang siapa durhaka kepada-Ku, berati ia durhaka kepada Allah. Dan barang siapa yang taat kepada Amir-Ku, berarti taat kepad-Ku, dan barang siapa yang durhaka kepada Amir-Ku, berarti ia durhaka kepada-Ku

Kaum sufi berdasar ilmu mukasyafahnya dan didukung oleh beberapa hadits dan al-Qur’an (bukan sekedar asumsi), menerangkan, bahwa yang dimaksud “Amir” dalam hadits ini, adalah wali al-Ghauts RA. Sehingga dengan kata lain, hadits diatas dapat diterjemahkan dengan :

Taat kepada Al-Ghauts RA, berarti taat kepada Rasulullah SAW, yang sekaligus taat kepada Allah SWT. Dan, durhaka kepada Al-Ghauts RA, berarti durhaka kepada Rasulullah SAW yang sekaligus durhaka kepada Allah SWT.

Syeh Muhammad Wafa (w. 801 H), Guru Agung Pemandu kaum sufi pada zamannya, menyimpulkan makna hadits diatas sebagai berikut :

قلْبُ العَارِفِ حضْرَةُ اللهِ فـَمَنْ تـَقَرَّ بَ اِلَيْهِ بِالقُـرْبِ المُلاَ ئِمِ فُـتحَتِ لَهُ أَبْوَابُ الحَضْرَةِ

“Hati orang arif (apalagi Amirul Arifin/ al-Ghauts RِِِِA) itu, hadrah (lambang kehadiran) Allah. Barang siapa mendekat kepadanya dengan cara pendekatan yang semestinya, maka akan terbukalah baginya pintu-pintu kehadiran (Allah)”.

Hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairoh Ra, Rasulullah SAW bersabda :

انّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَالَ مَنْ عَادَ لِي وَلِيًّا فَـقَدْ اَذ نْتُهُ بِالحَرْبِ

Sesungguhnya Allah SWT berfirman : Barang siapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku (Allah) menyatakan perang kepadanya“.

Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda

مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيْرِهِ شَيْئًا فَلْيَصبِرْ, فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُلْطَانِ شِبْرًا مَا تَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً

Barangsiapa yang membenci sesuatu yang datang dari Amirnya, maka bersabarlah. Karena barangsiapa yang keluar dari Sulthan (apalagi Sulthan al-Auliya’) sejenggkal saja, maka dapat mengakibatkan mati sebagaimana matinya orang kafir jahiliyah.

Dalam hadits riwayat Bukhari dari Anas Ibn Malik, dijelaskan, bahwa ketika menjalang keberangkatan mi’raj ke langit, malaikat Jibril (mahluk-bukan Khaliq)), atas perintah Allah SWT, meningkatkan (jallaab) iman Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

فُرِجَ عَنْ سَقْفِ بَيْتِي فَنَزَلَ جِبْرِيْلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفَرَجَ صَدْرِي ثُمَّ غَسَلَهُ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ جَاء بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مُمْتَلِئٍ حِكْمَةً وَإِيْمَانًا فَأَفْرَغَهُ فِي صَدْرِي ثُمَّ أَطْبَقَهُ

“Atap rumah-Ku terbuka, saat itu Aku berada di Makkah. Jibril turun dan membelah dada-Ku. Kemudian mencucinya dengan air zamzam. Kemudian didatangkan satu bejana yang terbuat dari emas, yang berisi hikmah dan iman. Lalu (iman dan hikmah) dituangkan kedalam dada-Ku, kemudian (dada-Ku) ditutupnya kembali”.
Perbuatan Jibril AS “menuangkan” iman dan hikmah kedalam dada Rasulullah SAW, dapat dikatakan perbuatan Jalllab. Yang secara lahiriyah dilakukan oleh mahluk (Jibril As).

Hadits sahabat ‘Ubadah Ibn Shamit, riwayat Imam Ahmad, Thabrani dan Abu Nuaim:

لاَ يَزَالُ فِي أُمَّتِي ثَلاَ ثُونَ بِهِمْ تَقُـوْمُ الاَرْضُ وَبِهِمْ يُمْطَـرُوْنَ وَبِهِمْ يُنْـصَرُوْنَ

Tidak sepi didalam ummatku tigapuluh orang. Sebab mereka Bumi tetap berdiri tegak, sebab mereka mahluk diberi hujan, dan sebab mereka, manusia ditolong (oleh Allah).

b. Hadits dari sahabat Mu’ad Ibn Jabal, riwayat Ad Dailami :

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ فَهُوَ مِنَ الأَ بْدَالُ الذِيْنَ بهِِمْ قَوَامُ الدُنْيَا وَأَهْلِهِ

Adalah tiga (hamba) orang. Barang siapa ada didalamnya, berarti ia dari golongan wali abdal. Yang sebab mereka dunia dan seisinya tetap tegak.

Sahabat ‘Ubadah Ibn Shamit, riwayat Imam Ahmad, Thabrani dan Abu Nuaim:

لاَ يَزَالُ فِي أُمَّتِي ثَلاَ ثُونَ بِهِمْ تَقُـوْمُ الاَرْضُ وَبِهِمْ يُمْطَـرُوْنَ وَبِهِمْ يُنْـصَرُوْنَ

Tidak sepi didalam ummatku tigapuluh orang. Sebab mereka Bumi tetap berdiri tegak, sebab mereka mahluk diberi hujan, dan sebab mereka, manusia ditolong (oleh Allah)

b. Hadits dari sahabat Mu’ad Ibn Jabal, riwayat Ad Dailami :

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ فَهُوَ مِنَ الأَ بْدَالُ الذِيْنَ بهِِمْ قَوَامُ الدُنْيَا وَأَهْلِهِ

Adalah tiga (hamba) orang. Barang siapa ada didalamnya, berarti ia dari golongan wali abdal. Yang sebab mereka dunia dan seisinya tetap tegak.

Ajaran Wahidiyah : (للغَوث بالغوث) - LILGHOUTS - BILGHOUTS , tidak kontroversi dengan aqidah Islamiyah. Dalam sistem seluruh terekat manapun, menyimpulkan bahwa kunci keberhasilan ma’rtifat dan berkah dari Allah Swt, tergantung pelaksanaan prinsip رَابِطَةُ الشيْخ - kuatnya hubungan batin antara Guru Mursyid dan murid

Firman Allah Swt, Qs. an-Nur : 55

وَعَدَاللهُ الذِيْنَ اَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُواالصَالحَاتِ لَيَسْتَخْلِفِنَّهُمْ في الاَرْضِ كَمَااسْتَخْلَفَ الذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنّنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمْ الذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبـَدّ ِلَنَّهُمْ مِنْ بَعـْدِ خَـوْفِهِمْ أَمْنًا يَعـْبُدُونَنِي وَلاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan yang mengerjakan amal yang sholeh, bahwa sungguh-sungguh (Allah) akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana (Allah) menjadikan orang-orang yang sebelum mereka. Dan sungguh (Allah) akan meneguhkan bagi mereka agama yang diridhai-Nya. Dan (Allah) benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dan tiada mensekutukan-Ku dengan sesuatu apapun”.
Imam Ibnu Katsir, memberi tafsiran, bahwa sari dari ayat ini merupakan mukjizat Nabi Saw sehingga dapat mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi, dan sekaligus sebagai pemberitaan Allah Swt, tentang akan adanya khalifah rohani bagi ummat-Nya.

هَذَا وَعْدٌ مِنَ اللهِ لِرَسُولِهِ بِأَنَّهُ سَيَجْعَلُ أُمَّتَهُ خُلَفَاْ الآَرْضِ

“Ini adalah janji dari Allah kepada rasul-Nya, bahwa sesungguhnya (Allah) akan menjadikan ummat-Nya sebagai kholifah dibumi”.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan makna ayat ini dengan hadis Nabi Saw, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim :

لاَيَزَالُ طَائِفَةُ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِيْنَ عَلَى الحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلّهُمْ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ , وفِي رِوَايَةٍ حَتَّى يُقَاتِلُونَ الدَجَّالَ, وَفِي رِوَايَةٍ حَتّى يَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ. وكُلُّ هَذِهِ الرِوَايَةِ صَحِيْحَةٌ وَلاَ تُعَارِضُ بَيْنَهَا

“Tidak sepi ummat-Ku, dari sekelompok manusia yang memperjuangkan kebenaran, yang mana tidak dapat memberi madlarrat kepada mereka, orang-orang yang menghinakannya, sampai hari kiamat”. Dan dalam riwayat lain : “sampai mereka dapat membunuh dajjal”. Dan dalam riwayat lain : “sampai turunnya Nabi Isa Ibn Maryam”. Riwayat hadis ini adalah shahih tanpa adanya pertentangan antara hadis satu dengan hadis lainnya.
Sedangkan Imam Qurthubi, dalam memberi penjelasan ayat diatas dengan menyertakan sabda Rasulullah Saw :(HR.Bukhari dan Muslim) :

زُوِيتْ لِي الاَرْضُ فـَرأَيْتُ مـَشَارِقَهَا وَمغَارِبَهَا وَسـَيـَبْلُغُ ملُـَكُ أُمَّتِي مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا

Sesungguhnya Allah telah melipat bumi untuk-Ku, sehingga Aku dapat melihat bumi bagian timur dan bagian baratnya. Dan akan sampai raja ummat-Ku yang juga menerima bumi seperti ketika diterimakan kepada-Ku”
Penjelasan ayat diatas juga dijelaskan oleh Syeh Ibnul Qayyim al-Jauziyah (murid Syeh Ibnu Timiyah), dalam kitabnya Jala, al-Afham Fi as-Shalaati ala Khair al-Anaam.
4). Allah berfirman, Qs, Fathir : 32 :

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الكِـتَابَ الذِيْنَ اصْطَـفَيْنَا مِنْ عِبَادِ نَا

“Kemudian Kami (Allah) mewariskan kitab (al-Qur’an) kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba Kami”.
Isi dan sari serta kekuatan sinar Islam yang ada dalam al-Qur’an, setelah diwahyukan kerpada Rasulullah SAW, diwariskan (secara rohani) kepada salah satu hamba yang dipilih oleh Allah SWT, setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Untuk lebih jelasnya makna yang terkandung didalam ayat ini, lihat dalam kitab tafsir al-Qurthubi, Ibnu katsir, atau Jalalain.
Kami bertanya, siapakah yang kontroversi dengan aqidah Islam itu ?. Yayasan kami, ataukah pihak yang mendlalimi dan memfitnah kami ?.

5). Dalam kitab “Al Anwar Al Qudsiyah” :

وكَانَ سَّيدِي الد سُـوقِي يَقولُ :اِذَا صدَ قَ المِريْـدُ مَعَ شَيْخِه ِوَنا دَى شَيخهُ مَعَ مَـسِيْرَةِ عَامٍ أَجَابَه

“Syeh Sayid Dasuqi RA. berkata : jika murid (tasawuf) benar - benar bersama gurunya (al-Ghauts RA), kemudian ia memanggil gurunya dari jarak perjalanan satu tahun. maka, akan menjawablah Guru itu”.
Meskipun muridnya ada diujung barat dunia, sedangkan Guru al-Ghauts RA ada diujung timur dunia, Guru Kamil Mukammil (al-Ghauts RA) tersebut dapat membimbing muridnya. Semua ini atas kehendak dan titah Allah Swt semata.

6). Dalam kitab “Tanwir al Qulub”, dijelaskan :

اِنَ الشَـيْطَا نَ لاَ يَتَمَثّلُ بِوَلِيّ ٍ كَا مِلٍ كَمَا لاَيَتَمَثّـَلُ بِالنَبِي َصلَى اللُه عَلَيْهِ َوسَـلَمَ

“bahwa sesungguhnya syaithan itu tidak mampu menyerupai Wali Yang Sempurna (wali kamil), sebagaimana syaithan tidak mampu menyerupai Nabi SAW”.

7). Pengalaman rohani tentang keberadaan al-Ghauts RA telah dialami oleh para ulama terdahulu, antara lain :

Ghauts Fii Zamanihi Syeh Ibn Atha’illah, pada waktu ibadah haji, ketika melaksanakan thawaf, tiba-tiba Gurunya (al-Ghauts Syeh Abul Abbas Mursi), juga melaksanakan thawaf. Ketika beliau ingin berjabat tangan kepada Gurunya, tiba-tiba Al Mursi menghilang. Begitu pula, ketika wuquf di ’arafah, Al Mursi juga ada disana. Dan ketika Syeh Atha’illah ingin berjabat tangan lagi, tiba-tiba Al Mursi menghilang lagi. Demikian juga, peristiwa ini dialami oleh Syeh Atha’illah dalam setiap menjalankan rukun haji. Ketika beliau telah pulang ke Kairo - Mesir, ia bertanya kepada sesama santri dan mahasiswa. “Apakah Guru kita kemarin pergi melaksanakan ibadah haji ?”. “Tidak”, jawab semua santri. Dengan penasaran Atha’illah memberanikan diri bertanya langsung kepada AlMursi: “Guru, kemarin ketika saya melaksanakan haji, setiap melaksanakan rukun haji, Paduka senantiasa ada disamping kami, maka kami mohon penjelasan dari Paduka” !.Jawab Syeh al-Mursi :

اَيِّ حُجُرٍفَاجَابَ مِن فَـاِذَا دُعِيَ ا لقُطْب رَجُلٌ كَبِيْرٌ يَمْلاَءُ الكَوْن

“Lelaki yang berpangkat Besar itu (jiwanya) memenuhi alam semesta. Jika Beliau al Quthbu (poros mahluk – pen.) ini dipanggil dari kamar manapun, maka menjawablah Beliau”.

============================================

SAUDARAKU CAK ODE Dkk.....TOLONG DIJAWAB DENGAN TERANG DAN JELAS, ANDA MENGINGKARI HADIT-HADITS DAN DAWUH/SABDA MBAH YAHI QS WA RA TERSEBUT ATAU TIDAK ???, DAN BAGAIMANA ANDA MENYIKAPINYA DAWUH TSB. SERTA APA ALASANNYA ? SERTA SIAPAKAN YANG ANDA MAKSUDKAN AL-GHOUTS PALSU ITU ???. HATI2 ANDA MEMBUAT PERNYATAAN, TENTANG AL-GHOUTS/KEKASIH ALLOH SWT. ANDA JANGANLAH MEMFITNAH, FITNAH ITU LEBIH KEJAM DAN LEBIH SADIS DARI PADA PEMBUNUHAN. RUPANYA DIHATIMU BERCOKOL RASA IRI DAN DENGKI YA KEPADA KAMI DAN TEMAN2 KAMI, RUPANYA BUSUK BENAR HATIMU, GMN KALAU BUSUK BENERAN, SEHINGGA ANDA SUL'UL KHOTIMAH AKIBAT SU'UL ADAB KEPADA ALGHOUTS. INGATLAH SELALU DAWUHNYA MBAH YAHI QS WA RA INI......YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !

YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
Perhatian-Perhatian, sekali lagi mohon Perhatian !

WAHAI SAUDARAKU PENGAMAL SHOLAWAT WAHIDIYAH dimanapun Anda berada YANG DIRAHMATI DAN DIBERKAHI ALLOH SWT, marilah kita PERHATIKAN, KITA INGAT SELALU, KITA HAYATI DAN AMALKAN DAWUHNYA/PERINTAHNYA MBAH KH. ABDUL MADJID MA'ROEF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA ALGHOUTS FII ZAMANIHI RA kepada kita semua sebagai pengamal Wahidiyah yg sering sekali didawuhkan/diperintahkan ketika itu dalam berbagai kesempatan sbb. :

"ALLOH SWT MERAHASIAKAN RIDLO DAN BENDUNYA (MURKANYA) PADA TIGA TEMPAT ;

PERTAMA : PADA THO'ATNYA, maka jangan sekali-kali meremehkan thoat kepada Alloh dan Rosul-NYa sekalipun kelihatannya THOAT/IBADAH YG KECIL DAN REMEH atau sepele, APA LAGI YANG BESAR, yg kecil aja jangan, sebab mungkin sekali RidloNya Alloh wa Rosuulihi SAW ada disitu.

( Al-kisah : Tuan Syeh Imam Al-Ghozali Ra Al-Ghouts Fii Zamanihi RA selamat dari siksa kuburnya SEBAB ngasih minum lalat ketika beliau sedang mengarang sebuah kitab Ihya' 'Ulumuddin ada lalat yg kehausan kemudian minum tintanya Tuan Syeh Imam Ghozali Ra, sejenak Tuan Syeh berhenti menulis karena mempersilakan LALAT yg sedang kehausan itu tuk minum sepuasnya dulu. Sebab itu Alloh SWT ridlo dan menyelamatkan siksa kuburnya karena Beliau thoat yg kelihatannya sangat sepele dan kecil, cuma ngasih minum seekor lalat yg kehausan, Beliau selamat dari siksa kubur bukan karena ngarang kitab dan bukan karena ibadah2nya yang lain2, demikian itu menjadi sebab Beliau Tuan Syeh selamat dari SIKSA KUBURNYA !!!).

KEDUA : PADA MAKSIYATANNYA, maka jangan sekali-kali menganggap remeh walaupun itu maksiyyat yg kecil atau remeh kelihatannya, JANGAN SEKALI-KALI MELANGGAR PERINTAH ALLOH WA ROSUULIHI SAW yang kecil, APALAGI MAKSIYYAT, atau melanggar perintah Alloh wa Rosuulihi SAW, ATAU DOSA-DOSA YANG BESAR, yg kecil DAN REMEH aja jangan sebab mungkin BENDUNYA/MURKANYA ALLOH WA ROSUULIHI SAW ADA DISITU !!!.

KETIGA : PADA KEKASIH-NYA/Wali-NYA Alloh SWT, maka bersikap santunlah dan berhusnudhonlah (berprasangka baiklah) kepada semua orang tanpa pandang bulu, sebab mungkin Dia seorang WALINYA ALLOH SWT, bahkan mungkin Beliau adalah seorang Sulthonul Auliya'/Ghoutsu Hadzaz Zaman RA. Karena Alloh SWT sangat ridlo dan mencintai kepada orang2 yang menjadi Kekasih-NYa dan sangat murka atau bendu kepada orang2 yang membenci, menghina, melecehkan atau bahkan mengkontrasi Kekasih-Nya.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasululloh SAW bersabda :

"Alloh SWT berfirman :...............bersambung....!
5 Januari pukul 10:35 · Suka

Ahmad Dimyathi Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasululloh SAW bersabda :

"Alloh SWT berfirman :
"Barangsiapa yang menunjukkan permusuhan dengan Wali-Ku maka Aku menyatakan perang dengannya."
"AL WALI"
ADALAH INDIVIDU YANG DICINTAI OLEH ALLOH SWT.

Sambungan hadist qudsi tersebut adalah :

"….Tidaklah hamba-Ku mendekati-Ku dengan suatu pekerjaan yang lebih Aku sukai daripada dia mengerjakan apa yang Aku telah fardhukan ke atasnya. Dan sentiasalah hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan melakukan yang sunat-sunat sehingga Aku cinta kepadanya. Ketika Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, menjadi penglihatannya yang ia melihat dengannya, menjadi tangannya yang ia bergerak dengannya dan menjadi kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan sesungguhnya, jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku berikan kepadanya; Dan sesungguhnya, jika ia memohon perlindungan kepada-Ku niscaya Aku berikan perlindungan kepadanya." (HR Bukhari).

Hadits qudsi ini membahas banyak persoalan, tetapi yang menjadi sangat penting ketika Alloh SWT berfirman :
"Barangsiapa menunjukkan permusuhan dengan Wali-Ku maka Aku menyatakan perang dengannya."

Wali Alloh sangat tinggi derajat dan kedudukannya di sisi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Atas sebab itulah jika ada siapa saja yang memusuhi Wali-Wali-Nya Alloh SWT, maka mereka itu berarti memusuhi Alloh wa Rosuulihi SAW dan Alloh nyatakan perang kepada orang tersebut.

Setelah Allah SWT menjelaskan amaran-Nya terhadap orang yang memusuhi dan membenci Wali-Nya, lalu seterusnya Alloh SWT menyebut pula beberapa sifat yang dimiliki oleh Wali-Nya yang karena sifat-sifat itulah menjadikan mereka hampir dengan-Nya. (BILLAH).

Disebabkan pernyataan Alloh SWT yang keras dan tegas itulah, hal tersebut menjadi sangat penting untuk kita mengetahui siapakah ‘Wali-Wali Allah’ yang dimaksudkan itu dan apakah arti ‘Wali’ itu sendiri.

‘AL WALI’ ADALAH ORANG YANG DEKAT KEPADA ALLOH SWT.
Wali menurut bahasa artinya ‘qarib’ yakni dekat. Jadi Wali Allah (kekasih Allah) ialah orang yang senatiasa bertaqarrub (mendekatkan dirinya) kepada Alloh SWT.

Dikisahkan : Para ulama' besar ketika itu yg kontras kepada Beliau Tuan Syeh Abdul Qodir Al Jailani Ra pada celaka hidupnya dan su'ul khotimah akhir hayatnya. Juga dikisahkan ada seorang Nasroni yang tertolong memperoleh berkah dan karomahnya Tuan Syeh Ra karena ada rasa mahabbah kepada Tuan Syeh Ra. Itulah sebagian kecil bukti2 SALLAB DAN JALLABNYA para Al-Ghouts. MAKA BERHATI-HATILAH BERSIKAP KEPADA BELIAU GHOUTSU HADZAZ ZAMAN RA !. CONTOH KISAH nyata Tuan Syeh Abdul Qodir Jailani Qs wa Ra tersebut diatas dapat kita jadikan pelajaran. Juga perlu saya tulis disini, banyak orang-orang yang celaka hidupnya SEBAB memusuhi Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid Al-Ghouts Hadzaz zaman Ra, juga banyak sekali orang yang tertolong lahir batinya sebab barokah, karomah dan nadhroh Beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman Ra.

AL-FAATIHAH !.
YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !

TOLONG DITANNGAP KAWAN-KAWANKE SEMUANYA PERNYATAAN CAK ODE DARI PSW ITU DAN JAWABAN, TANNGAPAN KAMI...TUK KITA DISKUSIKAN BERSAMA SEMOGA BERMANFAAT......!!!. AMIIN !.
  • Agin Agmar YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS
    duh ROMO YAHIIIIII
  • Eri Yanto YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS.
  • Muhammad Khoirudin Bagaimana tanggapan pak yai dim tentang dawuh dalam kitab al ibriz halaman 237"seorang murid yg masuk dalam bimbingan seorang syekh suhbah tetapi dia masih memandang bahwa dialam wujud ini ada guru wusul yg lebih sempurna dan memenuhi syarat dari pada gurunya dan ia tetap merindukan bimbingan darinya dalam i'tikadnya,kemudian kejadian itu diketahui oleh gurunya sekalipun sudah wafat maka seketika itu pula putuslah hubungan tarbiyah dari syekh gurunya dan dia tidak bisa mengambil manfaat dari guru pertama dan kedua
  • Muhammad Khoirudin Dalam kitab bahjatus saniyah hal 32 "dan apabila syekh seseorang telah meninggal dunia dan dia tidak menemukan guru melainkan orang yg derajatnya dibawah syekhnya dengan terbukti dia belum mencukupi untuk membimbing perjalanan wusul maka seyogyanya janganlah berpindah dari syekhnya yg telah meninggal dunia kepada yg baru ditemuinya
  • Ahmad Dimyathi aa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts ! YANG BENAR YANG SENANTIASA MENERAPKAN LILGHOUTS BILGHOUTS DENGAN BAIK DAN BENAR, MEREKA MENGIKUTI DAN TASLIM KEPADA BELIAU GHOUTSU HADZAZ ZAMAN RA HADROTUL MUKARROM KANJENG ROMO KH. ABDUL LATIF MADJID RA, IMAMUL WAHIDIYYIN/PENGASUH PERJUANGAN WAHIDIYAH DAN PONDOK PESANTREN KEDUNGLO AL-MUNADHOROH saat ini, BELIAU SEBAGAI PENERUS DAN PENGANTI KEPEMIMPINAN HADROTUL MUKARROM MBAH KH. ABDUL MADJID MA'ROEF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA AL-GHOUTS FII ZAMANIHI DALAM PERJUANGAN WAHIDIYAH DAN PONDOK PESANTREN KEDUNGLO saat sekarang ini. BELIAULAH IMAM KITA YANG HARUS KITA IKUTI DAN TA'ATI SAAT INI DLM PERJUANGAN WAHIDIYAH. "ATHIIULLOH (LILLAH BILLAH) WA ATHIIURROSUL (LIRROSUL BIRROSUL) WA ULIL AMRI MINKUM (LILGHOUTS BILGHOUTS).

    4 Januari pukul 8:23 · Telah disunting · Suka · 7

    Galih Gin : ALHAMDULILLAH Pak DIM hadir menjelaskan,nnt klo ketemu sama org tsb sy britau,& semoga sy g ditanya lg sm org tsb.
    4 Januari pukul 8:18 melalui seluler · Batal Suka · 1

    Ahmad Dimyathi :
    YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !

    PERLU KITA FAHAMI BERSAMA SAUDARAKU SELURUH PENGAMAL SHOLAWAT WAHIDIYAH DIMANAPUN ANDA BERADA, FUNGSI/KEDUDUKAN POKOK PENGAMAL WAHIDIYAH ADALAH SAMA, YAITU BERHIDMAH KEPADA PERJUANGAN WAHIDIYAH, IKUT SERTA, IKUT GANDOL, IKUT2/NDEREK2 TUK MENGAMALKAN, MENYIARKAN DAN MEMBINA SHOLAWAT WAHIDIYAH DAN AJARAN WAHIDIYAH ATAU NDEREK2 DALAM PERJUANGAN FAFIRRUU ILALLOH WA ROSUULIHI SAW, NDEREK MAKMUM DIBELAKANG BELIAU MBAH YAHI MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA ALGHOUTS FII ZAMAANIHI SHOHIBUL WAHIDIYAH. MESTINYA DAN SUDAH SEHARUSNYA SAAT INI/ZAMAN INI SELURUH PENGAMAL WAHIDIYAH NDEREK MAKMUM AJA BELIAU GHOUTSU HADZAZ ZAMAN KANJENG ROMO KH. ABDUL LATIF MADJID RA, SEBAGAI IMAAMUL WAHIDIYYIN SAAT INI. PERLU ANDA KETAHUI ZAMAN MBAH YAHI QS WA RA, ADA SEORANG PENGAMAL WAHIDIYAH YANG DIBERI PENGALAMAN SEPIRITUAL, RUKYAH SHOLEHAH DIDAWUHI MBAH YAHI MA'ROEF RA, BAHWA SETELAH MBAH YAHI MU'ALLIF QS WA RA WAFAT NANTI, KYAI KEDUNGLO DAN IMAMUL WAHIDIYYIN ADALAH KANJENG ROMO KH. ABDUL LATIF MADJID RA. HAL INI JUGA TELAH DISOWANKAN KEPADA BELIAU MBAH YAHI MU'ALLIF QS WA RA SAAT ITU. JUGA PERLU ANDA KETAHUI, BAHWA SAYA SENDIRI PERNAH DIDAWUHI MBAH KYAI MUHAIMIN Ra, BAHWA ALGHOUTS SESUDAH MBAH YAHI QS WA RA WAFAT NANTI, SIFATNYA/WATAKNYA KERAS DAN TEGAS (Seprti Mbah Yahi Ma'roef RA, red.). DAN SAYA PERNAH MENDENGAR SENDIRI (KETIKA MELAYANI TAMU TUK SOWAN ) DAWUHNYA MBAH YAHI QS WA RA KETIKA ADA TAMU YANG SOWAN KETIKA ITU DI NDALEM UTARA, SBB. : "GHOUTS ITU IBARATNYA SEPERTI RAJA ATAU RATU, MENINGGAL GANTI-MENINGGAL GANTI". HAL INI SEPERTI YANG DIJELASKAN DALAM BUKU KULIAH WAHIDIYAH HALAMAN 138 - 150 HAL GHOUTSU HADZAZZAMAN RA, ALGHOUTS ITU MENINGGAL GANTI-MENINGGAL GANTI. MAKA SARAN SAYA CARILAH ALGHOUTS ZAMAN INI SAMPAI KETEMU. KALAU DAH KETEMU BERHIDMAHLAH , TASLIMLAH, IKUTILAH, MAKMUMLAH KEPADA BELIAU GHOUTSU HADZAZ ZAMAN RA, SEBAGAI REALISASI PENERAPAN AJARAN WAHIDIYAH "LILGHOUTS BILGHOUTS". ADAPUN YANG YANG DIMAKSUD 100 TAHUN DALAM HADITS ITU ADALAH ALGHOUTS YANG SEKALIGUS MUJADDID. SEKALI LAGI SAYA TEGASKAN DISINI, ALGHOUTS ITU "MENINGGAL GANTI-MENINGGAL GANTI" SAMPAI DEKAT HARI QIYAMAT NANTI...!. INI ADALAH SUNNATULLOH, FAKTA DAN REALITA KEHIDUPAN, YANG GAK MUNGKIN DAN BISA KITA INGKARI, KITA HARUS BERLAPANG DADA DAN MENERIMA DENGAN KENYATAAN INI !. YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !.
    4 Januari pukul 8:37 · Suka · 3

    Ahmad Dimyathi :
    YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !

    Sikap Dan Kawajiban Salik

    Agar berhasil dalam menuju sadar kepada Allah wa Rasulihi Saw, terdapat hal pokok yang harus diperhatikan oleh setiap salik :
    1. Secara batin tidak berpaling dari gurunya, dan secara lahiriyah meninggalkan hal-hal yang berseberangan dengan guru.
    2. Senantiasa berdo’a kepada Allah Swt agar kita mendapat barakah, karamah dan nadzrah dari Beliau Ra.
    3. Senantiasa bersama (secara rohani) Beliau Ra, untuk memohon tarbiyah-Nya agar
    terbebas dari kotoran hati, sehingga dapat sadar ma’rifat Billah wa Rasulihi Saw.
    4. Jika seorang mursyid wafat, wajib bagi murid mencari mursyid pengganti untuk membersihkan jiwanya.

    المُرِيْدُ ِذَا مَاتَ شَيْخُهُ وَجَبَ عَلَيْهِ اِتِّخَاذُ شَيْخٍ أَخَرَ يُرَبِّيْهِ

    Murid, ketika Syeh (guru rohani)-nya mati, wajib baginya mengambil (mencari) Syeh penganti untuk membimbingnya.
    Kitab al-Anwar al-Qudsiyah-nya al-Ghauts fi Zamanihi, Syeh Abdul Wahhab as-Sya.rani, w. 973 H, dalam bab “adabul murid.

    5. Mendekat kepada Beliau Ra dengan pendekatan yang semestinya. Sebab pendekatan tersebut akan terbukalah pintu hadlratullah dalam diri mansia

    قَلْبُ العَارِفِ حَضْرَةُ اللهِ وَحَوَاسُهَا اَبْوَابُهَا فَمَنْ تَقَرَّبَ بِالقُرْبِ المُلاَ ئِمِ فُتِحَتْ لَهُ اَبْوَابُ الحَضْرةِ

    Hati orang yang Arif Billah adalah hadlrahnya Allah Swt. Seluruh indranya merupakan pintu hadrah-Nya. Barang siapa yang mendekat kepadanya dengan pendekatan yang semestinya, maka akan terbuka baginya pintu hadlrah tersebut.
    4 Januari pukul 8:38 · Suka · 1

    Ahmad Dimyathi Cara untuk memahami keberadaan dan tugas al-Ghauts Ra secara musyahadah, sama dengan cara memahami keberadaan Rasulullah Saw. Pemahaman kepadanya termasuk bagian dari ilmu mukasyafah (ketersingkapan mata hati).
    Dan pembuktiannya hanya dapat dicapai melalui metode hidayah. Dan, memang tidak ada jalan bagi seseorang yang ingin memahami pribadi Beliau al-Ghaus Ra (baik pada saat ini atau masa lampau), kecuali melalui metode hidayah. Untuk mendapatkannya, seseorang harus melaksanakan mujahadah dengan sesuai petunjuk yang telah lazim. Tanpa melalui cara ini, seseorang akan mengalami kesukaran dalam memahami keberadaan Rasulullah Saw dan al-Ghauts Ra secara musyahadah.
    4 Januari pukul 8:41 · Suka

    Ahmad Dimyathi :
    Mbah KH. Mundzir (Pengasuh ponpes “Ma’unah Sari” Bandar Kidul kota Kediri).
    Ketika Beliau melaksanakan shalat istikharah untuk meminta petunjuk tentang pribadi Mbah KH. Abdul Madjid Ma'roef Muallif Shalawat Wahidiyah Qs wa Ra. Setelah salam shalat terakhir, Beliau Mbah Mundzir mendengar suara (al-Ghauts..al-Ghauts …al-Ghauts) dari arah langit yang diulang-ulang beberapa kali.
    12. Bapak Abdul Jamil Ridwan (salah satu personil PW Pasuruan).
    Pak Jamil bermimpi melihat Rasulullah Saw yang menyerahkan mandat kepimpinan ummat kepada Beliau Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Majid Ra, Pengasuh Perjuangan Wahidiyah.
    13. Syeh Abdul Karim al-Jilly (al-Ghauts fi Zamanihi Ra, w. 826 H).
    Beliau Ra bertemu Rasulullah Saw secara jaga, yang memberitahuka kepadanya, bahwa gurunya (Syeh Ibrahim al-Jabarti al-Yamani Ra) adalah al-Ghauts pada masa itu.
    4 Januari pukul 8:43 · Suka · 1
  • Muhammad Khoirudin Maaf pak dim kalau kita membandingkan dengan niat negatif ini jelas salah tapi dalam pengajian mmbah yai minggu pagi tgl 17 jumadil akhir 1397h.atau 5 juni 1977..disebutkan oleh beliau dalam mencari guru kamil mukamil...dan dalam kitab yg saxa sampaikan diatas kalau didunia ini tingkatan masih dibawah gurunya yg sudah meninggal jangan pindah,...sekali lagi maaf kelebihan rohani yg kelihatan dari beliau kanjeng romo dimana pak dim..untuk menggantikan mualif...niat kita sharing pak dim
  • Ahmad Dimyathi MENGIKUTI AL-GHOUTS SEKARANG INI/ZAMAN INI DENGAN MENERAPKAN LILGHOUTS BILGHOUTS BUKAN BERARTI PINDAH.....BERGURU TETAP KE MBAH YAHI YANG DILANJUTKAN AL-GHOUTS SEKARANG INI....JELASNYA BEGINI AJA... KANJENG ROMO YAHI RA BATINNYA JUGA MBAH YAHI QS WA RA.... FAHAM GAK..???. MF, SY BERTANYA KEPADA ANDA, SY DLM RUKYAH SHOLIHAH DIDAWUHI SENDIRI OLEH MBAH YAHI QS WA RA BAHWA AL-GHOUTS PENGGANTI DAN PENERUS MBAH YAHI QS WA RA ZAMAN SEKARANG INI ADALAH KANJENG ROMO YAHI RA, DAN SY DIPERINTAH UNTUK MENGIKUTINYA...., BAGAIMANA ANDA MENYIKAPI HAL TERSEBUT..? ANDA PERCAYA APA MENGINGKARI...PERNYATAAN SY TSB...?. TOLONG DI JAWAB....!!!.
  • Muhammad Khoirudin Kurang faham saya dengan kata2 ...pak dim
  • Ahmad Dimyathi ORANG YANG DIBUKA MATA BATINNYA TIDAK BUTUH DIDALILI...., DALIL HANYA TUK PENGUAT AJA......TUK APA DALIL...DIKITAB INI...DIKITAB ITU...? LAWONG SUDAH TAHU.....MERASAKAN SENDIRI...BUKAN KATA ORANG.... MEREKA UDAH PADA DZAUQIYYAH BAHKAN MUSYAHADAH.....BUKAN AKAL ATAU ILMIYYAH BELAKA....., MF..FAHAM GAK DENGAN KATA2 SY.....???.
  • Muhammad Khoirudin Dalam dalil ulama dalam menterjemah menafsiri suatu ayat dan hadist banyak silang pendapat.dan dzaukiyah sebagai modal seorang dalam mencapai kesadaran. Suatu pengalaman rohani yg pak dim dapat dari mualif tentunya perlu ditafsiri yg luas. Kita mengkaitkan kedudukan ghoust dengan raja dialam nyata .suatu raja yg akan memimpin atau mengarahkan masyarakatnya tentunya sangat sempurna apalagi ini raja di raja kewalian. Tentunya raja yg akan menggantikan lebih sempurna dari raja sebelumnya apa jadinya kalau raja dikalangan pengantar wusul tingkatannya dibawah raja sebelumnya
  • Muhammad Khoirudin Dzaukiyah yg dirasakan ketika leburnya dalam perwujudan fisik ini masih dalam Musyahadah fikri. Ghoust apabila kita lebur didalamnya yg terasa penjiwaan rohaninya atau suatu ketika rohani kita menyatu dalam rasa jalab salab ghoust...seperti halnya rosululloh dalam bihaqiqotil muhammadiyah
  • Ahmad Dimyathi Sallim 'ala man yaqrouuna bihadzihissholawatil wahidiyah.> Semoga Alloh membuka jalan keselamatan bagi siapa saja yang membaca amalan Sholawat Wahidiyah .

    wayasyhaduuna man hua ghoutsu Hadzaz Zaman rodhiyallohu anhu= Semoga juga dibuka seluas luasnya terutama bagi orang yang diberi kesempatan untuk bersaksi kepada Ghouts Hadzaz Zaman RA.
  • Muhammad Khoirudin Dalam penyaksian/ musyahadah tentunya ada tingkatan dzaukiyah juga ada tingkatan, dalam musyahadah tertinggi dalam keadaan terjaga rohaninnya menyaksikan keberadaan ghoust disemua alam dan dirinya pun didalam penyaksian juga didalamnya rasa ini hampir sama dengan istighroq ahadiyah,atau istighroq bihaqiqotil muhammadiyah disitulah musyahadah terhadap ghoust benar adanya karena dalam posisi itulah rohani/jiwa terlepas dari nafsu dan tipu dayanya



Cak Ode :: Al-Ghouts di Wahidiyah itu WAJIB diyakini, namun tidak diwajibkan untuk mengetahui. Seperti halnya Tuhan, Syurga, Pahala, dan Rosul-Rosul.
Sumber dari segala sumber keruwetannya adalah munculnya mobilisasi dan pengakuan-pengakuan soal al-ghouts itulah, sehingga di Wahidiyah muncul banyak kelompok dan al-ghouts palsu.

KAMI MENJAWAB DAN MENANGGAPI :

SAUDARAKU CAK ODE YANG BAIK, MA'RIFAT BILLAH WA ROSUULIHI SAW WA GHOUTSU HADZAZZAMAN RA ITU HUKUMNYA WAJIB BAGI SETIAP MANUSIA,

"AWWALU WAJIBIN 'ALAL INSAANI,
MA'RIFATUN ILAAHI BISTIQOONI"

"Hal yang menjadi Awal kewajiban Manusia adalah mengetahui dan mengenal TUHANnya (DAN ROSUL-NYA) dengan sebenar-benar keyakinannya"

BAGAIMNA MUNGKIN BISA MENERAPKAN LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL DAN LILGHOUTS BILGHOUTS KALAU TIDAK MENGETAHUI dan MENGENALNYA ?.

ANDA PENGAMAL WAHIDIYAH KOK SEPERTI ITU YA ..???.
PERNYATAAN ANDA ITU NGAWUR, BODOH DAN KONYOL, TIDAK BERDASARKAN AJARAN WAHIDIYAH ITU SENDIRI !!!.
PERTANYAAN SAYA KEPADA ANDA, TOLONG DIJAWAB, DAWUHNYA MBAH YAHI TENTANG AL-GHOUTS, SBB. : "AL-GHOUTS ITU SEPERTI RAJA ATAU RATU, MENINGGAL GANTI-MENINGGAL GANTI".

TUK LEBIH JELASNYA TOLONG BACA PENJELASAN KAMI BAB ALGHOUTS BERIKUT INI............:

Hal Al-Ghauts Hadzaz Zaman Ra.

Ghauts adalah sebutan yang dipakaikan/ dikenakan kepada seseorang (hamba Allah) yang menduduki posisi puncak dalam dunia kewalian.
Istilah lain dari Al-Ghauts adalah Sulthan Auliya’, Al-Quthbu, Insan Kamil dan lain-lain. Al-Ghauts itu setiap zaman ada, dan apabila seorang yang berpangkat Al-Ghauts itu meninggal dunia, maka Allah akan mengangkat hamba atau kekasih-Nya yang lain untuk menduduki posisi itu.

HADROTUL MUKARROM MBAH KH. ABDUL MADJID MA'ROEF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH AL-GHOUTS FII ZAMANIHI RA PERNAH BERSABDA (DAWUH) : "AL-GHOUTS ITU SEPERTI RAJA ATAU RATU, MENINGGAL GANTI-MENINGGAL GANTI".

Dasarnya adalah hadits berikut :

عَنْ عَبْدِالله بْنْ مَسْعُودٍرَضِيَ الله عنْه قال: قال رسول الله صل الله عليه وسلم: إِن للهِ عـزّوجلّ فِي الخَلْقِ ثَلا ثُمِائة قُلُو بُهُم على قَلْبِ أدم عليه السلام , وللهِ في الخَلْقِ أَرْبَعُونَ قُلُوبُهُمْ عَلَى قَلْبِ مُوسَي عليه السَلامُ , وَللهِ فِي الخَلْق سَبْعَةٌ قلو بُهُمْ على قَلْبِ إبْراهِيْمَ عَلَيْهِ وسلمَ, ولله في الخلق خَـمْسَةٌ قلو بُهُمْ على قَلْبِ جِبْرِيْل عَليه السَلاَمُ, ولله في الخَلْقِ ثَلاَثَةٌ قُلُو بُهُمْ على قَلْبِ مِيْكَائيل عَلَيْهِ السلام, ولله في الخلْقِ واحدٌ قَلْبُهُ عَلَى قَلبِ إسرَافيل عَلَيْهِ السلامُ, فإذَا مَات الوَاحِدأَبْدَلَ اللهُ مَكَانَهُ مِنَ الثلاثَةِ, وَإِذَامَاتَ مِنَ الثَلاثَةِ أَبْدَلَ اللهُ مَكاَنَهُ مِنَ الخَمْسَةِ, وإذاماتَ مِنَ الخَمْسَةِ أَبْدَلَ اللهِ مَكَانَهُ مِنَ السَبْعَةِ, وَإِذَامَاتَ مِنَ السَبْعَةِ أَبْدَلَ الله مَكانَه مِن الآَرْبَعِيْنَ, وَإذامَاتَ مِن الآربعين أَبْدَلَ اللهُ مَكَانَهُ مِن الثلاثمائة, وإِذَامَاتَ مِنَ الثلا ثمائة أَبْدَل اللهُ مَكَانَهُ مِنَ العَامَّة فَبِهِمْ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَيُمْطَرُوَيُنْبُتُ وَيدْفَعُ البَلاَءُ عَنْ هَذِهِ الآُمَّةِ.
قِيْلَ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُود : كَيْفَ بِهِمْ يُحْيِي وَيُمِيْتُ؟ قال:ِلآَنَّهُمْ يَسْألَوُن َاللهَ إِكْثَارَالآُمَمِ فَيكثرُوْنَ وَيَدْعُوْنَ عَلَي الجَبَابِرَة ,فيقصمون, ويستسقون فَيَسْقَوْنَ وَيسْأَلُوْنَ فَتَنْبِتُ الأرضُ وَيَدْعُونَ فَيُدفَعُ بِهِمْ أنْوَاعُ البَلاءَِ
أخرجه إبونعيم وإبن عساكر

Dari Ibnu Mas’ud Ra. Ia berkata, Rasulullah Saw bersabda :“Sesungguhnya, didalam ciptaan-Nya ini Allah memiliki 300 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Adam AS, 40 orang hamba yang hatinya sama dengan hati nabi Musa AS, 7 orang hamba yang hatinya sama dengan hati nabi Ibrahim AS, 5 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Jibril AS, 3 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Mika’il AS, dan 1 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Isrofil AS. Apabila yang seorang itu meninggal, Allah segera menggantikan kedudukannnya itu dari yang tiga, dan apabila meninggal seseorang dari jumlah yang tiga, Allah segera menggantikannya dari jumlah yang lima, apabila meninggal seseorang dari jumlah yang lima, Allah segera menggantikannya dari jumlah yang tujuh, apabila mati seseorang dari jumlah yang tujuh, Allah segera menggantikannya dari jumlah yang empat puluh, apabila meninggal seseorang dari jumlah yang empat puluh, Allah akan menggantikannya dari jumlah yang tiga ratus, dan apabila meninggal seseorang dari jumlah yang tiga ratus, Allah segera menggantinya dari orang umum (biasa). Diantara mereka itu, terdapat orang yang menghidupkan dan mematikan, memberi hujan dan menumbuhkan, dan menolak bala“.

Tatkala seseorang bertanya kepada Ibnu Mas’ud, “bagaimana seseorang itu menghidupkan dan mematikan” ?. Sahabat ini menjawab : “mereka meminta kepada Allah untuk memperbanyak manusia, maka diperbanyaklah manusia itu, mereka meminta kehancuran orang-orang yang suka berbuat durhaka, maka hancurlah orang-orang itu, mereka meminta diturunkan hujan, maka turunlah hujan itu, mereka meminta agar bumi ditumbuhi tanam-tanaman, maka diperkenankanlah permintaannya. Mereka berdo’a dan dengan do’anya itu terhindarlah balak dan malapetaka”. HR. Abu Nuaim dan Ibnu Asakir.

Hadits diatas dimuat didalam banyak kitab, yang salah satunya adalah, kitab “Al Haawi lil Fataawi“ karangan Imam Jalaludin Abdur Rahman As-Suyuthi. Imam Al-Yaafi’i berkata : “bahwa yang dimaksud الواحد – hamba yang satu didalam hadits tersebut adalah القطب(Al-Quthbu)الغوث (al-Ghauts)”.

Pendapat ini banyak diterima oleh sebagian besar Ulama, terutama ulama tasawuf. Bagi mereka yang kurang sependapat, tentang hal tersebut silahkan, dan itu hak mereka. Yang penting ا لواحد (seorang hamba) yang disebut dalam hadits tersebut, benar adanya.

Catatan :
Agar tidak menimbulkan persepsi yang tidak diinginkan, maka perlu kami garis bawahi :
1. Al-Ghauts itu adalah seorang hamba yang hidupnya hanya untuk menghambakan diri kepada Allah
Swt dalam berbagai aktifitasnya.Hatinya senantiasa tawajjuh kepada Allah.(قلبه يطوف الله دا ئما) .
Dari penghambaannya yang terus-menerus itulah, maka ia dipilih menjadi kekasih-Nya.

2. Al-Ghauts itu umat Rasulullah SAW juga. Jadi kedudukan dan martabatnya masih dibawah Rasulullah SAW.

3. Al-Ghauts (wali) biasanya dianugerahi oleh Allah SWT berupa keistimewaan-keistimewaan (karomah), sebagaimana para Nabi dan Rasul dianugerahi mu’jizat. Termasuk kewenangan Jallab dan Sallab adalah bagian dari keistimewaan Al-Ghauts.
Jallab dan Sallab berlangsung melalui proses, yakni “Bidu’aaihi“ (dengan do’anya kepada Allah SWT), sebagaimana yang tercermin pada bagian akhir hadist diatas, yang artinya “diantara mereka ada orang yang menghidupkan dan mematikan, memberi hujan dan menumbuhkan, dan menolak bala’“.

Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW, bersabda :

مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْأَطَاع اللهَ وَمَنْ عَصانِي فَـقَدْعَصَى اللهُ وَمَنْ أَطَاع أَمِيْرِي فَقَدْ أطَاعَنِي وَمَنْ عَصَى أَمِيْري فَقَـدْ عَصَا نِي

Barang siapa taat kepada-Ku (Rasulullah), berarti ia taat kepada Allah. Dan barang siapa durhaka kepada-Ku, berati ia durhaka kepada Allah. Dan barang siapa yang taat kepada Amir-Ku, berarti taat kepad-Ku, dan barang siapa yang durhaka kepada Amir-Ku, berarti ia durhaka kepada-Ku

Kaum sufi berdasar ilmu mukasyafahnya dan didukung oleh beberapa hadits dan al-Qur’an (bukan sekedar asumsi), menerangkan, bahwa yang dimaksud “Amir” dalam hadits ini, adalah wali al-Ghauts RA. Sehingga dengan kata lain, hadits diatas dapat diterjemahkan dengan :

Taat kepada Al-Ghauts RA, berarti taat kepada Rasulullah SAW, yang sekaligus taat kepada Allah SWT. Dan, durhaka kepada Al-Ghauts RA, berarti durhaka kepada Rasulullah SAW yang sekaligus durhaka kepada Allah SWT.

Syeh Muhammad Wafa (w. 801 H), Guru Agung Pemandu kaum sufi pada zamannya, menyimpulkan makna hadits diatas sebagai berikut :

قلْبُ العَارِفِ حضْرَةُ اللهِ فـَمَنْ تـَقَرَّ بَ اِلَيْهِ بِالقُـرْبِ المُلاَ ئِمِ فُـتحَتِ لَهُ أَبْوَابُ الحَضْرَةِ

“Hati orang arif (apalagi Amirul Arifin/ al-Ghauts RِِِِA) itu, hadrah (lambang kehadiran) Allah. Barang siapa mendekat kepadanya dengan cara pendekatan yang semestinya, maka akan terbukalah baginya pintu-pintu kehadiran (Allah)”.

Hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairoh Ra, Rasulullah SAW bersabda :

انّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَالَ مَنْ عَادَ لِي وَلِيًّا فَـقَدْ اَذ نْتُهُ بِالحَرْبِ

Sesungguhnya Allah SWT berfirman : Barang siapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku (Allah) menyatakan perang kepadanya“.

Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda

مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيْرِهِ شَيْئًا فَلْيَصبِرْ, فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ السُلْطَانِ شِبْرًا مَا تَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً

Barangsiapa yang membenci sesuatu yang datang dari Amirnya, maka bersabarlah. Karena barangsiapa yang keluar dari Sulthan (apalagi Sulthan al-Auliya’) sejenggkal saja, maka dapat mengakibatkan mati sebagaimana matinya orang kafir jahiliyah.

Dalam hadits riwayat Bukhari dari Anas Ibn Malik, dijelaskan, bahwa ketika menjalang keberangkatan mi’raj ke langit, malaikat Jibril (mahluk-bukan Khaliq)), atas perintah Allah SWT, meningkatkan (jallaab) iman Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

فُرِجَ عَنْ سَقْفِ بَيْتِي فَنَزَلَ جِبْرِيْلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفَرَجَ صَدْرِي ثُمَّ غَسَلَهُ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ جَاء بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مُمْتَلِئٍ حِكْمَةً وَإِيْمَانًا فَأَفْرَغَهُ فِي صَدْرِي ثُمَّ أَطْبَقَهُ

“Atap rumah-Ku terbuka, saat itu Aku berada di Makkah. Jibril turun dan membelah dada-Ku. Kemudian mencucinya dengan air zamzam. Kemudian didatangkan satu bejana yang terbuat dari emas, yang berisi hikmah dan iman. Lalu (iman dan hikmah) dituangkan kedalam dada-Ku, kemudian (dada-Ku) ditutupnya kembali”.
Perbuatan Jibril AS “menuangkan” iman dan hikmah kedalam dada Rasulullah SAW, dapat dikatakan perbuatan Jalllab. Yang secara lahiriyah dilakukan oleh mahluk (Jibril As).

Hadits sahabat ‘Ubadah Ibn Shamit, riwayat Imam Ahmad, Thabrani dan Abu Nuaim:

لاَ يَزَالُ فِي أُمَّتِي ثَلاَ ثُونَ بِهِمْ تَقُـوْمُ الاَرْضُ وَبِهِمْ يُمْطَـرُوْنَ وَبِهِمْ يُنْـصَرُوْنَ

Tidak sepi didalam ummatku tigapuluh orang. Sebab mereka Bumi tetap berdiri tegak, sebab mereka mahluk diberi hujan, dan sebab mereka, manusia ditolong (oleh Allah).

b. Hadits dari sahabat Mu’ad Ibn Jabal, riwayat Ad Dailami :

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ فَهُوَ مِنَ الأَ بْدَالُ الذِيْنَ بهِِمْ قَوَامُ الدُنْيَا وَأَهْلِهِ

Adalah tiga (hamba) orang. Barang siapa ada didalamnya, berarti ia dari golongan wali abdal. Yang sebab mereka dunia dan seisinya tetap tegak.

Sahabat ‘Ubadah Ibn Shamit, riwayat Imam Ahmad, Thabrani dan Abu Nuaim:

لاَ يَزَالُ فِي أُمَّتِي ثَلاَ ثُونَ بِهِمْ تَقُـوْمُ الاَرْضُ وَبِهِمْ يُمْطَـرُوْنَ وَبِهِمْ يُنْـصَرُوْنَ

Tidak sepi didalam ummatku tigapuluh orang. Sebab mereka Bumi tetap berdiri tegak, sebab mereka mahluk diberi hujan, dan sebab mereka, manusia ditolong (oleh Allah)

b. Hadits dari sahabat Mu’ad Ibn Jabal, riwayat Ad Dailami :

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ فَهُوَ مِنَ الأَ بْدَالُ الذِيْنَ بهِِمْ قَوَامُ الدُنْيَا وَأَهْلِهِ

Adalah tiga (hamba) orang. Barang siapa ada didalamnya, berarti ia dari golongan wali abdal. Yang sebab mereka dunia dan seisinya tetap tegak.

Ajaran Wahidiyah : (للغَوث بالغوث) - LILGHOUTS - BILGHOUTS , tidak kontroversi dengan aqidah Islamiyah. Dalam sistem seluruh terekat manapun, menyimpulkan bahwa kunci keberhasilan ma’rtifat dan berkah dari Allah Swt, tergantung pelaksanaan prinsip رَابِطَةُ الشيْخ - kuatnya hubungan batin antara Guru Mursyid dan murid

Firman Allah Swt, Qs. an-Nur : 55

وَعَدَاللهُ الذِيْنَ اَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُواالصَالحَاتِ لَيَسْتَخْلِفِنَّهُمْ في الاَرْضِ كَمَااسْتَخْلَفَ الذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنّنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمْ الذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبـَدّ ِلَنَّهُمْ مِنْ بَعـْدِ خَـوْفِهِمْ أَمْنًا يَعـْبُدُونَنِي وَلاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan yang mengerjakan amal yang sholeh, bahwa sungguh-sungguh (Allah) akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana (Allah) menjadikan orang-orang yang sebelum mereka. Dan sungguh (Allah) akan meneguhkan bagi mereka agama yang diridhai-Nya. Dan (Allah) benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dan tiada mensekutukan-Ku dengan sesuatu apapun”.
Imam Ibnu Katsir, memberi tafsiran, bahwa sari dari ayat ini merupakan mukjizat Nabi Saw sehingga dapat mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi, dan sekaligus sebagai pemberitaan Allah Swt, tentang akan adanya khalifah rohani bagi ummat-Nya.

هَذَا وَعْدٌ مِنَ اللهِ لِرَسُولِهِ بِأَنَّهُ سَيَجْعَلُ أُمَّتَهُ خُلَفَاْ الآَرْضِ

“Ini adalah janji dari Allah kepada rasul-Nya, bahwa sesungguhnya (Allah) akan menjadikan ummat-Nya sebagai kholifah dibumi”.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan makna ayat ini dengan hadis Nabi Saw, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim :

لاَيَزَالُ طَائِفَةُ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِيْنَ عَلَى الحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلّهُمْ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ , وفِي رِوَايَةٍ حَتَّى يُقَاتِلُونَ الدَجَّالَ, وَفِي رِوَايَةٍ حَتّى يَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ. وكُلُّ هَذِهِ الرِوَايَةِ صَحِيْحَةٌ وَلاَ تُعَارِضُ بَيْنَهَا

“Tidak sepi ummat-Ku, dari sekelompok manusia yang memperjuangkan kebenaran, yang mana tidak dapat memberi madlarrat kepada mereka, orang-orang yang menghinakannya, sampai hari kiamat”. Dan dalam riwayat lain : “sampai mereka dapat membunuh dajjal”. Dan dalam riwayat lain : “sampai turunnya Nabi Isa Ibn Maryam”. Riwayat hadis ini adalah shahih tanpa adanya pertentangan antara hadis satu dengan hadis lainnya.
Sedangkan Imam Qurthubi, dalam memberi penjelasan ayat diatas dengan menyertakan sabda Rasulullah Saw :(HR.Bukhari dan Muslim) :

زُوِيتْ لِي الاَرْضُ فـَرأَيْتُ مـَشَارِقَهَا وَمغَارِبَهَا وَسـَيـَبْلُغُ ملُـَكُ أُمَّتِي مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا

Sesungguhnya Allah telah melipat bumi untuk-Ku, sehingga Aku dapat melihat bumi bagian timur dan bagian baratnya. Dan akan sampai raja ummat-Ku yang juga menerima bumi seperti ketika diterimakan kepada-Ku”
Penjelasan ayat diatas juga dijelaskan oleh Syeh Ibnul Qayyim al-Jauziyah (murid Syeh Ibnu Timiyah), dalam kitabnya Jala, al-Afham Fi as-Shalaati ala Khair al-Anaam.
4). Allah berfirman, Qs, Fathir : 32 :

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الكِـتَابَ الذِيْنَ اصْطَـفَيْنَا مِنْ عِبَادِ نَا

“Kemudian Kami (Allah) mewariskan kitab (al-Qur’an) kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba Kami”.
Isi dan sari serta kekuatan sinar Islam yang ada dalam al-Qur’an, setelah diwahyukan kerpada Rasulullah SAW, diwariskan (secara rohani) kepada salah satu hamba yang dipilih oleh Allah SWT, setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Untuk lebih jelasnya makna yang terkandung didalam ayat ini, lihat dalam kitab tafsir al-Qurthubi, Ibnu katsir, atau Jalalain.
Kami bertanya, siapakah yang kontroversi dengan aqidah Islam itu ?. Yayasan kami, ataukah pihak yang mendlalimi dan memfitnah kami ?.

5). Dalam kitab “Al Anwar Al Qudsiyah” :

وكَانَ سَّيدِي الد سُـوقِي يَقولُ :اِذَا صدَ قَ المِريْـدُ مَعَ شَيْخِه ِوَنا دَى شَيخهُ مَعَ مَـسِيْرَةِ عَامٍ أَجَابَه

“Syeh Sayid Dasuqi RA. berkata : jika murid (tasawuf) benar - benar bersama gurunya (al-Ghauts RA), kemudian ia memanggil gurunya dari jarak perjalanan satu tahun. maka, akan menjawablah Guru itu”.
Meskipun muridnya ada diujung barat dunia, sedangkan Guru al-Ghauts RA ada diujung timur dunia, Guru Kamil Mukammil (al-Ghauts RA) tersebut dapat membimbing muridnya. Semua ini atas kehendak dan titah Allah Swt semata.

6). Dalam kitab “Tanwir al Qulub”, dijelaskan :

اِنَ الشَـيْطَا نَ لاَ يَتَمَثّلُ بِوَلِيّ ٍ كَا مِلٍ كَمَا لاَيَتَمَثّـَلُ بِالنَبِي َصلَى اللُه عَلَيْهِ َوسَـلَمَ

“bahwa sesungguhnya syaithan itu tidak mampu menyerupai Wali Yang Sempurna (wali kamil), sebagaimana syaithan tidak mampu menyerupai Nabi SAW”.

7). Pengalaman rohani tentang keberadaan al-Ghauts RA telah dialami oleh para ulama terdahulu, antara lain :

Ghauts Fii Zamanihi Syeh Ibn Atha’illah, pada waktu ibadah haji, ketika melaksanakan thawaf, tiba-tiba Gurunya (al-Ghauts Syeh Abul Abbas Mursi), juga melaksanakan thawaf. Ketika beliau ingin berjabat tangan kepada Gurunya, tiba-tiba Al Mursi menghilang. Begitu pula, ketika wuquf di ’arafah, Al Mursi juga ada disana. Dan ketika Syeh Atha’illah ingin berjabat tangan lagi, tiba-tiba Al Mursi menghilang lagi. Demikian juga, peristiwa ini dialami oleh Syeh Atha’illah dalam setiap menjalankan rukun haji. Ketika beliau telah pulang ke Kairo - Mesir, ia bertanya kepada sesama santri dan mahasiswa. “Apakah Guru kita kemarin pergi melaksanakan ibadah haji ?”. “Tidak”, jawab semua santri. Dengan penasaran Atha’illah memberanikan diri bertanya langsung kepada AlMursi: “Guru, kemarin ketika saya melaksanakan haji, setiap melaksanakan rukun haji, Paduka senantiasa ada disamping kami, maka kami mohon penjelasan dari Paduka” !.Jawab Syeh al-Mursi :

اَيِّ حُجُرٍفَاجَابَ مِن فَـاِذَا دُعِيَ ا لقُطْب رَجُلٌ كَبِيْرٌ يَمْلاَءُ الكَوْن

“Lelaki yang berpangkat Besar itu (jiwanya) memenuhi alam semesta. Jika Beliau al Quthbu (poros mahluk – pen.) ini dipanggil dari kamar manapun, maka menjawablah Beliau”.

============================================

SAUDARAKU CAK ODE Dkk.....TOLONG DIJAWAB DENGAN TERANG DAN JELAS, ANDA MENGINGKARI HADIT-HADITS DAN DAWUH/SABDA MBAH YAHI QS WA RA TERSEBUT ATAU TIDAK ???, DAN BAGAIMANA ANDA MENYIKAPINYA DAWUH TSB. SERTA APA ALASANNYA ? SERTA SIAPAKAN YANG ANDA MAKSUDKAN AL-GHOUTS PALSU ITU ???. HATI2 ANDA MEMBUAT PERNYATAAN, TENTANG AL-GHOUTS/KEKASIH ALLOH SWT. ANDA JANGANLAH MEMFITNAH, FITNAH ITU LEBIH KEJAM DAN LEBIH SADIS DARI PADA PEMBUNUHAN. RUPANYA DIHATIMU BERCOKOL RASA IRI DAN DENGKI YA KEPADA KAMI DAN TEMAN2 KAMI, RUPANYA BUSUK BENAR HATIMU, GMN KALAU BUSUK BENERAN, SEHINGGA ANDA SUL'UL KHOTIMAH AKIBAT SU'UL ADAB KEPADA ALGHOUTS. INGATLAH SELALU DAWUHNYA MBAH YAHI QS WA RA INI......YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !

YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
Perhatian-Perhatian, sekali lagi mohon Perhatian !

WAHAI SAUDARAKU PENGAMAL SHOLAWAT WAHIDIYAH dimanapun Anda berada YANG DIRAHMATI DAN DIBERKAHI ALLOH SWT, marilah kita PERHATIKAN, KITA INGAT SELALU, KITA HAYATI DAN AMALKAN DAWUHNYA/PERINTAHNYA MBAH KH. ABDUL MADJID MA'ROEF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH QS WA RA ALGHOUTS FII ZAMANIHI RA kepada kita semua sebagai pengamal Wahidiyah yg sering sekali didawuhkan/diperintahkan ketika itu dalam berbagai kesempatan sbb. :

"ALLOH SWT MERAHASIAKAN RIDLO DAN BENDUNYA (MURKANYA) PADA TIGA TEMPAT ;

PERTAMA : PADA THO'ATNYA, maka jangan sekali-kali meremehkan thoat kepada Alloh dan Rosul-NYa sekalipun kelihatannya THOAT/IBADAH YG KECIL DAN REMEH atau sepele, APA LAGI YANG BESAR, yg kecil aja jangan, sebab mungkin sekali RidloNya Alloh wa Rosuulihi SAW ada disitu.

( Al-kisah : Tuan Syeh Imam Al-Ghozali Ra Al-Ghouts Fii Zamanihi RA selamat dari siksa kuburnya SEBAB ngasih minum lalat ketika beliau sedang mengarang sebuah kitab Ihya' 'Ulumuddin ada lalat yg kehausan kemudian minum tintanya Tuan Syeh Imam Ghozali Ra, sejenak Tuan Syeh berhenti menulis karena mempersilakan LALAT yg sedang kehausan itu tuk minum sepuasnya dulu. Sebab itu Alloh SWT ridlo dan menyelamatkan siksa kuburnya karena Beliau thoat yg kelihatannya sangat sepele dan kecil, cuma ngasih minum seekor lalat yg kehausan, Beliau selamat dari siksa kubur bukan karena ngarang kitab dan bukan karena ibadah2nya yang lain2, demikian itu menjadi sebab Beliau Tuan Syeh selamat dari SIKSA KUBURNYA !!!).

KEDUA : PADA MAKSIYATANNYA, maka jangan sekali-kali menganggap remeh walaupun itu maksiyyat yg kecil atau remeh kelihatannya, JANGAN SEKALI-KALI MELANGGAR PERINTAH ALLOH WA ROSUULIHI SAW yang kecil, APALAGI MAKSIYYAT, atau melanggar perintah Alloh wa Rosuulihi SAW, ATAU DOSA-DOSA YANG BESAR, yg kecil DAN REMEH aja jangan sebab mungkin BENDUNYA/MURKANYA ALLOH WA ROSUULIHI SAW ADA DISITU !!!.

KETIGA : PADA KEKASIH-NYA/Wali-NYA Alloh SWT, maka bersikap santunlah dan berhusnudhonlah (berprasangka baiklah) kepada semua orang tanpa pandang bulu, sebab mungkin Dia seorang WALINYA ALLOH SWT, bahkan mungkin Beliau adalah seorang Sulthonul Auliya'/Ghoutsu Hadzaz Zaman RA. Karena Alloh SWT sangat ridlo dan mencintai kepada orang2 yang menjadi Kekasih-NYa dan sangat murka atau bendu kepada orang2 yang membenci, menghina, melecehkan atau bahkan mengkontrasi Kekasih-Nya.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasululloh SAW bersabda :

"Alloh SWT berfirman :...............bersambung....!
5 Januari pukul 10:35 · Suka

Ahmad Dimyathi Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasululloh SAW bersabda :

"Alloh SWT berfirman :
"Barangsiapa yang menunjukkan permusuhan dengan Wali-Ku maka Aku menyatakan perang dengannya."
"AL WALI"
ADALAH INDIVIDU YANG DICINTAI OLEH ALLOH SWT.

Sambungan hadist qudsi tersebut adalah :

"….Tidaklah hamba-Ku mendekati-Ku dengan suatu pekerjaan yang lebih Aku sukai daripada dia mengerjakan apa yang Aku telah fardhukan ke atasnya. Dan sentiasalah hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan melakukan yang sunat-sunat sehingga Aku cinta kepadanya. Ketika Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, menjadi penglihatannya yang ia melihat dengannya, menjadi tangannya yang ia bergerak dengannya dan menjadi kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan sesungguhnya, jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku berikan kepadanya; Dan sesungguhnya, jika ia memohon perlindungan kepada-Ku niscaya Aku berikan perlindungan kepadanya." (HR Bukhari).

Hadits qudsi ini membahas banyak persoalan, tetapi yang menjadi sangat penting ketika Alloh SWT berfirman :
"Barangsiapa menunjukkan permusuhan dengan Wali-Ku maka Aku menyatakan perang dengannya."

Wali Alloh sangat tinggi derajat dan kedudukannya di sisi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Atas sebab itulah jika ada siapa saja yang memusuhi Wali-Wali-Nya Alloh SWT, maka mereka itu berarti memusuhi Alloh wa Rosuulihi SAW dan Alloh nyatakan perang kepada orang tersebut.

Setelah Allah SWT menjelaskan amaran-Nya terhadap orang yang memusuhi dan membenci Wali-Nya, lalu seterusnya Alloh SWT menyebut pula beberapa sifat yang dimiliki oleh Wali-Nya yang karena sifat-sifat itulah menjadikan mereka hampir dengan-Nya. (BILLAH).

Disebabkan pernyataan Alloh SWT yang keras dan tegas itulah, hal tersebut menjadi sangat penting untuk kita mengetahui siapakah ‘Wali-Wali Allah’ yang dimaksudkan itu dan apakah arti ‘Wali’ itu sendiri.

‘AL WALI’ ADALAH ORANG YANG DEKAT KEPADA ALLOH SWT.
Wali menurut bahasa artinya ‘qarib’ yakni dekat. Jadi Wali Allah (kekasih Allah) ialah orang yang senatiasa bertaqarrub (mendekatkan dirinya) kepada Alloh SWT.

Dikisahkan : Para ulama' besar ketika itu yg kontras kepada Beliau Tuan Syeh Abdul Qodir Al Jailani Ra pada celaka hidupnya dan su'ul khotimah akhir hayatnya. Juga dikisahkan ada seorang Nasroni yang tertolong memperoleh berkah dan karomahnya Tuan Syeh Ra karena ada rasa mahabbah kepada Tuan Syeh Ra. Itulah sebagian kecil bukti2 SALLAB DAN JALLABNYA para Al-Ghouts. MAKA BERHATI-HATILAH BERSIKAP KEPADA BELIAU GHOUTSU HADZAZ ZAMAN RA !. CONTOH KISAH nyata Tuan Syeh Abdul Qodir Jailani Qs wa Ra tersebut diatas dapat kita jadikan pelajaran. Juga perlu saya tulis disini, banyak orang-orang yang celaka hidupnya SEBAB memusuhi Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid Al-Ghouts Hadzaz zaman Ra, juga banyak sekali orang yang tertolong lahir batinya sebab barokah, karomah dan nadhroh Beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman Ra.

AL-FAATIHAH !.
YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !

TOLONG DITANNGAP KAWAN-KAWANKE SEMUANYA PERNYATAAN CAK ODE DARI PSW ITU DAN JAWABAN, TANNGAPAN KAMI...TUK KITA DISKUSIKAN BERSAMA SEMOGA BERMANFAAT......!!!. AMIIN !.


Suka ·  ·  · Kemarin jam 7:43 · Disunting
  • Zamzamy Oud Bynazziek HADROTUL MUKARROM MBAH KH. ABDUL MADJID MA'ROEF MU'ALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH AL- GHOUTS FII ZAMANIHI RA PERNAH BERSABDA...... wkwkwkwkwkwkwk... BERSABDA???? ugak gwe BERFIRMAN pisan ae?????? wkkwkwwkwk...
  • Wido Wantomo nyuwun pangapunten sak derenge kawulo matur menawi kirang pas nyuwun duko engkang katah ( nyuwun duko Mbah Kyai Majid ) saya sebagai pengamal WAHIDIYAH baru jadi bingung dan prihatin di dlm forum ini. biarlah AL GHOTS hak prerogratif ALLAAH .FAFIRRUU ILALLAAH kenapa hrs berebut sesuatu yg benar dan paling benar dan paling mengerti FAFIRRU ILALLAAH. semua apa yg digerakan di dunia ini semua karena ALLAAH lewat makluknya yg tidak pernah merasa benar dan juga masih banyak kekurangan orang itu akan santun kepada siapapun tutur kaya yg halus tidak pernah membicarakan kekurangan orang lain monggo FAFIRRU ILALLAAH.mohon maaf bika kurang berkenan karena saya masih belajar untuk berbuat lebih baik moga di bimbing mbah Kyai Majid atas ridho sang kholiq amin.
  • Erda Queen bwt nambh ilmu debat itu pntng boz.sy stju dng pak dim,yg krang suka dng shlwt whdyh bs tny2 or sharing dsni,jd bs djelazkn ma pak dim.klopun dah djelazkn msh blm bs trima ya kt kmblikn pd pribdi msng2.
    YAA SAYYIDI YAA AYYUHALGHOUST...
  • Adhy Keranenjap YAA SAYYDII YAA AYYUHAL QHOUTS !
  • Ahmad Dimyathi kewajiban kami hanya MENJAWAB, MENJELAKKAN DENGAN SEBAIK-BAIKNYA, HANYA MENYAMPAIKAN AJA...TERSERAH ANDA PRO ATAU KONTRA, HAL ITU SUDAH BIASA DARI ZAMAN NENEK MOYANG KITA.....SEKALI LAGI TUGAS SY MELURUSKAN DAN MENGINGATKAN AJA khususnya Saudara saya CAK ODE YANG SANGAT SY KASIH SAYANGI....sebab dengan pernyataan Cak Ode saya BISA MENJELASKAN YG SEBENARNYA, mksih cak ode..., ANDA SY ANGGAP KAWAN SETIA SY yang bergaya "KONTRAS"... Yaa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts...!!!. MKSIH JAZAA KUMULLOH..BUAT SEMUANYA....
  • Ahmad Dimyathi
    Ajaran Wahidiyah : (للغَوث بالغوث) - LILGHOUTS - BILGHOUTS , TIDAK TIDAK kontroversi dengan aqidah Islamiyah. Dalam sistem seluruh terekat manapun, menyimpulkan bahwa kunci keberhasilan ma’rtifat dan berkah dari Allah Swt, tergantung pelaksanaan prinsip رَابِطَةُ الشيْخ - kuatnya hubungan batin antara Guru Mursyid dan murid
  • Ahmad Han Nama mu bagus zamzamy tapi km mulut dak pantas dimaaf kan kuwalat sak anak mu loh hati2 !!!!!!
  • Wido Wantomo Ahmad@sorry ggih mas kalau sampean ikut bicara yg ggak pantas apalagi setengah mendoakan ZamZie sama aja dgn orang yg ber buat jekek apa harus kita balas dgn kejelekan.monggo kita doa kan saja mereka yg berbicara kurang pas semoga mereka nendapat hidayah amin.nyuwun pangapunten mugi doa yg baik poro sesepuh bisa jadi barokah buat kita semua.
  • Agus Budiarto Klo hijab nur udah brcokol dihati..dijelaskan 1000x pun g mau ngerti..yg ada ttp merasa bener sendiri..mhn maaf sy hanya sampah comberan..
  • Ahmad Dimyathi

1 comment:


  1. YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !

    e. Laknat Allah Bagi Mereka Yang Memusuhi Waliyullah
    Allah Swt tidak menghendaki kaum muslimin keluar dari barisan Sulthanul Auliya'. Dan Allah Swt sangat murka kepada orang yang membenci atau memusuhi waliyullah. Seseorang yang dalam hatinya terdapat rasa permusuhan atau kebencian terhadap waliyullah apalagi al-Ghauts Ra, dapat menyebabkan mati sebagaimana matinya orang kafir jahiliyah. Sebagaimana tercermin dalam hadis dibawah ini :
    1. Hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah Ra , Rasulullah Saw bersabda :
    اِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا, فَقَدْ اَذَ نْتُهُ بِالحَرْبِ
    Sesungguhnya Allah Swt berfirman : Barang siapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya.
    2. Hadis riwayat Imam Tirmidzi dari Abi Bakrah Ra, Rasulullah Saw bersabda :
    مَنْ أَهَانَ السُلطَانَ أَهَانَهُ اللهُ
    Barangsiapa menghina Sultan, maka Allah akan menghinakannya”
    Yang dimaksud mengina sultan hadis ini, kitab “Dalil al-falihin”, juz III menjelaskan, hal-hal yang dapat dikatakan menghina antara lain, menganggap ringan perintahnya. Dan yang dimaksud Allah akan menghinakanya, adalah jalan hidupnya didunia akan semakin tersesat dan terperosok kejalan setan, dan diakhirat akan menerima siksa Allah Swt yang pedih.
    3. Hadis riwayat Imam Muslim dari Ibn Abbas (Shahih Muslim Kitab "Imarah" bab "Luzumul Jama'ah"), Rasulullah Saw bersabda :
    مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيْرِهِ شَيْئًا فَلْيَصبِرْعَلَيهِ, فَإِنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ مِنَ النَاسِ يَخْرُجُ مِنَ السُلْطَانِ شِبْرًا فَمَاتَ عَلَيْهِ إِلاَّ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّة
    Barangsiapa yang (melihat sesuatu) yang kurang menyenangkan dari Amirnya, maka bersabarlah. Karena barangsiapa yang keluar dari Sultan sejenggkal saja, kemudian ia mati, maka ia mati dengan mati (kafir) jahiliyah.
    Kata “amir” dan “sultan” dalam hadis ini dapat diartikan umum (semua orang yang menjadi pimpinan), dan arti khusus (Amirul khalqi (pimpinan para waliyullah, dan semua makhluk, atau Guru ruhani yang berpangkat al-Ghauts Ra). Dan Para kaum sufi dan waliyullah, mengartikannya dengan arti khusus.
    Pendapat ini didasarkan kepada :
    1. Hadis riwayat Tirmidzi dan Nasai, Rasulullah Saw :
    وَمَا ازْدَادَ عَبْدٌ مِنَ السُلْطَانِ قُرْبًا إِلاَّ ازْدَادَ مِنَ اللهِ بُعْدًا
    Tidaklah seseorang semakin bertambah dekat hubugannya dengan penguasa, melainkan dia semakin jauh dari Allah.
    2. Hadis riwayat Ahmad dan Abu Daud, Rasulullah Saw :
    مَنْ أَتَى أَبْوَابَ السَلاَطِيْنَ أُفْتُتِنَ
    Barang siapa mendatangi pintu-pintu penguasa, maka ia akan mendapat ujian.
    Kedua hadis ini, menujukkan sultan, selain sulthanul auliya, bukan tempat tajalli Allah Swt.

    ReplyDelete